- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pilihan Berbeda Kopral William, Taruna Akademi TNI dari Etnis Tionghoa
TS
Donkpretz
Pilihan Berbeda Kopral William, Taruna Akademi TNI dari Etnis Tionghoa
Quote:
Magelang- Menjadi anggota TNI adalah pilihan. Kualitas diri dan dedikasi menjadi syaratnya. Seolah ingin membuktikan itu, Tionghoa Yi Siong Cen atau William Irawan (20) bertekad untuk masuk menjadi salah satu dari ribuan pendaftar Calon Prajurit Taruna pada tahun 2015.
William memupuk keinginannya dengan tekun. Beberapa rintangan dihadapinya. Pertama jelas dari keluarga. Pria yang lahir pada 31 Mei ini dipandang sebelah mata karena berasal dari etnis Tionghoa.
"Keluarga besar saya semuanya berdagang. Saya yang pertama kali di keluarga saya menjadi TNI, bekerja untuk negara," kata William dengan nada tegas kepada detikcom di Kompleks Akademi TNI, Jalan Gatot Subroto, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (3/2/2016).
Willian baru saja diwisuda sebagai Kopral Taruna. Kini dia sah mengemban tugas TNI matra darat. Pria dengan tinggi badan 173 cm dan berat 63 kg asal Medan Sumatera Utara ini tampak bangga memperkenalkan dirinya sebagai Kopral Taruna.
Sejak masih duduk di sekolah dasar, William memang bercita-cita menjadi anggota Kopassus.
"Saat masih umur 6 tahun, saya melihat anggota Kopassus diwawancarai di TV. Tampak gagah sekali dengan baret merahnya. Dari situ langsung bercita-cita untuk jadi anggota Kopassus," kenang William.
Kopral Taruna William dan Komandan Resimen Chandradimuka Akademi TNI Kolonel Infanteri Djoko Andoko (Foto: Sukma Indah P/detikcom)
Komandan Resimen Chandradimuka Akademi TNI Kolonel Infanteri Djoko Andoko mengatakan bahwa matra darat sesuai dengan keinginan William.
"Matra darat sesuai dengan keinginannya, William juga memenuhi persyaratan," tuturnya.
Di lingkungan TNI, William bukan satu-satunya taruna dari etnis Tionghoa. Karena sejak dulu, TNI terbuka bagi kelompok suku mana pun. Hanya saja, di angkatan yang diwisuda Agustus 2015, William merupakan satu-satunya warga Tionghoa yang jadi Taruna.
Djoko menegaskan, tidak ada Taruna yang diistimewakan. Semua Taruna, kata Djoko diperlakukan sama. Prestasi dan kualitaslah yang akan mendapat penilaian selama mengenyam pendidikan di lereng Gunung Tidar ini.
"Di sini ada berbagai macam asal, ada dari Papua, Jawa, yang penting bisa memenuhi syarat (menjadi Taruna)," ujar Djoko.
Percakapan detikcom dengan William dan Djoko tidak berlangsung lama. Tak lebih dari satu jam. Maklum, jadwal di Akademi TNI cukup ketat. Meski demikian, percakapan itu sudah membuktikan pilihan William memang berbeda. Selain itu menunjukkan TNI terbuka bagi mereka yang ingin mengabdi ke negara.
Sumber
William memupuk keinginannya dengan tekun. Beberapa rintangan dihadapinya. Pertama jelas dari keluarga. Pria yang lahir pada 31 Mei ini dipandang sebelah mata karena berasal dari etnis Tionghoa.
"Keluarga besar saya semuanya berdagang. Saya yang pertama kali di keluarga saya menjadi TNI, bekerja untuk negara," kata William dengan nada tegas kepada detikcom di Kompleks Akademi TNI, Jalan Gatot Subroto, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (3/2/2016).
Willian baru saja diwisuda sebagai Kopral Taruna. Kini dia sah mengemban tugas TNI matra darat. Pria dengan tinggi badan 173 cm dan berat 63 kg asal Medan Sumatera Utara ini tampak bangga memperkenalkan dirinya sebagai Kopral Taruna.
Sejak masih duduk di sekolah dasar, William memang bercita-cita menjadi anggota Kopassus.
"Saat masih umur 6 tahun, saya melihat anggota Kopassus diwawancarai di TV. Tampak gagah sekali dengan baret merahnya. Dari situ langsung bercita-cita untuk jadi anggota Kopassus," kenang William.
Kopral Taruna William dan Komandan Resimen Chandradimuka Akademi TNI Kolonel Infanteri Djoko Andoko (Foto: Sukma Indah P/detikcom)
Komandan Resimen Chandradimuka Akademi TNI Kolonel Infanteri Djoko Andoko mengatakan bahwa matra darat sesuai dengan keinginan William.
"Matra darat sesuai dengan keinginannya, William juga memenuhi persyaratan," tuturnya.
Di lingkungan TNI, William bukan satu-satunya taruna dari etnis Tionghoa. Karena sejak dulu, TNI terbuka bagi kelompok suku mana pun. Hanya saja, di angkatan yang diwisuda Agustus 2015, William merupakan satu-satunya warga Tionghoa yang jadi Taruna.
Djoko menegaskan, tidak ada Taruna yang diistimewakan. Semua Taruna, kata Djoko diperlakukan sama. Prestasi dan kualitaslah yang akan mendapat penilaian selama mengenyam pendidikan di lereng Gunung Tidar ini.
"Di sini ada berbagai macam asal, ada dari Papua, Jawa, yang penting bisa memenuhi syarat (menjadi Taruna)," ujar Djoko.
Percakapan detikcom dengan William dan Djoko tidak berlangsung lama. Tak lebih dari satu jam. Maklum, jadwal di Akademi TNI cukup ketat. Meski demikian, percakapan itu sudah membuktikan pilihan William memang berbeda. Selain itu menunjukkan TNI terbuka bagi mereka yang ingin mengabdi ke negara.
Sumber
kabarnya pengen jadi anggota kopassus
Quote:
Tekad dan Akhir Manis William saat Cita-citanya Dipandang Sebelah Mata Keluarga
Magelang - Anggota keluarga memandang sebelah mata cita-cita Yi Siong Cen atau akrab disapa William Irawan (20) akan mengabdi ke negara dengan menjadi tentara. Tapi William memupuskan sikap itu. Kini dia telah menjadi Kopral Taruna di Akademi TNI di Magelang, Jawa Tengah.
"Ada keluarga yang bilang, 'ah nggak mungkin bisa'. Di keluarga saya memang tidak ada yang jadi pegawai untuk pemerintahan, saya yang pertama," ujar William saat ditemui detikcom di Kompleks Akademi TNI, Jalan Gatot Subroto, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (3/2/2016).
Keragu-raguan keluarga justru menjadi cambuk bagi William untuk berjuang lebih keras.
"Ini hidup saya, saya yang memutuskan," tegas William.
Putera pertama dari Parmat dan Rita asal Medan, Sumatera Utara ini semakin menunjukkan usaha keras. Ambisi William menjadi anggota TNI tak terbendung.
"Orangtua melihat keseriusan saya ya mendukung, karena saya benar-benar serius ingin jadi TNI," tuturnya
Sejak masih duduk di SD Andreas Medan, William sudah rajin berlatih fisik. Mulai darisit up,pull up, hinggapush up. Itu dilakoninya 4 kali seminggu. Setelah duduk di SMP Methodist dan SMA Methodist, William mulai mengejar bidang akademiknya.
"Mata pelajaran yang diteskan saya kejar," kata William dengan nada tegas.
Hingga akhirnya dia diterima masuk Akademi TNI pada tahun 2015. Seluruh keluarga hingga guru-gurunya selama sekolah bangga pada William. Keluarga terus bepesan pada William untuk menjaga kesehatan agar bisa terus bertugas.
"Saya tahu mereka bangga pada saya lewat tatapan mata mereka. Saya berjuang untuk berbakti pada negara dan orang tua saya," tuturnya.
Komandan Resimen Chandradimuka Akademi TNI Kolonel Infanteri Djoko Andoko yang mendampingi William saat berbincang dengan detikcom mengatakan, TNI tidak membeda-bedakan asal-usul seseorang. Semua diperlakukan sama.
"Yang penting mereka layak menjadi Taruna," kata Djoko.
Jalan William masih panjang. Jika lancar, baru pada tahun 2019, ia lulus Akademi Militer (Akmil) dengan pangkat Letnan Dua. Dia memang bukan yang pertama anggota atau perwira TNI dari etnis Tionghoa, tapi pilihan sikapnya 'istimewa' sebab keluarganya lebih banyak membuka usaha daripada menjadi tentara.(sip/try)
Magelang - Anggota keluarga memandang sebelah mata cita-cita Yi Siong Cen atau akrab disapa William Irawan (20) akan mengabdi ke negara dengan menjadi tentara. Tapi William memupuskan sikap itu. Kini dia telah menjadi Kopral Taruna di Akademi TNI di Magelang, Jawa Tengah.
"Ada keluarga yang bilang, 'ah nggak mungkin bisa'. Di keluarga saya memang tidak ada yang jadi pegawai untuk pemerintahan, saya yang pertama," ujar William saat ditemui detikcom di Kompleks Akademi TNI, Jalan Gatot Subroto, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (3/2/2016).
Keragu-raguan keluarga justru menjadi cambuk bagi William untuk berjuang lebih keras.
"Ini hidup saya, saya yang memutuskan," tegas William.
Putera pertama dari Parmat dan Rita asal Medan, Sumatera Utara ini semakin menunjukkan usaha keras. Ambisi William menjadi anggota TNI tak terbendung.
"Orangtua melihat keseriusan saya ya mendukung, karena saya benar-benar serius ingin jadi TNI," tuturnya
Sejak masih duduk di SD Andreas Medan, William sudah rajin berlatih fisik. Mulai darisit up,pull up, hinggapush up. Itu dilakoninya 4 kali seminggu. Setelah duduk di SMP Methodist dan SMA Methodist, William mulai mengejar bidang akademiknya.
"Mata pelajaran yang diteskan saya kejar," kata William dengan nada tegas.
Hingga akhirnya dia diterima masuk Akademi TNI pada tahun 2015. Seluruh keluarga hingga guru-gurunya selama sekolah bangga pada William. Keluarga terus bepesan pada William untuk menjaga kesehatan agar bisa terus bertugas.
"Saya tahu mereka bangga pada saya lewat tatapan mata mereka. Saya berjuang untuk berbakti pada negara dan orang tua saya," tuturnya.
Komandan Resimen Chandradimuka Akademi TNI Kolonel Infanteri Djoko Andoko yang mendampingi William saat berbincang dengan detikcom mengatakan, TNI tidak membeda-bedakan asal-usul seseorang. Semua diperlakukan sama.
"Yang penting mereka layak menjadi Taruna," kata Djoko.
Jalan William masih panjang. Jika lancar, baru pada tahun 2019, ia lulus Akademi Militer (Akmil) dengan pangkat Letnan Dua. Dia memang bukan yang pertama anggota atau perwira TNI dari etnis Tionghoa, tapi pilihan sikapnya 'istimewa' sebab keluarganya lebih banyak membuka usaha daripada menjadi tentara.(sip/try)
Diubah oleh Donkpretz 04-02-2016 07:16
0
2.8K
Kutip
7
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan