" Unforgettable together, held the whole world in our hands...
Unexplainable, a love that only we could understand...
If tomorow you won't be mine let me love gou goodbye.."

"Rinda... kok belum diberesin nih buku-bukunya? masukin semua dalam dus ya biar disimpan digudang, barang rinda yang mau dibawa ke rumah baru diletakin di depan aja ya. mama udah pening liat semua barang berserak." Terdengar suara mama di depan pintu kamar yang terbuka, khas dengan longat medan yang kental.
"Iya maaa", sahutku dari kamar.

Huff... buku-bukuku berantakan di lantai. Dari buku kuliah sampe dengan koleksi komik dan novel kesayangan. Buku-buku kuliah yang tebal dan berat aku bungkus dengan plastik putih dan disusun rapi di dalam dus untuk disimpan di gudang, sedangkan komik-komik dan novel aku masukan ke dalam dus yang akan dibawa ke rumah baru. Untuk memastikan tidak ada buku-buku yang ketinggalan, ku buka kembali lemari bukuku. Disana hanya ada satu kotak sepatu berwarna hijau.
Aku tersenyum melihat kotak sepatu itu. Perlahan aku ambil kotak tersebut dan ku buka...

Rasanya sudah lama sekali tidak melihat benda ini, ku elus perlahan lalu mengambilnya dari kotak tersebut.
My Diary ...
Ukurannya sedang dan berwarna pink, covernya juga polos hanya bertuliskan My Secret. diary ini adalah hadiah dari sahabatku di bangku SMA saat usiaku 17 tahun dan ku tulis sejak aku mulai manjadi mahasiswa di universitas negeri di Medan.

Rasanya rindu sekali menulis diary seperti dulu. Aku perhatiakan kembali fisik diary ini, warnanya agak kusam dan tempat kuncinya pun sudah rusak. Aku ingat, aku yang merusaknya saat itu... saat aku merasakan hal terpuruk dalam hidupku... di akhir masa remajaku.

Perlahan aku buka kembali diary itu, rasanya sedikit excited untuk membaca kembali kisah di dalamnya. Beberapa halaman pertama menceritakan tentang pengalaman menjadi mahasiswa baru yang mengikuti ospek, aku mulai larut dengan kenanganku dulu, tertawa...tersenyum mengingat betapa lucunya saat itu. Namun, tiba-tiba aku teringat satu hal, aku mengingat "seseorang" yang dulu sering kutorehkan namanya di diary ini.
Saat ku buka halaman diary berikutnya... "Tuh kan bener", kataku dalam hati... dan aku tersenyum melihat namanya ditulis dengan huruf kapital.

Pertanyaan yang terlintas di pikiranku... "Bagaimana kabarnya hari ini?"
"FAKHRI NANDA"