Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kurniadihusengoAvatar border
TS
kurniadihusengo
STUNTING SAAT TUBUH TAK TUMBUH TINGGI
Perawakan pendek atau stunting, merupakan salah satu masalah kesehatan anak di indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 angka nasional 37,2 persen. Sedangkan di Kepulauan Riau, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Kalimantan Timur <30 persen. Sementara yang tertinggi >50 persen di Nusa Tenggara Timur. Kenali penyebab stunting dan cara mengatasinya berikut ini.

Saat upacara bendera, barisan siswa yang berjejer rapi sering kali menarik perhatian. Diam-diam, seorang guru mengamati dengan intens tinggi badan siswa didiknya. Ada yang tinggi, ada yang sedang-sedang saja, dan ada pula yang lebih pendek dari teman sebayanya. Usia boleh sama, tetapi tinggi badan memiliki variasi yang beragam.

Selain berat badan dan pengukuran lingkar kepala, tinggi badan merupakan salah satu parameter dari pemantauan pertumbuhan seorang anak. Hal ini diakui oleh DR. Dr. Rini Sekartini, Sp.A (K), staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Divisi Tumbuh Kembang, FKUI/RSCM. Menurutnya untuk menentukan apakah seseorang anak pendek atau tidak, perlu dilakukan pengukuran tinggi badan dengan alat yang baik.

Pertumbuhan merupakan suatu indikator sensitif kesehatan anak, statu nutrisi dan latar belakang genetiknya. Penyimpangan dari pertumbuhan rata-rata tinggi dan berat badan dapat menunjukkan adanya masalah kesehatan, ujar Dr. Rini.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia cabang DKI Jakarta ini menegaskan, dikatakan pendek, bila suatu keadaan dengan parameter tinggi badan seseorang di bawah ukuran normal sesuai umur, jenis kelamin dan mudah diketahui dengan segera. Atau dengan kata lain bila tinggi badan berada di bawah 2 standar deviasi (SD) dari rata-rata populasi atau di bawah persentil 3 kurva pertumbuhan sesuai jenis kelamin.

Dr. Rini mencatat, stunting dibagi dalam beberapa kategori, yaitu; variasi normal; gangguan pertumbuhan primer seperti janin yang pertumbuhannya terhambat saat dalam kandungan, kelainan seperti sindrom down; gangguan pertumbuhan sekunder seperti adanya malnutrisi dan penyakit kronik. Serta kelainan endokrin, seperti kekurangan hormon pertumbuhan.

Meskipun perawakan pendek dapat merupakan suatu variasi yang normal tetapi dapat juga menunjukkan adanya suatu penyakit yang serius, kata Dr. Rini.

Dr. Caroline Mulawi, Sp.A, dari RS Omni Pulomas menambahkan, umumnya tinggi badan anak bertambah sangat cepat pada usia 2 tahun pertama, kemudian relatif stabil sekitar 7 cm per tahun sampai usia pubertas. Saat pubertas terjadi lagi percepatan pertumbuhan. Pada anak perempuan pertambahan tinggi badan selama periode ini kira-kira 8,3 cm per tahun dan pada anak laki-laki 9,5 cm per tahun.

Rumus praktis yang dapat dipakai untuk memperkirakan apakah tinggi badan anak normal atau tidak, berdasarkan usia, yaitu 80 + 5 x usia (dalam tahun). Sebagai contoh: usia 3 tahun diperkirakan tinggi badannya adalah 80 + (5 x 3), jadi sekitar 95 cm, papar dr. Caroline.

Menurutnya, ada 2 kategori stunting, yaitu varian normal yang lebih disebabkan oleh genetika dan yang disebabkan oleh penyakit, misalnya gizi kurang, infeksi saluran cerna termasuk diare, penyakit jantung bawaan, gangguan pada hormon pertumbuhan dan hormon tiroid.

Lebih rinci Dr. Rini menyebutkan, secara umum penyebab perawakan pendek adalah organik, familial/CDGP, pertumbuhan janin terganggu (PJT), defisiensi hormon pertumbuhan dan yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Serta berbagai keadaan medis yang dapat mengganggu pertumbuhan dan mengakibatkan stunting yang bersifat patologis seperti penyakit kronis pada anak.

Penyakit kronik dapat mengganggu pertumbuhan dengan berbagai mekanisme, misalnya penurunan asupan kalori dan peningkatan kebutuhan energi pada penyakit jantung bawaan. Pada penyakit kronik kurva pertumbuhan jelas tampak awalnya berat badan yang terganggu dan akhirnya tinggi badan ikut terganggu.

Penanganan secara dini dan pengobatan penyakit tersebut dapat mengembalikan proses pertumbuhan. Selain penyakit kronis, perawakan pendek juga dapat disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat terutama jika terjadi pada masa bayi, Dr. Rini menegaskan.

Pendapat senada disampaikan oleh Dr. Caroline. Tinggi badan seseorang anak dipengaruhi oleh tinggi kedua orangtuanya atau karena faktor genetik, gizi ibu saat hamil dan menyusui, kondisi kesehatan si anak sejak lahir baik dari gizi, kebersihan dan penyakit yang diderita si anak.

Peranan faktor genetik pada tinggi badan anak bukan merupakan yang utama, tapi juga dipengaruhi oleh asupan gizinya. Contoh, penduduk Jepang pada masa lalu sebagian besar pendek, tapi generasi berikutnya banyak yang tinggi. Ini menunjukkan gizi yang baik memengaruhi tinggi badan.

Kedua pakar ini sependapat bahwa pilihan terapi tergantung dari penyebabnya.

Jika penyebabnya keturunan tidak diperlukan pengobatan khusus. Pada stunting akibat kekurangan asupan makanan atau penyakit kronis yang lama diderita, harus segera diperbaiki asupan makanan dan atasi penyakitnya. Bila kedua hal tersebut diatasi, tinggi badan anak akan berangsur mengalami perubahan dan mencapai tinggi badan yang optimal sesuai potensinya, kata Dr. Rini.

Bila disebabkan asupan gizi yang kurang, maka perbaiki pola makanannya. Atau bila disebabkan oleh kelainan hormon tertentu, kelainan tulang dan lain-lain, maka perlu ditangani sesuai dengan penyebabnya. Terapi dilakukan sedini mungkin, tujuannya untuk memperbaiki kelainan yang menjadi penyebab stunting tersebut, ujar Dr. Caroline menimpali.

Terapi substitusi Growth Hormone, menurut Dr. Rini, harus dilakukan oleh dokter anak yang kompeten, yakni endokrinologi anak karena perlu indikasi, pengaturan dosis, waktu, dan evaluasi yang tepat secara berkala untuk mencapai hasil optimal dengan efek samping minimal.

Pemberian hormon pertumbuhan dilakukan sebanyak 7x dalam seminggu, dilakukan hingga bertahun-tahun sampai potensi pertumbuhannya sudah berhenti, untuk anak perempuan sampai usia 14 tahun dan anak laki-laki sekitar 18 tahun.

Untuk mencapai tinggi badan yang paling optimal sesuai potensi genetik dari kedua orangtua, penuhi selalu kebutuhan nutrisi anak, cegah penyakit kronik dengan cara segera mencari pertolongan bila anak menderita sakit, jangan lupa berikan imunisasi, dr. Rini mengingatkan.

Selain itu, tambahnya lagi, aktivitas fisik sangat penting dalam pertumbuhan tulang anak, untuk mencapai kebugaran tubuhnya. Dan tak kalah penting adalah proses tidur yang baik dan optimal, terutama tidur malam hari. Usahakan anak tidur pada jam yang sama setiap harinya, jangan sering terbangun pada malam hari, dan kecukupan tidur pada malam hari sesuai dengan usia anak.

Dr. Caroline juga mengingatkan stunting yang dibiarkan tentu akan menganggu tumbuh kembang anak dan membuat kondisinya akan semakin buruk.

Orangtua harus memperhatikan tumbuh kembang anaknya. Selain mengukur berat badan, diperlukan juga pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala secara berkala, biasanya dilakukan setiap bulan sejak lahir sampai usia 1 tahun, kemudian setiap tahun sampai pubertas. Semuanya ini dapat diaplikasikan ke dalam kurva pertumbuhan, yang biasanya dilakukan oleh dokter saat anak berkunjung untuk imunisasi atau pemeriksaan rutin. Bila ternyata ada penyimpangan dari kurva pertumbuhan tersebut maka perlu segera dilakukan evaluasi apakah penyebabnya agar cepat ditanggulangi.

Terkait dengan konsumsi susu, Dr. Caroline mengungkapkan, susu mengandung banyak kalsium yang membantu pertumbuhan tulang, jadi susu hanyalah salah satu pendukung tumbuh kembang yang optimal. Begitu juga dengan olahraga yang bermanfaat untuk membentuk dan meningkatkan kekuatan otot dan tulang serta mengurangi lemak tubuh sehingga menjaga kesehatan fisik anak.

Menurutnya, intervensi medis perlu dilakukan secepatnya, bila ditemukan tinggi badan berturut-turut di bawah persentil 3 atau -2 SD dan kecepatan pertumbuhan yang melambat. Cari penyebabnya dan bila perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya.

Sumber :
- DR. Dr. Rini Sekartini, Sp.A (K)
- Dr. Caroline Mulawi, Sp.A
0
5.2K
33
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan