- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
there's no place I'd rather be - indonesia


TS
dellanzr
there's no place I'd rather be - indonesia
Senja itu muncul kembali dihadapanku, seolah menyerukan akan sesuatu yang ingin aku lupakan. Aku tidak membenci senja hanya saja aku membenci memori yang tercipta kala senja muncul. Jika sebuah novel diawali dengan kesempurnaan hidup yang ingin dimiliki oleh si tokoh utama, tidak dengan hidupku. Ya, aku memang sempurna bukan karena aku mencintai diriku sendiri dengan mengatakan aku sempurna. Namun, kesempurnaan mungkin adalah nama tengah ku semua yang ku miliki selalu sempurna. Ini bukan kisah tentang persaingan antara aku dan rival-ku yang kemudian saling memadu kasih, ini juga bukan kisah tentang drama queen yang ingin merebut kesempurnaan ku dan ini juga bukan kisah tentang percintaan manusia dengan vampire. Ini adalah kisah sederhana tentang sebuah kesempurnaan. Entah kapan dan bagaimana aku memulainya, semua kesempurnaan ini dan ya aku sangat menyukai kesempurnaan ku. Aku sangat menyukai ketika perempuan-perempuan itu memandangku dengan tatapan penuh iri seolah mereka hendak menyalahkan tuhan atas anugrah yang terlalu berlebihan yg IA berikan padaku. Aku sangat menyukainya, saat para pria diluar sana menatapku dengan nanar bak serigala melihat daging segar. Aku menikmati setiap kebencian yang mereka tunjukan padaku, Aku menikmati sesuatu yang mereka anggap 'aneh' lantaran aku menikmati kebencian dan tidak mendambakan pujaan. Meski semua melihatku dengan tatapan iri, dan mengagumiku namun mereka semua tak akan pernah memberanikan diri untuk sekedar menyapa-ku ataupun sekedar memberi salam basa basi. Mereka mengenalku dengan sebutan 'anggrek'. Yaa, mereka mengabaikan nama asli-ku entah apa alasan mereka memanggilku dengan nama anggrek. Seolah penjuru kota ini sudah mengenalku dengan nama itu. aku tinggal di daerah terpencil dengan populasi yang mungkin hanya sekitar 3890, Kota ini bernama forks, washington DC. Atau bisa disebut desa jika aku menafsirkan dalam kebudayaan indonesia. Di desa itu aku tinggal dengan semua kesempurnaan ku, aku menyelesaikan gelar bachelor ku di usia 20tahun. Dan kembali ke kota kecil bernama forks tampaknya aku memang tidak begitu cocok dengan kota besar, aku menghabiskan 2tahun di new york. aku memilih untuk cepat menyelesaikan masa study-ku di salah satu universitas bergensi new york. Seluruh hidupku sudah tertulis dengan rapi, seolah aku merupakan sebuah boneka yang selalu mengikuti agenda yang diciptakan kedua orangtua-ku. Tidaak, aku tidak akan menentang dan berakhir konyol hanya dengan memikirkan cinta. Dan Hari itu sepertinya nampak berbeda, sepertinya agendaku akan diakhiri beberapa hari kemudian, ayahku sudah mempersiapkan pernikahanku. lucu sekali, aku hampir tertawa terpingkal-pingkal dibuatnya. Begitu sibuknya ayah dan ibuku menyiapkan pernikahanku yang bahkan aku sendiri belum sempat melihat seperti apa calon suami-ku, apakah ia tampan? Apakah ia tinggi? Apakah ia yahudi? Apakah ia tua dan tidak bergaya?. Membayangkan semua itu hanya akan membuatku semakin tertawa,dalam benakku aku akan menikahi seorang pria yang berasal dari era ayahku dengan selera fashion yang sangat kuno. Eww dan mungkin ia mengalami obesitas, jika semua hal yang kubayangkan ternyata benar nampaknya aku telah benar-benar mempertaruhkan kehidupan sempurnaku dengan menikahinya. Semakin hari persiapan pernikahan ku semakin matang, aku harus mengakui bahwa ibuku memang memiliki selera yang tinggi dalam hal dekorasi. Jika kebanyakan pernikahan dominan putih namun pernikahan ku penuh dengan warna merah. Penuh dengan warna merah, dimana-mana dapat ku temukan mawar merah bahkan di lantainya bertaburan mawar kecuali terdapat meja-meja bundar dimana tamu akan duduk berwarna putih masing-masing dengan satu bouqet mawar putih nampak kontras namun sungguh ini pernikahan yang indah dan aku berharap mempelaiku juga seindah selera fashion ibuku. Hari itupun datang, ya pernikahanku, pernikahan sempurnaku, pernikahan terindahku setidaknya akulah satu-satunya yang indah,sempurna dan cantik. Aku tak akan lagi memikirkan siapa mempelaiku seperti apa dia karena tidak ada yang bisa merusak kesempurnaan ku. 'Gaun mu nampak sangat indah, aku tak pernah menyangka putri kecil ibu sekarang akan pergi meninggalkan ibu' ibuku nampak berkaca-kaca saat menatapku, ia terus merapikan rambut ku, gaunku dan memastikan semuanya sempurna seperti tabiatku semuanya harus sempurna. Tunggu dulu, apa maksud ibu dengan berkata bahwa aku akan meninggalkannya? Ah sudahlah. 'Ibu terimakasih telah mengantarku sampai pada gerbang pernikahanku hari ini, sungguh aku sangat mencintaimu' lalu aku memeluknya dengan erat hampir saja aku menitikan air mata dan membuat maskara-ku luntur. Ayahku datang ia tak mengatakan apa-apa ia hanya memeluk-ku dan mentapku dengan penuh harap, seolah aku mengerti bahwa ia mencintaiku lebih dari segalanya. Ya ayah, aku sangat teramat mencintaimu dan akan selalu. Lucci memanggilku dan berkata pernikahan siap dimulai, ia adalah sepupu tersayangku meskipun aku selalu nampak angkuh dihadapannya jauh dalam hatiku aku menyayangi lucci kecilku ini. Aku berjalan di iringi sepupu-sepupu kecilku dengan tangan ayah yang menggandengku begitu erat, nampaknya ia sangat gugup. Saat akhirnya tiba di altar pelaminan, pertama kalinya dalam hidupku aku merasa seperti waktu terhenti dan aku bertanya siapakah dia? Diakah mempelai priaku? Aku diam seribu bahasa saat pernikahanku dimulai dan sampai pada akhir pernikahanku. Ketika hari perayaan pernikahaan ku hampir selesai aku melihat sebuah mobil mercedes benz keluaran terbaru sudah nampak di depan dan siap membawaku, ibu dan ayah ku mengatakan mereka sudah menyiapkan segalanya aku akan mengikuti suami ku tinggal dan menetap di indonesia...suamiku? Dia adalah pria asia asal indonesia dengan perawakan yang sangat tampan namun dia bukanlah kesempurnaan yang di inginkan oleh seorang wanita amerika sepertiku. Dan tunggu dulu, indonesia? Dimanakah itu? Seperti apakah? Sepertinya kesempurnaanku benar-benar akan runtuh.. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, seolah aku tidak sadarkan diri sementara. Aku terbangun ketika pesawat kami ngelami turbulensi ringan, entah apa yang terjadi sebelumnya. Namun sekarang aku sudah tertidur dengan santai di first class Qatar airlines, suamiku nampak disampingku merangkul-ku dengan sangat erat. Ketika turbulensi itu sudah cukup tenang ia terbangun lalu mengecup keningku, ini adalah hal teraneh yang pernah terjadi padaku. Satu waktu aku masih louissa si gadis anggrek dan sekarang aku berada dalam pelukan pria asia yang berstatus suamiku. Aku bukannya tidak dapat menerima suami asia-ku namun aku merasa, kesempurnaan ku runtuh sebagai wanita amerika aku mendamba seorang pria sama sempurnanya sepertiku. Entah apa yang dipikirkan oleh kedua orangtuaku saat mereka menjodohkan ku denga raka prahadika sudibyo. Bayangkan, hanya dengan menyebut namanya saja aku sudah susah dengan aksen american-ku yang sangat kental ia memaksa ku memanggilnya dengan lantang tanpa memberikan irama 'r' yang berlebihan. Sebanyakan apapun aku mengatakan 'reikah' dan sebanyakan itupun ia akan membernarkan bahwa namanya adalah 'raka' yaa setidaknya selera humor untuk seorang asia tidaklah buruk. Hatiku sudah resah meskipun ini adalah layanan penerbangan first class tetap saja aku bukanlah louissa si gadis penyabar yang dengan anggun duduk menanti 18jam perjalanan. Jangankan 18jam beberapa jam menuju canada-pun aku sudah sangat muak, namun kali ini aku benar-benar harus menjaga sikap ku, ke-anggun-an ku dipertaruhkan kali ini. Aku tidak boleh menampakan bahwa aku mengeluh dan nampak tak nyaman dengan ini semua, dan baiklah suami asia-ku jika perang yang kamu inginkan mari kita berikan sedikit sentuhan louissa si gadis anggrek dalam hidupmu. 'Tidak kah kamu merasa bosan louis? Jika ada hal yang ingin kamu lakukan katakan saja, aku mengerti 18jam duduk diam sepertinya tidak ada dalam agenda louissa' perkataan raka seolah membuyarkan lamunan konyol-ku tentang perang yang akan aku berikan pada lelaki asia ini. 'Ah tidak, aku menyukai berbaring disini melihat langit yang indah bertabur bintang sungguh indah. Sepertinya amerika tidak menciptakan langit sedemikan indahnya seperti diatas sini' ucapku dengan lembut anggun seperti biasa entah mengapa aku berucap sedemikian itu bahkan aku tak sempat menoleh keluar jendela. 'Wah seperti wanita amerika-ku separuh cenayang ya, bagaimana kau dapat mengatakan bahwa diluar langit berbintang sedangkan kau sama sekali tidak membuka penutup kaca-mu sayang. Dan ya sepertinya kamu lupa kita mengalami sedikit turbulensi lantaran kondisi cuaca yang sedikit penuh petir dan hujan'. Yatuhan, apa yang baru saja ku katakan mengapa aku begitu bodoh mengatakan hal yang manis tanpa melihat kondisi sekeliling ku. Astaga kali ini aku hanya dapat memasang senyuman terindahku dan ya sepertinya suami asia-ku merupakan lawan yang sepadan untuk-ku.
0
2K
21


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan