- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
ANAK GIMBAL - Raja Tanpa Mahkota Dari Dieng


TS
siloperkoran
ANAK GIMBAL - Raja Tanpa Mahkota Dari Dieng
SELAMAT SIANG AGAN-AGAN SEMUANYA
ANE CUMA MAU SHARE NIH TENTANG ANAK GIMBAL DARI DIENG
MUDAH-MUDAHAN GAK
YA
BIAR AGAN-AGAN SEMUA KENAL SAMA BUDAYA INDONESIA
ANE CUMA MAU SHARE NIH TENTANG ANAK GIMBAL DARI DIENG
MUDAH-MUDAHAN GAK

BIAR AGAN-AGAN SEMUA KENAL SAMA BUDAYA INDONESIA

Spoiler for buka:
Apa yang terlintas di benak agan ketika mendengar kata rambut gimbal? Sebagian besar mungkin akan langsung teringat pada Bob Marley. Berbeda dengan anak-anak gimbal di Dieng. Rambut gimbal tumbuh dengan sendirinya dan membuat mereka menjadi "raja"
Spoiler for sejarah:
Asal-Usul Anak Rambut Gimbal bermula dari cerita Kyai Kolodete adalah nama seorang pengelana merintis dan berkuasa dì daerah Dataran tinggi Dieng, Kyaì Kolodete yang memìlìkì rambut Gimbal tersebut pernah bersumpah bahwa Belìau tìdak akan mencukur rambutnya hìngga kawasan Dataran tìnggì Dieng makmur. Bìla keìngìnannya tak terkabul, dìa akan menìtìskan rohnya pada anak yang baru lahìr atau sedang mulaì bìsa berjalan. Hingga saat ini, anak-anak yang dilahirkan memiliki rambut gimbal dan dipercaya sebagai titisan Kyai Kolodete tersebut masih banyak dijumpai disekitar wilayah Dataran Tinggi Dieng. Memang Sulit dijelaskan secara logis, namun rambut Gimbal pada anak tersebut tidak bisa serta merta dipotong. Jika rambut tersebut dipotong tanpa melalui ritual. maka rambut Gimbal tersebut akan tumbuh lagi.
Quote:
Tidak selamanya anak rambut gimbal hidup dengan rambut gimbal. Ada sebuah ritual untuk menghilangkan rambut gimbal pada anak-anak berambut gimbal dan juga menghilangkan musibah yang konon bila mereka dibiarkan berambut gimbal hingga remaja atau dewasa. Ritual potong rambut gimbal ini juga tidak boleh dilakukan secara sembarangan, harus ada niat dari anak tersebut. Bila niat cukur rambut gimbal bukan berasal dari si anak rambut gimbal, rambut gimbal tersebut tetap tumbuh walau dipotong rambut berkali-kali.
Uniknya dalam persyaratan potong rambut gimbal ada sebuah permintaan aneh dari si anak rambut gimbal yang wajib dipenuhi oleh orang tuanya. Bila tidak dipenuhi anak rambut gimbal akan sakit secara tiba-tiba. Prosesi potong rambut gimbal juga membawa berkah pada keluarga yang melakukannya karena konon anak rambut gimbal memberi keberuntunganbagi mereka.
Fenomena ini memang terdengar aneh dan tidak lazim bagi orang-orang yang tinggal diluar dataran tinggi Dieng. Namun masyarakat Dieng percaya dengan fenomena dan tradisi mereka karena sudah terjadi secara turun menurun. Prosesi potong anak rambut gimbal Dieng ini diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama ketika diselenggarakan Festival Budaya dieng yang lebih dikenal dengan nama Dieng Culture Festival yang diselenggarakan setiap setahun sekali.
Setiap bulan Agustus atau Sura dalam penanggalan Jawa, diadakan prosesi ruwatan massal di kompleks Candi Arjuna. Anak-anak gimbal dimandikan dengan air dari 7 mata air, diarak dan dilempari beras kuning dan uang koin, kemudian dipotong rambutnya oleh pemuka adat yang kemudian melarungnya di Telaga Warna. Namun beberapa orang memilih untuk melakukan prosesi dan acara sendiri. Ada rasa tidak tega melihat anaknya harus memakai ikat kepala putih dan selendang dari kain mori yang biasa digunakan untuk membungkus mayat. Apalagi prosesi pelemparan beras kuning dan uang koin juga biasa dilakukan untuk upacara pemakaman jenazah orang yang sudah meninggal.
Sebelum upacara pemotongan rambut, akan dilakukan ritual doa di beberapa tempat agar upacara dapat berjalan lancar. Tempat-tempat tersebut adalah Candi Dwarawati, komplek Candi Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi Gatot Kaca, Telaga Balai Kambang, Candi Bima, Kawah Sikidang, komplek Pertapaan Mandalasari (gua di Telaga Warna), Kali Pepek, dan tempat pemakaman Dieng. Malam harinya akan dilanjutkan upacara Jamasan Pusaka, yaitu pencucian pusaka yang dibawa saat kirab anak-anak rambut gimbal untuk dicukur.Keesokan harinya baru dilakukan kirab menuju tempat pencukuran. Perjalanan dimulai dari rumah sesepuh pemangku adat dan berhenti di dekat Sendang Maerokoco atau Sendang Sedayu. Selama berkeliling desa anak-anak rambut gimbal ini dikawal para sesepuh, para tokoh masyarakat, kelompok-kelompok paguyuban seni tradisional, serta masyarakat.
Uniknya dalam persyaratan potong rambut gimbal ada sebuah permintaan aneh dari si anak rambut gimbal yang wajib dipenuhi oleh orang tuanya. Bila tidak dipenuhi anak rambut gimbal akan sakit secara tiba-tiba. Prosesi potong rambut gimbal juga membawa berkah pada keluarga yang melakukannya karena konon anak rambut gimbal memberi keberuntunganbagi mereka.
Fenomena ini memang terdengar aneh dan tidak lazim bagi orang-orang yang tinggal diluar dataran tinggi Dieng. Namun masyarakat Dieng percaya dengan fenomena dan tradisi mereka karena sudah terjadi secara turun menurun. Prosesi potong anak rambut gimbal Dieng ini diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama ketika diselenggarakan Festival Budaya dieng yang lebih dikenal dengan nama Dieng Culture Festival yang diselenggarakan setiap setahun sekali.
Setiap bulan Agustus atau Sura dalam penanggalan Jawa, diadakan prosesi ruwatan massal di kompleks Candi Arjuna. Anak-anak gimbal dimandikan dengan air dari 7 mata air, diarak dan dilempari beras kuning dan uang koin, kemudian dipotong rambutnya oleh pemuka adat yang kemudian melarungnya di Telaga Warna. Namun beberapa orang memilih untuk melakukan prosesi dan acara sendiri. Ada rasa tidak tega melihat anaknya harus memakai ikat kepala putih dan selendang dari kain mori yang biasa digunakan untuk membungkus mayat. Apalagi prosesi pelemparan beras kuning dan uang koin juga biasa dilakukan untuk upacara pemakaman jenazah orang yang sudah meninggal.
Sebelum upacara pemotongan rambut, akan dilakukan ritual doa di beberapa tempat agar upacara dapat berjalan lancar. Tempat-tempat tersebut adalah Candi Dwarawati, komplek Candi Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi Gatot Kaca, Telaga Balai Kambang, Candi Bima, Kawah Sikidang, komplek Pertapaan Mandalasari (gua di Telaga Warna), Kali Pepek, dan tempat pemakaman Dieng. Malam harinya akan dilanjutkan upacara Jamasan Pusaka, yaitu pencucian pusaka yang dibawa saat kirab anak-anak rambut gimbal untuk dicukur.Keesokan harinya baru dilakukan kirab menuju tempat pencukuran. Perjalanan dimulai dari rumah sesepuh pemangku adat dan berhenti di dekat Sendang Maerokoco atau Sendang Sedayu. Selama berkeliling desa anak-anak rambut gimbal ini dikawal para sesepuh, para tokoh masyarakat, kelompok-kelompok paguyuban seni tradisional, serta masyarakat.
Quote:
Spoiler for GAMBAR 1:

Spoiler for GAMBAR 2:

SEKIAN THREAD DARI ANE
MUDAH-MUDAHAN BERMANFAAT BUAT-BUAT AGAN SEMUA
SELAMAT SIANG DAN SELAMAT BERISTIRAHAT BUAT AGAN-AGAN SEMUA
MUDAH-MUDAHAN BERMANFAAT BUAT-BUAT AGAN SEMUA
SELAMAT SIANG DAN SELAMAT BERISTIRAHAT BUAT AGAN-AGAN SEMUA

0
2.8K
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan