arkydarmawanAvatar border
TS
arkydarmawan
ITS ALL ABOUT DOSEN, SANG PENENTU MASA DEPAN GAN (Mahasiswa masuk gan!)


Dalam dunia pendidikan, pendidikan tinggi atau yang biasa kita sebut dengan dunia perkuliahan terkadang menjadi pintu awal dalam memasuki dunia kerja. Bagaimana tidak, didalam perkuliahan kita memperoleh banyak ilmu dan banyak pengalaman mulai dari perlajaran didalam kelas maupun pelajaran yang kita dapat di luar kelas dari organisasi yang kita ikuti. Kita pasti tidak asing dengan yang namanya Dosen, atau pengajar yang ada di perkuliahan. Seperti yang kita tahu, Dosen adalah seorang pengajar yang memang berkewajiban menyampaikan ilmu yang mereka miliki yang nantinya dapat kita manfaatkan sebagai bekal untuk menempuh dan menggeluti dunia kerja. Tetapi, apakah tenaga pendidik di Indonesia terutama pada Perguruan Tinggi sudah mumpuni? Apakah seorang Dosen sudah berada pada jalur nya sebagaimana seharusnya? Atau justru ada sebagian Dosen yang tidak mengerti bahkan menutup mata hingga melakukan kesewenang-wenangan yang dia miliki sebagai dosen? Mari kita teliti lebih dalam bagaimana hakikat seorang dosen terhadap mahasiswa di dalam lingkungan belajar mengajar.



Menurut KBBI, Dosen adalah tenaga pengajar pada Perguruan Tinggi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di sebutkan ada beberapa macam dosen, diantaranya adalah Dosen luar biasa, Dosen terbang, dan dosen tamu. Dosen luar biasa adalah dosen tidak tetap, Dosen terbang adalah dosen yang mengajar di beberapa perguruan tinggi di luar daerah tempat tugas pokoknya yang letaknya berjauhan sehingga harus naik pesawat terbang, sedangkan Dosen tamu adalah tenaga pengajar dari perguruan tinggii lain yang diundang oleh suatu perguruan tinggi untuk mengajar di jangka waktu tertentu. Dapat kita simpulkan bawasannya dosen ini memiliki peran penting dalam membentuk pribadi dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki mahasiswa dn masyarakat di Indonesia.
Akan tetapi sebenarnya masih banyak permasalahan yang dihadapi yang rupanya seringkali kita temui dalam realita sehari-hari kehidupan di kampus, diantaranya adalah :

1. Nilai A hanya untuk Tuhan, Nilai B untuk sang dosen, dan nilai C untuk mahasiswa.



Permasalahan seperti ini seringkali kita jumpai di kehidupan kampus sehari-hari dalam dunia perkuliahan. Pernah mendapat kisah dari teman saya, dimana ada mata kuliah yang diajar oleh dosen yang seperti ini. Diawal matakuliah berlangsung sang dosen sudah memberitahu bahwa tidak ada mahasiswa yang akan mendapat nilai A karena sang dosen sudah mengatakan bahwa nilai A hanya untuk Tuhan dan segala kesempurnaan hanya milik Tuhan. Hal ini sangat sulit di pungkiri karena sudah banyak muncul stigma bahwa dosen selalu benar, sehingga tidak ada yang berani memberikan opini tentang kebijakan yang di ajukan sang dosen.

2. Dosen selalu benar

Hal ini yang paling sering kita jumpai di lingkungan kampus, dimana sang dosen merasa seperti malaikat bahkan dewa yang tidak pernah salah. Walaupun ada beberapa dosen yang bisa kooperatif juga serta objektif dalam memberikan penilaian kepada mahasiswa, tapi jenis dosen seperti ini lah yang pasti ada di kebanyakan kampus di berbagai universitas di Indonesia. Sebagai contoh yang saya ambil dari pengalaman sehari-hari di lingkungan saya berdasarkan pengalaman pribadi yang dialami oleh rekan saya. Kita sebut teman saya sebagai si A dan sang dosen sebagai Pak/Ibu B. Jadi si A sedang menempuh kuliah di tahun pertama di smester 1, saat di kelas Pak/Ibu B memberikan peraturan yang ada di dikelasnya, diantara peraturan yang diberikan adalah tidak apa-apa ketika sang mahasiswa tidak memperhatikan, akan tetapi harus bisa mengerjakan soal-soal kuis/UTS/UAS yang diberikan sang dosen.

Suatu ketika, si A tidur di kelas karena mengantuk akibat mengerjakan tugas sang dosen. Saat di tengah perkuliahan sang dosen membangunkan dan memarahi si A, akibat hal itu si A mengingatkan sang dosen akan peraturan yang diberikan saat di kelas. Perdebatan pun terjadi dan hasilnya si A disuruh keluar. Selama perkuliahan si A bisa mengerjakan tugas/kuis/uts/uas, akan tetapi saat di akhir perkuliahan dia mendapatkan nilai D+ dan tandanya ia tidak di luluskan di mata kuliah tersebut. Padahal teman-teman lainnya lulus semuanya dan mendapatkan nilai yang cukup bagus secara rata-rata. Disini si A mulai sadar bawasannya sang dosen memiliki dendam tersendiri kepada si A.

Empat setengah tahun kemudian, si A menjalani ujian komprehensif yang dimana akan menentukan kelulusan si A. saat si A melihat daftar dosen penguji, ternyata ada salah satu dosen penguji yang pernah memiliki dendam dengannya dan memberikan nilai D+ di mata kuliah yang diberikan. Awalnya si A berfikiran positif dan berusaha melupakan apa yang sudah terjadi saat smester satu. Saat memasuki ruangan sang dosen melihat dia dan berkata “Mas, saya masih ingat loh sama kamu” dengan nada sinis dan muka sedikit ketus. Saat ujian kompre berlangsung pada awalnya berjalan lancar, akan tetapi saat di pertengahan sang dosen menanyakan pertanyaan yang sangat tidak berhubungan, yaitu “Kamu masih ingat apa kesalahanmu dulu?”. Melihat situasi seperti itu si A menjawab dengan lugas bawasannya si A masih ingat dengan kesalahannya. Alhasil saat di akhir kedua dosen meluluskan dengan nilai yang cukup baik, akan tetapi sang dosen yang memiliki dendam pribadi tidak meluluskan si A. sungguh tidak professional kalau saya menilai, seharusnya dosen itu bisa berprilaku professional dan bisa mendidik serta memberi bekal kepada mahasiswa, bukan malah menjatuhkan karena ada hubungannya dengan masalah pribadinya.


3. Nilai A hanya untuk Mahasiswi (dosen laki-laki)

Kejadian ini juga banyak terjadi, ada segelintir dosen yang tentunya laki-laki menilai mahasiswa secara keseluruhan secara pilih kasih. Seluruh mahasiswi mendapatkan nilai A dan hanya beberapa mahasiswa yang mendapat nilai B+ dan sisanya mendapatkan dibawah itu. Hal ini sungguh tidak memenuhi asas keadilan dan kesamarataan.

4. Dosen melanggar di maklumi, Mahasiswa melanggar di kenakan sanksi


saat diawal perkuliahan berlangsung, pasti sang dosen memberikan peraturan mengenai jam masuk dan lain sebagainya. Disini saya melihat ada beberapa dosen memang suka melanggar peraturan yang ia buat seperti pengunaan gadget, ketepatan waktu, dan lain sebagainya. Ketika sang dosen melanggar, ia merasa sangat hal itu wajar di maklumi dan di maafkan. Akan tetapi ketika sang mahasiswa yang melanggar, tidak jarang mahasiswa disuruh keluar kelas bahkan mendapatkan stigma negative pada keesokan harinya ketika mereka menjalani perkuliahan di mata kuliah sang dosen yang bersangkutan.

Berdasarkan kejadian diatas yang memang saya alami di kehidupan sehari-hari dan tentunya ada di lingkungan kampus, seharusnya pemerintah benar-benar menaruh focus dalam pengembangan dan pembentukan perilaku dosen dalam memberikan ilmu dan bekal kepada mahasiswa Indonesia. karena pada dasarnya adalah sang dosen adalah penentu bagi masadepan sang mahasiswa ketika menjalani dunia perkuliahan. Kondisi kampus yang interaktif juga sangat di butuhkan demi mengembangkan pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa. Bukan hanya kuliah satu arah antara dosen ke mahasiswa, akan tetapi diskusi dua arah juga sangat di butuhkan demi mengembangkan pola pikir mahasiswa. Masih banyak dosen yang kolot yang terpaku oleh pengalaman masa lalunya yang mungkin begitu berat, akan tetapi hal itu tidak bisa di terapkan karena zaman sudah berubah, cara-cara yang tradisional dan kolot tidak bisa di terapkan lagi kepada mahasiswa di era globalisasi sekarang. Bukannya mahasiswa sekarang itu manja, akan tetapi pola pikir mereka berubah karena terbentuk oleh perubahan zaman yang sudah modern. Seharusnya dalam melakukan penilaian dan pendidikan di dunia perkuliahan bisa lebih objektif terhadap seluruh mahasiswa, jangan hanya menilai dari segi perasaan bahkan nilai-nilai yang tak mendasar lainnya.

Dengan ini saya sangat berharap pemerintah dapat melakukan perubahan dan rekonstruksi pola pikir semua tenaga pendidik yang ada di Indonesia. karena pada hakikatnya sang pendidik adalah mendidik bukan menjatuhkan. Demi menghadapi bonus demografi yang kemungkinan di hadapi di tahun 2030 pada pucaknya, Indonesia harus mempersiapkan SDM yang berkualitas demi mengikuti persaingan yang sangat sengit di AEC yang sudah di mulai per 1 januari 2016. Harapannya Indonesia bisa tumbuh dengan pesat di tengah pergolakan ekonomi dunia yang memang tidak bisa lepas dari peran tenaga pendidik yaitu guru/dosen/tenaga ahli lainnya dalam mengembangkan hardskill masyarakat Indonesia pada umumnya. Karena pada hakikatnya yang dibutuhkan oleh mahasiswa sebenarnya adalah ilmu yang bermanfaat, akan tetapi karena perubahan pola pikir dan segala perubahan dalam prilaku di tengah-tengah masyarakat, nilai seakan-akan adalah harta karun yang berharga tanpa melihat lagi seberapa besar ilmu yang di dapat.



Malang, 31 Januari 2016
Arky Darmawan
Mahasiswa Indonesia



SUMBER : Pengalaman sehari-hari ane gan
Diubah oleh arkydarmawan 12-05-2020 06:12
tien212700
tien212700 memberi reputasi
1
10.4K
83
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan