[Refleksi] Galau

astrophel

13-01-2016 10:11

[Refleksi] Galau

Beruntunglah manusia zaman sekarang, mau galau tinggal buka internet. Zaman dahulu orang galau itu harus memahat batu atau menyayat daun lontar.

Prasasti Kutai isinya hanya curhatan Raja Mulawarman setelah menyumbang beberapa ekor sapi kepada para pendeta, begitu pun Prasasti Tugu berisi curhatan Raja Purnawarman setelah selesai proyek gali sungai. Entahlah, mungkin mereka kelelahan sampai harus bikin prasasti haha.

Selangkah lebih maju saat teknologi pembuatan kertas menyebar ke seluruh dunia, mulailah manusia bergalau ria dengan menulis. Max Havelaar, Das Kapital, Mein Kampf, dll. Termasuk Door Duisternis tot Licht atau orang Indonesia mengenalnya dengan buku Habis Gelap Terbitlah Terang yang isinya cuma curhatan Kartini dalam bentuk surat sama dua sahabatnya di Belanda, Mevrouw Abendanon dan Stella Zeehandelaar gara-gara nggak paham Surat Al-Fatihah serta dilemanya tentang praktik poligami yang merebak saat itu, hiks hiks.

Fakta lain Rasul di agamaku juga sering galau, makanya turun wahyu berupa surat-surat yang tersusun menjadi kitab suci Alquran untuk manusia hidup lebih baik. Seperti ketika Muhammad SAW di-bully sama Ubay bin Khalaf, seorang Quraisy yang kaya-raya tapi tengil dan sengaknya bikin orang kepingin gaplok sampai bodoh. Setelah curhat ke Allah, turunlah itu surat Al-Humazah. Makanya besok-besok kalau ada teman yang mem-bully, bacakan surat Al-Humazah. Survei membuktikan, manusia paling malas kalau sudah bawa-bawa Tuhan haha.

Aku menulis tulisan ini sebab prihatin dengan beberapa teman-temanku yang membully teman-temanku yang lain yang "kebetulan" sedang galau, entah karena ekonomi, relasi, atau cincah.

Dan kuyakin fenomena ini juga sering kalian jumpai. BIADABNYA manusia yang sedang tidak galau seringkali skeptis dan antipati dengan manusia galau seolah mereka nggak pernah galau sama sekali. Hellaaawww... galau itu proses manusia menuju kedewasan yang hakiki.

Nggak percaya? Ada yang punya FB? Coba cek timeline saat pertama kali kalian memainkannya. Aku berani bertaruh respon kalian adalah: Njir, dulu gue alay bin lebay banget. Dikit2 galau pffftt. emoticon-Busa

Panjang lebar aku bicara intinya apa? JANGAN OFENSIF DENGAN ORANG GALAU. Kuperhatikan banyak penghuni H2H yang asal jeplak saat ada kaskuser nan galau nan sedih nan paria nan terpuruk membuat thread di sini.

Ayolah, ini rumah kita: HEART TO HEART. Dalam bahasa Indonesia menjadi HATI KE HATI. Siapa pun yang membuat thread di sini sudah jelas menginginkan pemecahan solusi yang berasal dari hati meskipun aku sadar manusia hanya ingin didengarkan. (kecuali troller, WAJIB DIBANTAI)

Ssstt, orang galau itu hanya ingin didengarkan. Saat kalian tidak mampu memberi solusi, setidaknya nggak perlu tendensi dan ofensif. Cukup komentar meninggikan dan bersimpati. Serius! Orang galau kalau dipukpuk itu luar biasa senang, walaupun hanya via dunia maya. *colek Kak San aka archaengela* emoticon-kisssing

Kenapa aku bisa berbicara seperti ini? Karena aku dua kali curhat anonim di sini buahahahahahahahahaha. Dan respon kalian semua sungguh menyejukkan hati dan ada beberapa yang bikin ngakak sendiri.

Jadi kesimpulannya peradaban manusia dibangun oleh manusia-manusia galau. Andai dahulu Copernicus nggak galau tentang Bumi yang menurutnya bulat, manusia nggak akan paham kalau Bumi bukanlah pusat tata surya. Andai dahulu Wright Bersaudara nggak galau tentang manusia yang ingin bisa terbang, mungkin saat ini manusia belum mampu menaklukkan angkasa. Andai dahulu Edison nggak galau tentang bola lampu, dunia masih gelap-gelapan. Andai dahulu Faraday nggak galau tentang listrik, kita nggak bisa ngaskus. emoticon-Berduka (S)