- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Jawaban Tawan Kepada Haters Yang Memaki Alatnya Hoax, Ternyata..


TS
ajihyuga
Jawaban Tawan Kepada Haters Yang Memaki Alatnya Hoax, Ternyata..
Quote:

DRC7- Karangasem - Pemberitaan media secara berturut-turut terkait tangan robot miliknya, membuat I Wayan Sumardana alias Tawan angkat bicara. Dengan nada santai dan tanpa beban, Tawan berkata agar lengan robot yang ia pakai tak diberitakan lagi.
Ia beralasan jika terus diberitakan akan membuat orang pintar di luaran semakin sakit hati padanya. Lho Kenapa?
Tawan tak banyak memberi penjelasan teoritis tentang mekanisme pembuatan robot, teknik elektronik, elektroda, sensor ataupun Electro Encephalo Graphi (EEG) yang melingkar di kepalanya. Ia beranggapan masih banyak kekurangan dari lengan robot berbahan barang bekas tidak terpakai. Dan Tawan lagi-lagi menyampaikan jika alat serupa seperti miliknya bahkan lebih sempurna pun bisa dibeli secara bebas di portal pembelanjaan online.
"Sudah jangan diberitakan lagi. Di luar banyak yang jual dan menyediakan alat seperti ini, lebih bagus malah. Tidak seperti punya saya yang masih jelek begini," kata Tawan ketika ditemui detikcom di bengkel sekaligus rumahnya Nyuhtebel, Karangasem, Bali, Kamis (21/1/2016).
Sambil memperlihatkan gambar robot tangan di internet yang ia akses melewati hp nya, secara sederhana Tawan hanya mengingatkan jika setiap manusia itu memiliki semacam sinyal dari organ otaknya. Hanya saja sinyal ini hanya bisa diterjemahkan dan digerakkan jika kita 'mau dan mengerti' cara pengendaliannya.

Tawan tak banyak banyak bicara tentang teori, lantaran ia menyadari jika bapak tiga putra ini hanya lulusan salah satu SMK di Denpasar. Sang pria penggemar Astro Boy yang tak pernah mengenyam dunia perguruan tinggi hanya belajar secara otodidak lewat internet plus berbekal ilmu ala kadarnya.
Lagi-lagi dengan tampang polos dan lengan kiri yang lunglai berwarna pucat ia coba jelaskan sebuah skema penggunaan alat robotik hasil kreasinya. Ia menguraikan jika alat EEG yang terpasang di kepalanya ada power suply. Power suply sebagai penangkap dan pembagi kekuatan. Lalu ada dron, elektroda dan lainnya. Posisinya ditempel di kepala sebagai penangkap sinyal, alpa, delta, nata dan eta.
"Sudah jangan diberitakan lagi. Nanti kalau diberitakan terus, orang-orang pintar yang di luar sana itu malah sakit hati sama saya. Saya ini bukan siapa-siapa. Saya ini orang bodoh," ujarnya sambil tertawa.

detik.news
Seperti di kutip sebelumnya inilah salah satu Website Media yang getol memberitakan karya Robot Bli Tawan dari Bali adalah Hoax www.sebarkan.org
ini link postingannya: http://sebarkan.org/2016/01/22/iron-...a-hoax-belaka/
Apakah website-website seperti itu membuat artikel untuk hits semata? kasihan sekali pasti karena trafficnya hahaa... (ah sudahlah).
Ada lagi di Sosmed "Oknum" yang menyindir alat buatan Bli Tawan ini:

Apakah Akun di atas perbuatan Orang Mengaku Pintar??
Justru orang yang mengaku Bodoh berpikirnya begini:

Sebelumnya di kutip juga I Wayan Sumardana (Tawan) jadi perhatian baru di Pulau Bali. Tak hanya soal lengan robot, tapi juga soal pelajaran semangat hidup dan kreativitas yang bisa menjadi inspirasi bagi warga Bali.
Tidak cuma itu,

Tak seperti di daerah lain di Indonesia, Sebagai bukti, Gubernur Bali I Made Mangku Pastika memberikan apresiasi khusus bagi Tawan. Dia memberikan bantuan dan siap memfasilitasi kebutuhan warganya tersebut dari berbagai sisi, mulai dari pengembangan riset alat temuannya, sampai urusan kesehatan dan pendidikan.
"Pak Gubernur salut sekali, karena Pak Tawan putra Bali yang cerdas. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, dia mampu berjuang dan berkreasi dalam hidupnya," kata Humas Pemprov Bali, Dewa Ardana (Media.Detik).
Pastika berada di bengkel sekaligus rumah Tawan selama hampir satu jam. Dia sempat melihat alat buatan Tawan, lalu mempelajari cara penggunaannya.
Dalam pertemuan itu, disepakati Tawan akan dibantu untuk pengembangan alat. Bila memang sudah teruji, Pemprov juga akan membantu mengurus hak patennya.
Dari sisi ekonomi, Tawan juga akan ditengok oleh Dinas Sosial Bali. "Akan dilihat kehidupan ekonominya," imbuhnya.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan sampai Dinas Kesehatan juga akan turun tangan. Mereka akan melihat sisi peluang kekayaan intelektual dari alat Tawan dan memeriksa kondisi lengan kirinya yang disebut lumpuh oleh Tawan.
"Buat pendidikan, ini juga jadi contoh anak-anak muda sekolah, agar belajar dari Pak Tawan," tambahnya.
----------------------------------
sumur
Update
[
Spoiler for :
QUOTE]Ini Kata Dosen Dari Fakultas Teknik Universitas Udayana
Kehebohan mengenai lengan robotik buatan Tawan juga mengundang rasa penasaran akademisi Universitas Udayana. Adalah I Dewa Gede Ary Subagia ST, MT, PhD, dosen dari Fakultas Teknik Universitas Udayana yang sudah melihat langsung dan mencoba sendiri.
“Ingin mencoba langsung kegunaan dan cara kerja alatnya,” kata Ary Subagia saat ditemui Tempo di rumah Tawan, pada Jumat (22/01/2016.)
Ary Subagia mengatakan, lengan mekanis itu sejauh ini hanya mampu bekerja sesuai kebutuhan si pembuatnya, yakni I Wayan Sumardana alias Tawan, untuk membantu tangan kirinya yang lumpuh. Tawan membuat lengan mekanis untuk membantu dirinya bekerja di bengkel las. Tangan kirinya lumpuh akibat stroke.
Ketika mencoba lengan itu, Ary Subagia mengaku merasakan ada energi.
“Walaupun power saya lebih besar, belum mampu menggerakkan alat itu,” imbuhnya.
Lengan buatan tersebut, kata Subagia, memiliki peralatan perekam data untuk menyatukan energi Tawan.
“Itu menjadi penggerak motorik dari saraf untuk menggerakkan tangannya,” katanya.
Namun demikian, belum bisa sinkron dengan pengguna lain. Energi dari sensor alat penyimpan data itu belum cukup kuat. Menurut Ary Subagia, inilah yang membuat alat itu bisa bergerak hanya saat digunakan oleh Tawan.
Penjelasan Ary Subagia ini secara tak langsung telah mematahkan analisa dosen ITS yang menyebutkan bahwa pusat kendali dan sumber tenaga tidak ada dalam robot lengan buatan Tawan.
Lepas dari berbagai keraguan dan tudingan hoax yang bermunculan, netizen tetap mengapresiasi kegigihan tawan dalam mengatasi kesulitan hidup yang ia hadapi dan tentu saja kreasinya yang sudah sangat bagus mengingat lengan robotik itu terbuat dari komponen-komponen elektronik bekas dan Tawan sendiri hanya lulusan SMK.
Kegigihan dan upaya tawan yang sangat keras itu jugalah yang membuat Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyatakan tawan sebagai “role model” yang baik bagi anak muda di Bali. Gubernur Pastika bersama jajaran SKPD Provinsi Bali mendatangi kediaman Tawan, di Banjar Tauman, Desa Nyuh Tebel, Kecamatan Manggis, Karangasem, Bali, pada Jumat (22/1/2016.) Pada kunjungan itu Gubernur Pastika menyerahkan bantuan uang sebesar Rp 50 juta sebagai bentuk apresiasi terhadap kreatifitas Tawan. Disamping bantuan uang, Gubernur Pastika juga berjanji akan membantu pengobatan tangan kiri Tawan sampai sembuh, melengkapi peralatan bengkel yang dibutuhkan dan renovasi rumah agar lebih layak huni.
Kehebohan mengenai lengan robotik buatan Tawan juga mengundang rasa penasaran akademisi Universitas Udayana. Adalah I Dewa Gede Ary Subagia ST, MT, PhD, dosen dari Fakultas Teknik Universitas Udayana yang sudah melihat langsung dan mencoba sendiri.
“Ingin mencoba langsung kegunaan dan cara kerja alatnya,” kata Ary Subagia saat ditemui Tempo di rumah Tawan, pada Jumat (22/01/2016.)
Ary Subagia mengatakan, lengan mekanis itu sejauh ini hanya mampu bekerja sesuai kebutuhan si pembuatnya, yakni I Wayan Sumardana alias Tawan, untuk membantu tangan kirinya yang lumpuh. Tawan membuat lengan mekanis untuk membantu dirinya bekerja di bengkel las. Tangan kirinya lumpuh akibat stroke.
Ketika mencoba lengan itu, Ary Subagia mengaku merasakan ada energi.
“Walaupun power saya lebih besar, belum mampu menggerakkan alat itu,” imbuhnya.
Lengan buatan tersebut, kata Subagia, memiliki peralatan perekam data untuk menyatukan energi Tawan.
“Itu menjadi penggerak motorik dari saraf untuk menggerakkan tangannya,” katanya.
Namun demikian, belum bisa sinkron dengan pengguna lain. Energi dari sensor alat penyimpan data itu belum cukup kuat. Menurut Ary Subagia, inilah yang membuat alat itu bisa bergerak hanya saat digunakan oleh Tawan.
Penjelasan Ary Subagia ini secara tak langsung telah mematahkan analisa dosen ITS yang menyebutkan bahwa pusat kendali dan sumber tenaga tidak ada dalam robot lengan buatan Tawan.
Lepas dari berbagai keraguan dan tudingan hoax yang bermunculan, netizen tetap mengapresiasi kegigihan tawan dalam mengatasi kesulitan hidup yang ia hadapi dan tentu saja kreasinya yang sudah sangat bagus mengingat lengan robotik itu terbuat dari komponen-komponen elektronik bekas dan Tawan sendiri hanya lulusan SMK.
Kegigihan dan upaya tawan yang sangat keras itu jugalah yang membuat Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyatakan tawan sebagai “role model” yang baik bagi anak muda di Bali. Gubernur Pastika bersama jajaran SKPD Provinsi Bali mendatangi kediaman Tawan, di Banjar Tauman, Desa Nyuh Tebel, Kecamatan Manggis, Karangasem, Bali, pada Jumat (22/1/2016.) Pada kunjungan itu Gubernur Pastika menyerahkan bantuan uang sebesar Rp 50 juta sebagai bentuk apresiasi terhadap kreatifitas Tawan. Disamping bantuan uang, Gubernur Pastika juga berjanji akan membantu pengobatan tangan kiri Tawan sampai sembuh, melengkapi peralatan bengkel yang dibutuhkan dan renovasi rumah agar lebih layak huni.
sumur
Spoiler for :
Quote:
Analisa Dosen Pengembang Kursi Roda 'Otak' Soal Lengan Robot Tawan
Jakarta - Mahasiswa dan dosen Universitas Bina Nusantara (Binus) mengembangkan kursi roda yang digerakkan sinyal otak. Apa analisanya terhadap karya I Wayan Sumardana alias Tawan?
"Mengenai pengembangan lengan robot oleh Mas Tawan di Bali, sejauh yang saya amati dan saya perioleh mengenai perangkat yang dibuat oleh Mas Tawan tersebut, saya ucapkan salut dan selamat," kata dosen Ilmu Komputer Universitas Binus, Dr Widodo Budiharto, SSi, MKom ditemui di kampusnya, Jl KH Syahdan, Palmerah, Jakarta Barat, Jumat (22/1/2016).
Widodo adalah dosen pembimbing skripsi dua mahasiswa Binus yang mengembangkan kursi roda yang digerakkan sinyal otak, Jennifer Santoso (21) dan Ivan Halim Parmonangan (21).
"Kalau saya telaah, maka ada besar kemungkinan Mas Tawan berhasil mengembangkan, menerapkan EEG tersebut pada lengan robotnya. Karena sensor EEG dan perangkat EEG ini mudah dibeli dengan harga yang relatif murah. Sebagai contoh sensor yang saya gunakan ini harganya Rp 1,5 juta rupiah saja," paparnya.
Sehingga dengan perangkat sensor tersebut, pihaknya bisa membuat kursi roda elektronik yang mampu dikembangkan secara komersil karena dari sisi harga masih bisa terjangkau oleh masyarakat luas, karena begitu murahnya harga perangkat ini sekarang.
"Nah, lengan robot yang dibuat Mas Tawan, kemungkinan dikendalikan oleh pikiran, dan perangkat yang Mas Tawan kembangkan menurut saya seharusnya mampu menggerakkan beberapa engsel yang ada di lengan robotnya. Sehingga, apa yang dipikirkan tersebut, bisa digunakan untuk menggerakkan lengannya, bergerak ke atas ke bawah, dengan derajat kemiringan tertentu," jelas dia.
Jika saja diperbanyak aktuatornya (peralatan mekanis untuk menggerakkan atau mengontrol sebuah mekanisme atau sistem-red), misalnya saja aktuator pada pergelangan tangan, dan jari jemarinya, jikapun memang ada, dan mampu membuat dalam ukuran yang lebih kecil, ada kemungkinan untuk dikendalikan berbasis pikiran.
Baca juga: Tawaran Lab dan Paten Mulai Datan, ini Rencana Tawan untuk Lengan Robotnya
"Namun demikian, butuh riset dan pengembangan piranti lunak yang membutuhkan waktu cukup lama. Karena kalau kita melakukan penelitian di bidang menerapkan EEG untuk aplikasi yang umum, apalagi menggerakkan lengan seperti itu, itu tentu kita bermain dengan bagaimana menghilangkan noise yang ada dan mengklasifikasikan data yang telah kita terima," paparnya.
Nah kalau sampai seperti itu, imbuh dia, mestinya Tawan harus mampu membuat program yang sangat bagus, agar benar-benar mampu menggerakkan pergelangan tangan dan jari jemarinya. Karena itu sesuatu yang sangat sulit hingga saat ini jika ingin berbasis EEG.
"Jadi sangat sulit. Kalau hanya menggerakkan lengan atas bawah, oke itu masih bisa, karena tidak banyak. Tapi lebih detilnya lagi saya tidak yakin kalau tidak dikembangkan dengan pengembangan software atau peranti lunak yang memadai. Dan itu sangat sulit sekali," tandas dia.
Jakarta - Mahasiswa dan dosen Universitas Bina Nusantara (Binus) mengembangkan kursi roda yang digerakkan sinyal otak. Apa analisanya terhadap karya I Wayan Sumardana alias Tawan?
"Mengenai pengembangan lengan robot oleh Mas Tawan di Bali, sejauh yang saya amati dan saya perioleh mengenai perangkat yang dibuat oleh Mas Tawan tersebut, saya ucapkan salut dan selamat," kata dosen Ilmu Komputer Universitas Binus, Dr Widodo Budiharto, SSi, MKom ditemui di kampusnya, Jl KH Syahdan, Palmerah, Jakarta Barat, Jumat (22/1/2016).
Widodo adalah dosen pembimbing skripsi dua mahasiswa Binus yang mengembangkan kursi roda yang digerakkan sinyal otak, Jennifer Santoso (21) dan Ivan Halim Parmonangan (21).
"Kalau saya telaah, maka ada besar kemungkinan Mas Tawan berhasil mengembangkan, menerapkan EEG tersebut pada lengan robotnya. Karena sensor EEG dan perangkat EEG ini mudah dibeli dengan harga yang relatif murah. Sebagai contoh sensor yang saya gunakan ini harganya Rp 1,5 juta rupiah saja," paparnya.
Sehingga dengan perangkat sensor tersebut, pihaknya bisa membuat kursi roda elektronik yang mampu dikembangkan secara komersil karena dari sisi harga masih bisa terjangkau oleh masyarakat luas, karena begitu murahnya harga perangkat ini sekarang.
"Nah, lengan robot yang dibuat Mas Tawan, kemungkinan dikendalikan oleh pikiran, dan perangkat yang Mas Tawan kembangkan menurut saya seharusnya mampu menggerakkan beberapa engsel yang ada di lengan robotnya. Sehingga, apa yang dipikirkan tersebut, bisa digunakan untuk menggerakkan lengannya, bergerak ke atas ke bawah, dengan derajat kemiringan tertentu," jelas dia.
Jika saja diperbanyak aktuatornya (peralatan mekanis untuk menggerakkan atau mengontrol sebuah mekanisme atau sistem-red), misalnya saja aktuator pada pergelangan tangan, dan jari jemarinya, jikapun memang ada, dan mampu membuat dalam ukuran yang lebih kecil, ada kemungkinan untuk dikendalikan berbasis pikiran.
Baca juga: Tawaran Lab dan Paten Mulai Datan, ini Rencana Tawan untuk Lengan Robotnya
"Namun demikian, butuh riset dan pengembangan piranti lunak yang membutuhkan waktu cukup lama. Karena kalau kita melakukan penelitian di bidang menerapkan EEG untuk aplikasi yang umum, apalagi menggerakkan lengan seperti itu, itu tentu kita bermain dengan bagaimana menghilangkan noise yang ada dan mengklasifikasikan data yang telah kita terima," paparnya.
Nah kalau sampai seperti itu, imbuh dia, mestinya Tawan harus mampu membuat program yang sangat bagus, agar benar-benar mampu menggerakkan pergelangan tangan dan jari jemarinya. Karena itu sesuatu yang sangat sulit hingga saat ini jika ingin berbasis EEG.
"Jadi sangat sulit. Kalau hanya menggerakkan lengan atas bawah, oke itu masih bisa, karena tidak banyak. Tapi lebih detilnya lagi saya tidak yakin kalau tidak dikembangkan dengan pengembangan software atau peranti lunak yang memadai. Dan itu sangat sulit sekali," tandas dia.
sumur
Diubah oleh ajihyuga 23-01-2016 19:07
0
18.5K
Kutip
164
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan