Hubungan Valentino Rossi dan Marc Marquez mencapai titik nadir pada musim lalu. Hingga kini, keduanya belum saling bertegur sapa. Tensi masih sangat panas.
Rusaknya relasi Rossi dan Marquez dipicu insiden di Sepang, sejak sesi konferensi pers jelang lomba hingga clash antarkedua pebalap di lap ketujuh balapan MotoGP Malaysia, 25 Oktober 2015.
Namun, jika terus direcoki perseteruan tersebut, Rossi justru bakal diselimuti energi negatif. The Doctor harus berdamai dengan Marquez dan melupakan semua kontroversi yang terjadi. Jika hal itu terjadi, keduanya hanya perlu bertarung secara profesional di lintasan dan berusaha memenangi tiap balapan.

Hal yang dikawatirkan fans Rossi sesuai balapan pamungkas MotoGP 2015 di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Spanyol, sebenarnya hanya satu: The Doctor kehilangan motivasi. Para penggemar memahami tak mudah bagi Rossi menerima kenyataan pahit gagal juara dunia di seri terakhir.
Beruntung, Rossi tak patah semangat. Dia berhasil mengatrol motivasinya. Itulah hal terpenting yang dibutuhkan The Doctor saat ini: pikiran positif untuk kembali berjuang memperebutkan titel juara dunia untuk kali ke-10.

Performa Valentino Rossi di sesi kualifikasi sepanjang musim lalu kurang begitu mengesankan. The Doctor harus start di posisi ketujuh di MotoGP Prancis pada 16 Mei 2015, kemudian start pada posisi kedelapan di MotoGP Indianapolis pada 10 Agustus 2015, atau start di belakang Lorenzo di MotoGP Jepang.
Posisi start yang buruk kerap merepotkan Rossi, membuatnya sulit bersaing memperebutkan podium tertinggi. Seperti yang terjadi pada MotoGP Italia di Sirkuit Mogello, 31 Mei 2015. Pria asal Tavullia, Italia, tersebut harus mengawali balapan dari posisi kedelapan. Perlahan namun pasti, Rossi memang mampu mendahului satu demi satu pebalap di depannya.
Namun, dia terlalu terlambat untuk bersaing meraih gelar juara. Rossi kesulitan menyalip pebalap Ducati, Andrea Iannone, yang akhirnya finis kedua. Rossi berada di urutan ketiga, sedangkan gelar juara diraih Jorge Lorenzo.
Supaya kejadian seperti itu tak lagi terulang, Rossi tak punya pilihan lain. Dia harus mampu memperbaiki performanya di sesi kualifikasi dan start dari posisi terbaik.

Tak banyak yang menduga Valentino Rossi mampu menjadi favorit juara terkuat pada musim 2015. Usia The Doctor sudah menginjak 36 tahun dan dua musim terakhir Marc Marquez begitu perkasa.
Namun, Rossi mampu membuat kejutan besar. Pebalap yang identik dengan nomor 46 tersebut rutin naik podium dan berhasil memimpin perolehan poin hingga seri pamungkas. Sayangnya, Rossi gagal menuntaskan misi juara dunia setelah terkena tiga poin penalti dan harus start dari posisi buncit di seri MotoGP Valencia.

Jika ingin kembali berpacu di jalur juara dunia, Rossi harus bisa mempertahankan level tinggi seperti pada musim 2015.

Dominasi Yamaha pada musim 2015 tak terbantahkan. Selain jadi juara dunia konstruktor, kedua pebalap mereka, Jorge Lorenzo dan Rossi, menjadi juara dunia dan runner-up.
Meskipun ada perubahan aturan pada musim 2016, mulai perubahan roda hingga sistem elektronika, Yamaha diprediksi masih perkasa.
Oleh karena itu, Rossi perlu menjaga hubungan harmonis dengan Yamaha supaya tampil maksimal musim depan. Dengan menjaga hubungan baik, The Doctor bisa leluasa memberikan masukan, terutama terkait performa motor yang menjadi pendukung utama ambisinya menjuarai MotoGP 2016.