Kaskus

Entertainment

kurniadihusengoAvatar border
TS
kurniadihusengo
MENGENAL HORMON, SI PENGGERAK MESIN TUBUH
Hormon adalah salah satu hal yang terasa familiar dalam keseharian kita. Namun, apakah kita sudah memiliki pemahaman yang benar mengenai hormon?

Jika tubuh kita ibarat kendaraan, maka hormon adalah pelumas dan bahan bakar penggeraknya.

Tanpa pelumas dan bahan bakar, mustahil kendaraan dapat berfungsi dengan baik. Begitu pula dengan hormon dalam tubuh manusia. Tanpa hormon, stabilitas tubuh terganggu dan kerja organ tak maksimal hingga memicu gangguan kesehatan.

Dalam berbagai literatur, hormon disebukan sebagai zat kimia yang dihasilkan di satu tempat, dalam hal ini organ atau bagian tubuh, kemudian dibawa melalui sirkulasi darah ke organ atau bagian tubuh lain, di mana mereka menghasilkan efek fungsional.

Hormon membawa pesan dari kelenjar penghasil hormon kepada sel-sel untuk mempertahankan homeostasis, yaitu suatu kondisi di mana keadaan tubuh seimbang, ujar Prof. DR. Dr. Pradana Soewondo, Sp.PD, KEMD, Guru Besar Departemen Penyakit Dalam FKUI/RSCM.

Penjelasan senada disampaikan oleh Dr. Handrawan Nadesul. Praktisi medis yang produktif menulis buku ini mengungkapkan bahwa hormon dibuat oleh tubuh untuk keperluan kerja mesin tubuh.

Hormon adalah pengatur supaya mesin tubuh berjalan normal seperti seharusnya. Ada ratusan jenis hormon yang diproduksi supaya kerja mesin tubuh berlangsung normal. Setiap organ punya hormon masing-masing, jelas Dr. Handrawan.

Semua organisme multiselular, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan memproduksi hormon. Walaupun dibutuhkan dalam jumlah kecil, peran hormon sangat besar, ujar Prof. Pradana.

Lebih rinci Prof. Pradana menjelaskan, hormon diproduksi langsung oleh tubuh melalui kelenjar endokrin yang memiliki saluran khusus, sehingga hormon yang dihasilkan langsung diedarkan oleh darah.

Dalam tubuh manusia, terdapat beberapa jenis kelenjar endokrin, yaitu kelenjar hipotalamus, kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar timus, kelenjar pankreas, kelenjar adrenal, kelenjar ovarium, kelenjar testis, dan kelenjar pencernaan, papar Prof. Pradana.

Penjelasan senada diberikan oleh Dr. Handrawan. Hormon dibuat oleh kelenjar endokrin. Kelenjar-kelenjar ini satu kesatuan sistem yang saling mempengaruhi. Jika yang satu tidak bekerja dengan benar, maka akan memengaruhi kerja yang lain.

Menurut Dr. Handrawan, hormon dibuat oleh tubuh sendiri dari bahan-bahan yang kita makan. Bahan-bahan pembuat hormon ini adalah protein, yang dibuat dari gugus asam amino, baik asam amino esensial maupun tidak esensial.

Artinya, kalau pola makan kurang protein - baik nabati maupun hewani - tentu produksi hormon terganggu, Dr. Handrawan mengingatkan.

Prof. Pradana lantas memaparkan bahwa secara umum, fungsi hormon adalah mengontrol tumbuh kembang, mengatur metabolisme, mengontrol organ reproduksi dan perkembangan sifat kelamin sekunder, mempertahankan homeostasis, serta mengintegrasikan sistem hormon dan saraf.

Hormon tidak hanya mampu mengendalikan proses pertumbuhan fisik, tapi juga psikis. Hormon juga tidak hanya melindungi tubuh melalui kekebalan yang diciptakan, tetapi dapat menjaga kestabilan organ tubuh agar berjalan sesuai dengan fungsinya, tandas Prof. Pradana.


Pusat komando hormon ada di otak, yaitu kelenjar hipotalamus, hipofisis, dan kelenjar adrenal, yang mengatur seluruh kelenjar endokrin, pabrik dari hormon tubuh, jelas Dr. Handrawan.

Karena itu, fungsi hormon adalah mengatur kerja organ tubuh maupun sebagian dari perilaku kita. Misalnya, saat berada di dalam situasi tegang atau darurat, produksi hormon adrenalin dalam darah meningkat, Dr. Handrawan mencontohkan.

Terkait gangguan hormon, Prof. Pradana menegaskan bahwa pada dasarnya, semua gangguan hormon didasari oleh kelebihan hormon, defisiensi hormon, dan/atau resistensi hormon.

Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh gangguan mekanisme umpan balik, penyakit yang mendasari, genetik, infeksi, autoimun, keganasan atau tumor pada kelenjar endokrin, atau trauma pada kelenjar endokrin, papar Prof. Pradana.

Misalnya, kelenjar pankreas menghasilkan insulin dan glukagon yang berfungsi mengontrol keseimbangan gula darah pada fase puasa maupun setelah makan.

Ada berbagai gangguan yang dapat terjadi pada pankreas, seperti diabetes mellitus (DM) tipe 1 dan DM tipe 2, yang diakibatkan oleh kegagalan pankreas menghasilkan insulin dan terjadinya resistensi insulin di jaringan tubuh.

Sistem pencernaan juga menghasilkan beberapa jenis hormon, diantaranya asam lambung, cairan empedu, dan enzim pankreas. Gangguan pada sistem pencernaan akan menyebabkan kadar hormon pencernaan tidak seimbang dan mencetuskan rasa begah, kembung, mual, hingga diare, papar Prof. Pradana.

Bagaimana dengan terapi hormon? Terapi ini umumnya merupakan terapi substitusi atau pengganti (hormone replacement therapy / HRT) bagi mereka yang mengalami gangguan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon.

Terkait hal ini, Prof. Pradana mengingatkan bahwa studi klinis menemukan risiko HRT cukup besar, sehingga penggunanya harus hati-hati, terutama bagi wanita usia 60 tahun ke atas.

Saat ini, terapi hormon tidak dianjurkan lagi untuk mencegah penyakit jantung ataupun gangguan memori, tegas Prof. Pradana. Ini karena terapi hormon dapat meningkatkan risiko kejadian bekuan darah atau trombosis vena dalam (deep vein thrombosis/DVT), penyakit jantung, stroke, dan kanker payudara.

Oleh sebab itu, penggunaan terapi hormon harus dipertimbangkan manfaat dan risikonya, serta harus dikontrol dengan ketat, pungkas Prof. Pradana.

Sumber :
- Prof. DR. Dr. Pradana Soewondo, Sp.PD, KEMD -
- Dr. Handrawan Nadesul -
Diubah oleh kurniadihusengo 05-02-2016 17:05
0
1.6K
9
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan