miqdad28Avatar border
TS
miqdad28
Mengenal Kaum Tunarungu Lewat Cafe FingerTalk




emoticon-Blue Guy PeaceWelcome to My Threademoticon-I Love Kaskus (S)


Assalamualaikum Wr.Wb. Selamat Sore, Malam, ataupun Siang para Kaskuser di seluruh belahan dunia Terima kasih sudah mengunjungi thread ane, semoga bermanfaat dan menambah wawasan anda, jangan lupa emoticon-Rate 5 Star

Spoiler for NO REPSOL GAN=:


Alhamdulillah HT pertama ane gan emoticon-Wow
Spoiler for HT:


Oke Langsung ke TKP aja gan

Ada yang menarik saat saya mengunjungi kafe yang dinamakan Fingertalk ini.
Spoiler for Lambang Deaf Cafe Fingertalk:


Tidak salah lagi, tempat ini begitu istimewa, karena Deaf Cafe Fingertalk adalah sebuah kafe yang mempekerjakan para kaum tuna rungu sebagai koki, pelayan, dan bahkan pekerja workshop.

Adalah Dissa Syakina Ahdanisa,
Spoiler for Dissa Syakina Ahdanisa:
gadis berjilbab yang akan genap 26 tahun di bulan Februari mendatang ini, mendirikan Deaf Cafe Fingertalk semenjak Mei 2015.

Ide ini tercetus saat ia mengunjungi Nicaragua sebagai relawan. Saat itu, Dissa baru meninggalkan pekerjaannya sebagai akuntan di Jepang dan memulai petualangannya ke Nicaragua untuk memperdalam bahasa Spanyol.


Hingga suatu ketika ia menemukan kafe yang mempekerjakan kaum tunarungu di sana. Maka, ide untuk membuat kafe serupa di tanah kelahirannya muncul.

Deaf Cafe Fingertalk didirikan dengan tujuan untuk memberikan peluang bekerja yang sama besar kepada para penyandang tunarungu. Terdapat lima sampai 6 pegawai tunarungu yang bekerja di Fingertalk.

Tugas mereka pun dibagi-bagi. Ada yang memasak di dapur, ada yang melayani pelanggan, dan ada yang bertugas di workshop untuk merajut pernak-pernik dan tas yang dijual di restoran atau yang dibuat sesuai pesanan pelanggan.

Selain menu makanan yang disediakan di atas meja, tersedia pula kartu petunjuk Bahasa Isyarat Indonesia yang bisa digunakan pelanggan untuk berkomunikasi dengan pegawai.

Salah satu pegawai yang merangkup sebagai penerjemah dan interpreter adalah Ali. Pria ini mempunyai dua saudara yang terlahir tunarungu, sehingga lumrah baginya untuk memahami sign language atau bahasa isyarat.

“Bahasa isyarat berbeda-beda. Seperti yang saya pelajari di Singapura, grammar dimasukkan ke dalam bahasa isyarat. Sementara, bahasa isyarat yang kita gunakan di Deaf Talk Cafe adalah Bisindo atau Bahasa Isyarat Indonesia yang lebih sederhana dan mudah digunakan,” kata Dissa, yang menguasai bahasa Spanyol, Jepang, Arab, dan bahasa Isyarat di samping bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Di Deaf Cafe Fingertalk, para pegawai ditemani oleh Ibu Pat Sulistiyowati, yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin).

Bu Pat mengayomi para pegawai dengan mengajarkan cara merajut dan menjahit. Sementara, Bu Lisma D. Oktafoma, yang tidak lain adalah ibunda Dissa, mengajarkan pegawai untuk memasak, mengurus dapur, dan melayani pelanggan.

Bu Lisma sangat bangga dengan pegawai kafe yang punya keterampilan yang sangat baik dalam memasak dan merajut.

“Saya ajarkan mereka untuk menghidangkan makanan dan minuman pelan-pelan. Karena, mereka tidak bisa mendengar bunyi kalau piring atau gelas terbanting di atas meja. Awal-awalnya, mereka belum terbiasa. Bahkan, untuk menyapa tamu kadang ngumpet-ngumpet,” kata Bu Lisma.

“Namun sekarang, mereka sudah bisa dan paham dengan sendirinya. Mereka sangat rajin, percaya diri, dan tulus dalam mengerjakan tiap tugas.”


Salah satu anggota keluarga Fingertalk yang paling sering dibicarakan adalah Bu Rina. Ia merupakan penyandang tunarungu sedari lahir, namun kehilangan penglihatannya semenjak usia 40 tahunan.

Meskipun Bu Rina tidak bisa mendengar dan melihat, Bu Rina selalu mengisi hari-harinya dengan aktivitas normal, seperti merajut yang kini menjadi hobinya. Buah karyanya terpampang di depan kafe dan siap dijual untuk pelanggan.

Kunjungan ke Deaf Cafe Fingertalk bukan hanya membuka wawasan tentang komunitas tunarungu, namun menjadi bahan cerminan batin. Melihat teman-teman yang tetap semangat bekerja meskipun memiliki keterbatasan, bukan menjadi penghalang mimpi dan produktivitas.

Menjelang peringatan ulang tahun Deaf Cafe Fingertalk yang pertama, Dissa pun memiliki cita-cita yang baru. Salah satunya adalah untuk menerbitkan buku yang menceritakan kisah-kisah awal dibangunnya Deaf Cafe Fingertalk.

Untuk mengetahui kegiatan Deaf Cafe Fingertalk lebih lanjut, kunjungi laman Facebook-nya di “Deaf Cafe Fingertalk” atau sapa keluarga Fingertalk di akun Instagram @dcfingertalk.

Pintu Deaf Cafe Fingertalk yang terletak di Jalan Pinang no. 37, Pamulang, Tangerang Selatan, terbuka dari hari Selasa hingga Minggu dari pukul 10 pagi hingga 9 malam.



Sekian Dari Ane Gan
Kalo Thread Berantakan/ Terdapat Kata2 Yang Kurang Berkenan Tolong Dimaafkan Yak Maklum TS Masih Newbie emoticon-Ngakak

Kalo THREAD Ane Bermanfaat TS Sangat Mengharapkan emoticon-Rate 5 Star + nya Dari Agan/Aganwati Semua
Dan TS Tidak Mengharapkan emoticon-Bata (S) gan Masih Newbie hehehe emoticon-Ngakak (S) emoticon-Blue Guy Peace

Akhir Kata Wassalamualaikum Wr.Wb

sumber : http://www.rappler.com/indonesia/120...afe-fingertalk
Tambahan buat agan2 yang mau mampir ke tkp hubungin CP dibawah ini aja untuk bantuan hehehe emoticon-Ngakak
Spoiler for contact person:

Berdasarkan ada beberipa permintaan kaskuser untuk upload foto lebih banyak.. nih ane tambahin Gan/Sis
Spoiler for foto fingertalk:

Spoiler for wawancara salah satu stasiun tv:

Spoiler for pembukaan kafe bersama walikota tangerang selatan:

Spoiler for menu-menu dan hasil karya para tunarungu:

UPDATE 26-02-2016
Spoiler for ULTAH:






Diubah oleh miqdad28 18-04-2016 23:48
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
42.1K
398
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan