Sudah kuduga sebelumnya, Wayan Sumardana alias Tawan bukan manusia biasa, semenjak ia memperkenalkan tangan robotnya yang digerakan lewat EEG yang dikendalikan dipikirannya, aku berasumsi bahwa tak mungkin ada yang bisa menciptakan alat tersebut sebelumnya, bahkan di negara Amerika sendiri yang kutahu sangat besar dana dan proyektor robotiknya, demi menggerakan tangan dan kaki masyarakatnya yang lumpuh, mereka masih menggunakan tongkat penopang atau kursi roda, tapi tidak demikian dengan Tawan Sang Iron Man dari Bali ini. Dia menciptakan robot yang bisa menggerakan tangannya yang terkena stroke itu.
Ketika untuk pertamakalinya muncul di media masa, sudah kuduga bahwa akan datang kepadanya beberapa peneliti atau orang-orang berduit yang berpura-pura, melihat atau menganalisa data Iron Man-nya dengan alasan wawancara.
Bahkan ketika alat itu rusak, dirusak sendiri, atau rusak terusak. Aku tidak tahu percis, tapi jelasnya alat itu menjadi mati total. Kata orang-orang, itu disebabkan hujan, toh anggapan tersebut benar tidaknya aku sendiri juga hanya sekedar asumsi belaka.
“Alat saya rusak, terutama yang di kepala. Tidak bisa digunakan lagi,”
“Kesal saya, enggak bisa dipakai lagi. Tadi diteliti sama ahli-ahli, malah rusak. Saya tidak bisa bekerja lagi,” sesal Tawan.
Kita tahu belaka, Indonesia adalah negara yang masih meremehkan industri technologi. Beberapa orang bahkan rela tinggal di luar negri demi memperjuangkan nasib ilmu pengetahuan dan penelitiannya agar tetap dihargai dan sebisa mungkin bisa menghidupi keluarga, sebagaimana nasib Prof Nelson Tansu yang telah menciptakan lampu Led nya, atau seperti Pak Habibi yang merancang pesawat terbangnya.
Ketika Tawan dikerubungi banyak orang, ramai di dalam bengkelnya penuh sesak oleh wartawan yang meliput, aku melihat juga dilayar televisi, beberapa orang asing yang melihat robot Tawan, ku kira mereka hanya pelancong yang mengunjungi pulau Bali, tapi dugaanku meleset, diantara mereka yang entah berpura-pura menjadi wisatawan, entah sekedar numpang lewat dan lihat-lihat, tapi jelasnya mereka telah mencuri data dan keilmuan robotik dari tawan dengan menjadikan berita Tawan menjadi berita panas di luar negri.
Aku berharap, pemerintah bisa benar-benar dan segera mematenkan karya Tawan agar ilmunya tidak diculik orang, tidak hanya omong dan memberi janji muluk harapan palsu seperti kasus sebelum-sebelumnya. Paling tidak, menghargainya dengan jasa-jasa tertentu, atau meresmikan merk robotiknya sehingga ketika orang-orang barat itu menjiplak dan memperbanyak alat tersebut secara besar-besaran, sang Iron Man dari Bali bisa langsung melaporkannya kepada pihak berwajib, paling tidak dari beberapa proyek itu Tawan mendapat bayaran yang semestinya..
Hati-Hati Iron Man, ilmu robotik anda dicuri orang.