- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Harga Pangan Naik 70%, Jokowi Tagih Swasembada. Menterinya njawab: "Gua minta Do'a"


TS
zitizen4r
Harga Pangan Naik 70%, Jokowi Tagih Swasembada. Menterinya njawab: "Gua minta Do'a"
Jokowi: Harga Pangan Sudah Naik 70%!
Rabu, 27 Januari 2016 - 17:57 wib
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta harga pangan dikembalikan pada harga normal. Pasalnya, Jokowi mendapatkan data bahwa kenaikan harga pangan dimulai 2011 sampai 2014-2015 kemarin. Rata-rata kenaikan harga pangan mencapai 70 persen.
"Ini naiknya sudah hampir mencapai 70 persen. Ini hati-hati," tegas Jokowi di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (27/1/2016).
Jokowi menambahkan, untuk itu diperlukan rumusan yang komprehensif dan cermat dalam kebijakan pangan, sehingga harga bisa dikembalikan pada harga-harga yang normal.
"Oleh sebab itu langkah-langkah komprehensif memperbaiki permintaan, memperbaiki suplai, memperbaiki rantai-rantai perdagangan, sistem data, dan informasi pertanian kita harus betul-betul komprehensif dan betul-betul valid," katanya.
Jokowi menjelaskan, dalam merumuskan kebijakan pangan mempunyai cara pandang yang komprehensif. Misalnya Kementerian Pertanian tidak hanya memikirkan petani saja, Kementerian Perdagangan juga tidak hanya memikirkan perdagangan saja.
"Tetapi tolong semuanya dilihat kembali yang tadi saya sampaikan, produsennya pedagangnya konsumennya semuanya harus dilihat," tegas Jokowi.
Menurut Jokowi, diperlukan sebuah kebijakan yang menyeimbangkan antara produsen, pedagang, dan konsumen. Hal ini diakui Jokowi memang bukan sesuatu yang mudah.
"Tetapi saya yakin kalau kita mempunyai visi yang sma, mempunyai pemikiran yang sama, akan mudah diselesaikan. Sekali lagi intinya kita perlu kebijakan yang menyeimbangkan antara produsen, pedagang dan konsumen," kata Jokowi.
http://economy.okezone.com/read/2016...-sudah-naik-70
Jokowi Tagih Swasembada Pangan, Menteri Amran Minta Doa
SELASA, 23 DESEMBER 2014 | 16:26 WIB

Menteri Pertanian, Amran Sulaiman di halaman Istana Merdeka, Jakarta, 26 Oktober 2014. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian Amran Sulaiman meminta masyarakat berdoa agar cita-cita swasembada pangan lekas tercapai. Yang jelas, Amran mengatakan terus membenahi berbagai persoalan di sektor pertanian dari hulu sampai hilir. (Baca: Kejar Swasembada Pangan, Jokowi Bangun 11 Waduk)
Amran mengungkapkan alasan mengapa Indonesia sulit penuhi target swasembada. Menurut dia, ada beberapa faktor mulai dari produksi hingga distribusi fasilitas yang menjadi hambatan. "Kendala ada di irigasi, serapan benih, distribusi pupuk, dan alat mesin pertanian," kata Amran saat ditemui di kantornya, Ragunan, Jakarta Selatan, Senin, 22 Desember 2014. (Baca: Amran Yakin Indonesia Segera Swasembada Beras)
Selama blusukan ke berbagai daerah di Indonesia, Amran menemukan 52 persen irigasi di Indonesia rusak. Dari area irigasi seluas 7,1 juta hektare, Amran menemukan pula alat-alat yang tak direhabilitasi selama 25 tahun lebih. "Pemeliharaannya juga buruk," katanya. (Baca: Menteri Pertanian: Kekurangan Pangan di Depan Mata)
Dari faktor benih, angka serapan termasuk rendah yaitu sekitar 20 persen dari Rp 1,56 triliun yang dijatahkan. Selain itu distribusi pupuk yang rendah dan kerap terlambat juga berpengaruh besar pada produktivitas. "Di seluruh daerah, selalu bermasalah. Anggap saja kalau telat dua minggu, bisa menyebabkan panen tertunda setahun," kata Amran. (Baca: El Nino, Pemerintah Siapkan Rp 2 Triliun)
Menurut perhitungannya, produksi yang tertunda karena keterlambatan bisa mencapai 1 ton. Apabila hasil produksi separuh daerah perkebunan di Indonesia yang diperkirakan mencapai 5 juta hektare, maka angka produktivitas akibat keterlambatan tersebut bisa mencapai 5 juta ton. "Sudah bisa untuk swasembada itu," kata dia. (Baca: Stabilisasi Harga Pangan Butuh Rp 2 Triliun)
Selain itu, penurunan rumah tangga petani selama 10 tahun terakhir ini terus menurun. Dari angka 31 juta menjadi 26 juta pada 2014. Angka ini berpengaruh pada produktivitas hasil pertanian. Solusinya, Amran agar memberi dukungan kepada petani lokal juga memberikan teknologi yang dibutuhkan.
https://bisnis.tempo.co/read/news/20...mran-minta-doa
LIPI: Indonesia Rawan Pangan
RABU, 30 SEPTEMBER 2015 | 11:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan bahwa Indonesia tengah dalam keadaan rawan pangan. Konsumsi yang terus meningkat tak didukung dengan peningkatan produksi pangan lokal.
"Menurut data dari Badan Ketahanan Pangan, pada 2006-2012, peningkatan pertumbuhan produksi di Indonesia tertinggal dibandingkan dengan konsumsi," kata peneliti ekonomi dari LIPI, Esta Lestari, di Jakarta, Rabu, 30 September 2015. Hal ini terjadi untuk komoditas pokok seperti beras, jagung, kedelai, daging sapi, dan gula tebu.
Untuk mengatasi hal ini, Esta mengatakan pemerintah perlu menggenjot diversifikasi makanan. Definisi diversifikasi makanan sendiri adalah pemenuhan konsumsi makanan pokok yang sesuai dengan karakteristik wilayah. Pola produksi saat ini, yang berorientasi pada beras, menyebabkan pola konsumsi masyarakat belum ideal.
Salah satu contohnya adalah di Nusa Tenggara Timur. Makanan utama masyarakat Nusa Tenggara Timur adalah jagung bose, sementara beras hanyalah makanan komplementer. Dan, produksi jagung di Nusa Tenggara Timur pun dapat mencukupi kebutuhan masyarakat di sana.
"Kalau di sana, nasi itu hanya keluar kalau ada acara khusus," kata Esta. Masyarakat baru bisa menikmati beras saat ada pesta besar atau kedatangan beras untuk masyarakat miskin.
Untuk itu, ia menekankan pada pemerintah untuk terus mendorong diversifikasi makanan ini. Paradigma kalau daerah dengan jumlah beras sedikit itu rawan pangan juga perlu diubah. Sebab, memang tak semua daerah menjadikan beras sebagai kebutuhan utama.
"Kalau kebutuhan protein dan karbohidrat bisa diatasi dengan diversifikasi ini, maka kita tak perlu lagi bergantung pada impor beras, dan tak lagi rawan," kata Esta.
https://bisnis.tempo.co/read/news/20...a-rawan-pangan
Indonesia terancam krisis pangan pada 2017
Rabu, 18 Desember 2013 16:00
Merdeka.com - Ketua Umum Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa, memprediksi Indonesia akan mengalami krisis pangan di 2017. Hal ini bakal terjadi jika sektor pertanian tidak ada perhatian khusus pada sektor ini.
Apalagi dengan makin membesarnya ketergantungan Indonesia terhadap impor pangan, akan membuat kestabilan pangan nasional sangat rentan. Terlebih ketika terjadi gejolak harga pangan.
"Impor pangan terus membesar, ketika harga pangan naik, perekonomian bisa kolaps," ujarnya saat acara 'Pembelajaran dari Pengelolaan Ekonomi 2013: Banyak Kebijakan Dikeluarkan, Sedikit Masalah Terselesaikan,' di Gedung SME, Jakarta, Rabu (18/12).
Menurutnya, ancaman tersebut didasarkan adanya perhitungan siklus kekeringan 10 tahunan yang melanda beberapa negara seperti Australia dan Amerika Serikat. "Ada siklus sepuluh tahunan tentang kekeringan. Itu akan memicu adanya krisis pangan," jelas dia.
Kekeringan tersebut lanjut dia pasti akan berdampak bagi Indonesia, akibat ketergantungan impor. Saat ini, lanjutnya, industri hulu hingga hilir pertanian Indonesia dikuasai oleh perusahaan asing atau multinasional."Dampaknya akan luar biasa," ungkapnya.
http://www.merdeka.com/uang/indonesi...pada-2017.html
--------------------------------
Berdo'a tanpa ada usaha kerja keras dan serius... yaaaa sia-sia saja ... meski di do'akan oleh Sang Tjahaja Asia se kalipun...
Rabu, 27 Januari 2016 - 17:57 wib
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta harga pangan dikembalikan pada harga normal. Pasalnya, Jokowi mendapatkan data bahwa kenaikan harga pangan dimulai 2011 sampai 2014-2015 kemarin. Rata-rata kenaikan harga pangan mencapai 70 persen.
"Ini naiknya sudah hampir mencapai 70 persen. Ini hati-hati," tegas Jokowi di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (27/1/2016).
Jokowi menambahkan, untuk itu diperlukan rumusan yang komprehensif dan cermat dalam kebijakan pangan, sehingga harga bisa dikembalikan pada harga-harga yang normal.
"Oleh sebab itu langkah-langkah komprehensif memperbaiki permintaan, memperbaiki suplai, memperbaiki rantai-rantai perdagangan, sistem data, dan informasi pertanian kita harus betul-betul komprehensif dan betul-betul valid," katanya.
Jokowi menjelaskan, dalam merumuskan kebijakan pangan mempunyai cara pandang yang komprehensif. Misalnya Kementerian Pertanian tidak hanya memikirkan petani saja, Kementerian Perdagangan juga tidak hanya memikirkan perdagangan saja.
"Tetapi tolong semuanya dilihat kembali yang tadi saya sampaikan, produsennya pedagangnya konsumennya semuanya harus dilihat," tegas Jokowi.
Menurut Jokowi, diperlukan sebuah kebijakan yang menyeimbangkan antara produsen, pedagang, dan konsumen. Hal ini diakui Jokowi memang bukan sesuatu yang mudah.
"Tetapi saya yakin kalau kita mempunyai visi yang sma, mempunyai pemikiran yang sama, akan mudah diselesaikan. Sekali lagi intinya kita perlu kebijakan yang menyeimbangkan antara produsen, pedagang dan konsumen," kata Jokowi.
http://economy.okezone.com/read/2016...-sudah-naik-70
Jokowi Tagih Swasembada Pangan, Menteri Amran Minta Doa
SELASA, 23 DESEMBER 2014 | 16:26 WIB

Menteri Pertanian, Amran Sulaiman di halaman Istana Merdeka, Jakarta, 26 Oktober 2014. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian Amran Sulaiman meminta masyarakat berdoa agar cita-cita swasembada pangan lekas tercapai. Yang jelas, Amran mengatakan terus membenahi berbagai persoalan di sektor pertanian dari hulu sampai hilir. (Baca: Kejar Swasembada Pangan, Jokowi Bangun 11 Waduk)
Amran mengungkapkan alasan mengapa Indonesia sulit penuhi target swasembada. Menurut dia, ada beberapa faktor mulai dari produksi hingga distribusi fasilitas yang menjadi hambatan. "Kendala ada di irigasi, serapan benih, distribusi pupuk, dan alat mesin pertanian," kata Amran saat ditemui di kantornya, Ragunan, Jakarta Selatan, Senin, 22 Desember 2014. (Baca: Amran Yakin Indonesia Segera Swasembada Beras)
Selama blusukan ke berbagai daerah di Indonesia, Amran menemukan 52 persen irigasi di Indonesia rusak. Dari area irigasi seluas 7,1 juta hektare, Amran menemukan pula alat-alat yang tak direhabilitasi selama 25 tahun lebih. "Pemeliharaannya juga buruk," katanya. (Baca: Menteri Pertanian: Kekurangan Pangan di Depan Mata)
Dari faktor benih, angka serapan termasuk rendah yaitu sekitar 20 persen dari Rp 1,56 triliun yang dijatahkan. Selain itu distribusi pupuk yang rendah dan kerap terlambat juga berpengaruh besar pada produktivitas. "Di seluruh daerah, selalu bermasalah. Anggap saja kalau telat dua minggu, bisa menyebabkan panen tertunda setahun," kata Amran. (Baca: El Nino, Pemerintah Siapkan Rp 2 Triliun)
Menurut perhitungannya, produksi yang tertunda karena keterlambatan bisa mencapai 1 ton. Apabila hasil produksi separuh daerah perkebunan di Indonesia yang diperkirakan mencapai 5 juta hektare, maka angka produktivitas akibat keterlambatan tersebut bisa mencapai 5 juta ton. "Sudah bisa untuk swasembada itu," kata dia. (Baca: Stabilisasi Harga Pangan Butuh Rp 2 Triliun)
Selain itu, penurunan rumah tangga petani selama 10 tahun terakhir ini terus menurun. Dari angka 31 juta menjadi 26 juta pada 2014. Angka ini berpengaruh pada produktivitas hasil pertanian. Solusinya, Amran agar memberi dukungan kepada petani lokal juga memberikan teknologi yang dibutuhkan.
https://bisnis.tempo.co/read/news/20...mran-minta-doa
LIPI: Indonesia Rawan Pangan
RABU, 30 SEPTEMBER 2015 | 11:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan bahwa Indonesia tengah dalam keadaan rawan pangan. Konsumsi yang terus meningkat tak didukung dengan peningkatan produksi pangan lokal.
"Menurut data dari Badan Ketahanan Pangan, pada 2006-2012, peningkatan pertumbuhan produksi di Indonesia tertinggal dibandingkan dengan konsumsi," kata peneliti ekonomi dari LIPI, Esta Lestari, di Jakarta, Rabu, 30 September 2015. Hal ini terjadi untuk komoditas pokok seperti beras, jagung, kedelai, daging sapi, dan gula tebu.
Untuk mengatasi hal ini, Esta mengatakan pemerintah perlu menggenjot diversifikasi makanan. Definisi diversifikasi makanan sendiri adalah pemenuhan konsumsi makanan pokok yang sesuai dengan karakteristik wilayah. Pola produksi saat ini, yang berorientasi pada beras, menyebabkan pola konsumsi masyarakat belum ideal.
Salah satu contohnya adalah di Nusa Tenggara Timur. Makanan utama masyarakat Nusa Tenggara Timur adalah jagung bose, sementara beras hanyalah makanan komplementer. Dan, produksi jagung di Nusa Tenggara Timur pun dapat mencukupi kebutuhan masyarakat di sana.
"Kalau di sana, nasi itu hanya keluar kalau ada acara khusus," kata Esta. Masyarakat baru bisa menikmati beras saat ada pesta besar atau kedatangan beras untuk masyarakat miskin.
Untuk itu, ia menekankan pada pemerintah untuk terus mendorong diversifikasi makanan ini. Paradigma kalau daerah dengan jumlah beras sedikit itu rawan pangan juga perlu diubah. Sebab, memang tak semua daerah menjadikan beras sebagai kebutuhan utama.
"Kalau kebutuhan protein dan karbohidrat bisa diatasi dengan diversifikasi ini, maka kita tak perlu lagi bergantung pada impor beras, dan tak lagi rawan," kata Esta.
https://bisnis.tempo.co/read/news/20...a-rawan-pangan
Indonesia terancam krisis pangan pada 2017
Rabu, 18 Desember 2013 16:00
Merdeka.com - Ketua Umum Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa, memprediksi Indonesia akan mengalami krisis pangan di 2017. Hal ini bakal terjadi jika sektor pertanian tidak ada perhatian khusus pada sektor ini.
Apalagi dengan makin membesarnya ketergantungan Indonesia terhadap impor pangan, akan membuat kestabilan pangan nasional sangat rentan. Terlebih ketika terjadi gejolak harga pangan.
"Impor pangan terus membesar, ketika harga pangan naik, perekonomian bisa kolaps," ujarnya saat acara 'Pembelajaran dari Pengelolaan Ekonomi 2013: Banyak Kebijakan Dikeluarkan, Sedikit Masalah Terselesaikan,' di Gedung SME, Jakarta, Rabu (18/12).
Menurutnya, ancaman tersebut didasarkan adanya perhitungan siklus kekeringan 10 tahunan yang melanda beberapa negara seperti Australia dan Amerika Serikat. "Ada siklus sepuluh tahunan tentang kekeringan. Itu akan memicu adanya krisis pangan," jelas dia.
Kekeringan tersebut lanjut dia pasti akan berdampak bagi Indonesia, akibat ketergantungan impor. Saat ini, lanjutnya, industri hulu hingga hilir pertanian Indonesia dikuasai oleh perusahaan asing atau multinasional."Dampaknya akan luar biasa," ungkapnya.
http://www.merdeka.com/uang/indonesi...pada-2017.html
--------------------------------
Berdo'a tanpa ada usaha kerja keras dan serius... yaaaa sia-sia saja ... meski di do'akan oleh Sang Tjahaja Asia se kalipun...



nona212 memberi reputasi
1
4.6K
44


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan