- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
DAHSYAT! Di tangan Jokowi, Industri Sawit Indonesia masuk 5 Besar Dunia


TS
32.10tahun.sia2
DAHSYAT! Di tangan Jokowi, Industri Sawit Indonesia masuk 5 Besar Dunia

Quote:
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pagi ini menerima kedatangan pengusaha yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia, dan Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia di Istana Negara, Jakarta.
Jokowi didampingi Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, dan Menteri Perindustrian Saleh Husin.
Dalam pertemuan singkat tersebut, pemerintah dan pengusaha membahas strategi industri secara umum. Pemerintah juga menerima keluhan dan usulan dari kalangan dunia usaha.
Saleh Husin menjelaskan, kedua industri memiliki potensi berbeda-beda. Untuk Pulp dan Kertas, sejauh ini menyumbang devisa US$ 6 miliar dengan serapan tenaga kerja 2,1 juta orang.
"Ini sesuatu yang sangat besar yang mempunyai peluang untuk sementara kita nomor 9 di dunia, ini bisa menjadi pintu masuk ke 5 besar. Tentu perlu ada kebijakan untuk mendukung industri tersebut," ujar Saleh di Istana Negara, Jakarta, Selasa (2/2/2016)
Salah satu insentif yang sudah diberikan adalah tax holiday, namun lebih banyak dimanfaatkan oleh sektor hulu. Sedangkan hilir masih kekurangan insentif, maka perlu ada pembicaraan lebih lanjut pada internal pemerintah.
"Yang tadi disampaikan juga untuk kebutuhan bahan baku kertas, ada bahan baku dari kertas bekas ini dimasukkan kategori limbah B3. Ini di negara lain tidak seperti itu, akhirnya membuat industri kita kurang kompetitif. Itu harus dikaji," papar Saleh.
Sementara itu, pada komoditas sawit juga memiliki potensi yang besar. Tercatat devisa yang dihasilkan pada 2015 mencapai US$ 18,6 miliar dengan serapan tenaga kerja 6 juta orang.
"Kita perlu duduk bersama untuk meningkatkan produksi dan perkebunan mandiri itu kan hasilnya rendah, tapi kalau kita bandingkan binaan perusahaan jauh lebih besar. Apalagi sekarang kan ada BLU sawit untuk peremajaan tanaman sawit," terangnya. 1
Pemerintah Bangun 3 Kawasan Industri Khusus Kelapa Sawit
Kementerian Perindustrian memperkuat hilirisasi kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dengan membangun tiga kawasan industri khusus pengolahan salah satu komoditi andalan Indonesia tersebut.
"Kami masih fokus di hilirisasi sawit, ini cukup berhasil. Upaya itu diperkuat lagi dengan membangun pusat-pusat kawasan industri untuk sawit," kata Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto, di Jakarta, Senin (1/2/2016).
Perkuatan hilirisasi kelapa sawit tersebut akan disampaikan pada Rapat Kerja Kemenperin pada 16-17 Februari yang mengambil tema besar hilirisasi industri.
Pemerintah telah menetapkan tiga kawasan industri yang khusus mengelola hilirisasi dari produk kelapa sawit sebagai hasil kesepakatan Palm Oil Industrial Zone (POIZ) dengan Malaysia.
Ketiganya yakni kawasan industri Sei Mangke, Sumatera Utara yang dikelola oleh PTPN III, Kawasan Industri Dumai di Riau yang dikelola oleh Grup Wilmar dan Kalimantan Timur Industrial Estate (KTIE) yang dikelola oleh PT Pupuk Kaltim.
Diketahui, kesepakatan POIZ dilakukan sebagai upaya kedua negara untuk menguasai pasar produk hilir kelapa sawit di Asia berupa oleokimia, kemurgi, minyak astiri dan produk lanjutan.
Merujuk pada data Lembaga Penelitian Ekonomi Masyarakat Universitas Indonesia, pada 2015, dunia industri boleh dibilang berhasil melakukan hilirisasi dibidang CPO.
Industri minyak goreng kelapa sawit merupakan penyumbang devisa terbesar pada periode Januari-November 2015, yaitu sekitar 43,57 persen dari total devisa yang dihasilkan industri makanan.
Penyumbang devisa kedua terbesar dari kelompok industri makanan adalah industri makan kelapa sawit sebesar 21,81 persen.
Komposisi tersebut mengalami perubahan mendasar karena pada 2011, penyumbang devisa terbesar pada kelompok industri makanan adalah industri minyak makan kelapa sawit sebesar 41,6 persen dan industri minyak goreng kelapa sawit 28,85 persen. 2
(jll)
sumber
Jokowi didampingi Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, dan Menteri Perindustrian Saleh Husin.
Dalam pertemuan singkat tersebut, pemerintah dan pengusaha membahas strategi industri secara umum. Pemerintah juga menerima keluhan dan usulan dari kalangan dunia usaha.
Saleh Husin menjelaskan, kedua industri memiliki potensi berbeda-beda. Untuk Pulp dan Kertas, sejauh ini menyumbang devisa US$ 6 miliar dengan serapan tenaga kerja 2,1 juta orang.
"Ini sesuatu yang sangat besar yang mempunyai peluang untuk sementara kita nomor 9 di dunia, ini bisa menjadi pintu masuk ke 5 besar. Tentu perlu ada kebijakan untuk mendukung industri tersebut," ujar Saleh di Istana Negara, Jakarta, Selasa (2/2/2016)
Salah satu insentif yang sudah diberikan adalah tax holiday, namun lebih banyak dimanfaatkan oleh sektor hulu. Sedangkan hilir masih kekurangan insentif, maka perlu ada pembicaraan lebih lanjut pada internal pemerintah.
"Yang tadi disampaikan juga untuk kebutuhan bahan baku kertas, ada bahan baku dari kertas bekas ini dimasukkan kategori limbah B3. Ini di negara lain tidak seperti itu, akhirnya membuat industri kita kurang kompetitif. Itu harus dikaji," papar Saleh.
Sementara itu, pada komoditas sawit juga memiliki potensi yang besar. Tercatat devisa yang dihasilkan pada 2015 mencapai US$ 18,6 miliar dengan serapan tenaga kerja 6 juta orang.
"Kita perlu duduk bersama untuk meningkatkan produksi dan perkebunan mandiri itu kan hasilnya rendah, tapi kalau kita bandingkan binaan perusahaan jauh lebih besar. Apalagi sekarang kan ada BLU sawit untuk peremajaan tanaman sawit," terangnya. 1
Pemerintah Bangun 3 Kawasan Industri Khusus Kelapa Sawit
Kementerian Perindustrian memperkuat hilirisasi kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dengan membangun tiga kawasan industri khusus pengolahan salah satu komoditi andalan Indonesia tersebut.
"Kami masih fokus di hilirisasi sawit, ini cukup berhasil. Upaya itu diperkuat lagi dengan membangun pusat-pusat kawasan industri untuk sawit," kata Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto, di Jakarta, Senin (1/2/2016).
Perkuatan hilirisasi kelapa sawit tersebut akan disampaikan pada Rapat Kerja Kemenperin pada 16-17 Februari yang mengambil tema besar hilirisasi industri.
Pemerintah telah menetapkan tiga kawasan industri yang khusus mengelola hilirisasi dari produk kelapa sawit sebagai hasil kesepakatan Palm Oil Industrial Zone (POIZ) dengan Malaysia.
Ketiganya yakni kawasan industri Sei Mangke, Sumatera Utara yang dikelola oleh PTPN III, Kawasan Industri Dumai di Riau yang dikelola oleh Grup Wilmar dan Kalimantan Timur Industrial Estate (KTIE) yang dikelola oleh PT Pupuk Kaltim.
Diketahui, kesepakatan POIZ dilakukan sebagai upaya kedua negara untuk menguasai pasar produk hilir kelapa sawit di Asia berupa oleokimia, kemurgi, minyak astiri dan produk lanjutan.
Merujuk pada data Lembaga Penelitian Ekonomi Masyarakat Universitas Indonesia, pada 2015, dunia industri boleh dibilang berhasil melakukan hilirisasi dibidang CPO.
Industri minyak goreng kelapa sawit merupakan penyumbang devisa terbesar pada periode Januari-November 2015, yaitu sekitar 43,57 persen dari total devisa yang dihasilkan industri makanan.
Penyumbang devisa kedua terbesar dari kelompok industri makanan adalah industri makan kelapa sawit sebesar 21,81 persen.
Komposisi tersebut mengalami perubahan mendasar karena pada 2011, penyumbang devisa terbesar pada kelompok industri makanan adalah industri minyak makan kelapa sawit sebesar 41,6 persen dan industri minyak goreng kelapa sawit 28,85 persen. 2
(jll)
sumber
sungguh 32+10 tahun yang penuh kesia-siaan , cuma di tangan Jokowi, Industri Sawit Indonesia masuk 5 Besar Dunia
0
2.3K
Kutip
34
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan