- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ayo Bangkit Bersama Melawan Teroris
TS
siraitparadoks
Ayo Bangkit Bersama Melawan Teroris
Quote:
Aksi teror dan serangan bersenjata di sekitar Jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis (14/1), menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama bangkit melawan terorisme. Berbagai organisasi masyarakat dan pemerintah mengecam aksi itu dan menyatakan tidak takut terhadap terorisme. Aksi teror yang dimulai sekitar pukul 10.40 dan berjarak sekitar tiga kilometer dari Istana Kepresidenan itu terjadi saat Presiden Joko Widodo berada di Cirebon, Jawa Barat, dan Wakil Presiden Jusuf Kalla bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta. Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan dan Kepala Polri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti sedang berada di Pontianak, Kalimantan Barat. Kurang lebih dua jam sebelum teror yang dilakukan oleh lima pria itu terjadi, Markas Besar TNI menggelar Apel Operasi Penegakan dan Ketertiban Tahun 2016 di Silang Monas, yang berjarak sekitar 2,5 kilometer dari lokasi teror. Acara itu dihadiri Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Kurang dari empat jam setelah aksi teror dimulai, polisi berhasil mengatasinya. Semua pelaku teror dilumpuhkan dan Jalan MH Thamrin yang sempat ditutup kembali dibuka untuk umum. Presiden yang mendengar peristiwa ini lalu mempercepat kunjungannya ke Cirebon dan mengunjungi lokasi teror sekitar pukul 16.00. Saat itu, Presiden didampingi Kapolri, Panglima TNI, Menko Polhukam, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, dan Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian. "Kita berduka atas jatuhnya korban dalam peristiwa ini. Kita mengecam tindakan ini. Negara, bangsa, dan rakyat, kita tak boleh takut dan kalah. Saya harap masyarakat tetap tenang karena semuanya terkendali," katanya.
Korban
Kemarin petang, Polri merilis 31 orang yang menjadi korban dalam peristiwa ini dengan rincian 24 orang terluka dan 7 orang meninggal. Dari jumlah yang meninggal, lima orang adalah pelaku teror, sedangkan satu orang yang tewas merupakan warga negara Kanada, dan seorang lainnya adalah warga negara Indonesia. Sementara itu, sebanyak 24 korban mengalami luka-luka, terdiri dari 5 polisi, 15 warga sipil, dan 4 warga negara asing. Warga negara asing yang terluka berasal dari Belanda, Austria, Jerman, dan Aljazair. Kepala Bidang Kedokteran Polisi Pusat Kedokteran Polri Komisaris Besar Anton Castilani menjelaskan, pemeriksaan yang akan dilakukan pada tujuh jenazah itu berupa pengambilan sidik jari serta pencocokan gen DNA. "Namun, untuk saat ini, belum ada pembanding yang jelas untuk pemeriksaan identitas jenazah ini," kata Anton. Ia menambahkan, ditemukan luka tembak dan ledakan pada ketujuh jasad itu. Wakil Kepala RS Polri Kramatjati Rusdianto mengatakan, "Kami masih mengidentifikasi para jenazah. Belum dapat menentukan siapa pelaku di antara jenazah itu," ujarnya. Selain identifikasi, lanjut Rusdianto, ketujuh jenazah itu juga masih divisum. Setelah identifikasi dan visum selesai, baru dapat dilaporkan identitas setiap jenazah.
Wakil Kepala Kepolisian Negara RI Komisaris Jenderal Budi Gunawan menyatakan, kelompok terorisme yang berafiliasi dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang dikontrol langsung oleh eks narapidana terorisme Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo alias Naim diduga bertanggung jawab terhadap serangan teror di Jakarta. Naim diduga merencanakan berbagai aksi teror pada akhir Desember 2015 dan di malam Tahun Baru 2016. Namun, operasi Satuan Tugas Khusus Antiteror Polri menggagalkan upaya itu dengan menangkap 14 terduga teroris di sejumlah lokasi. Menko Polhukam Luhut Pandjaitan menyatakan, jika aksi yang sudah diwaspadai sejak Desember 2015 itu akhirnya kemarin terjadi, bukan berarti pemerintah atau aparat kecolongan. Ini karena pemerintah ataupun intelijen mana pun tidak bisa sepenuhnya menjamin dan mendeteksi waktu dan tempat kejadian yang menjadi target teroris.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, pemerintah sudah mengidentifikasi ancaman yang akan terjadi di Ibu Kota, di antaranya ada di kawasan Senayan dan Bundaran HI. Namun, kata Ryamizard, pelaku sengaja memanfaatkan kelengahan aparat menjaga situasi keamanan Ibu Kota. Sejumlah negara sahabat menawarkan bantuan penanganan terorisme di Tanah Air. "Tawaran bantuan itu datang sesaat setelah kejadian bom di Jakarta. Pimpinan dan perwakilan negara sahabat menyampaikannya langsung kepada Presiden, Menteri Luar Negeri, ataupun kepada kami di Kementerian Luar Negeri. Sikap kita, itu tergantung dari pihak Polri yang tahu kebutuhannya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha C Nasir. Menurut Arrmanatha, negara-negara yang telah menawarkan bantuan antara lain Australia, Inggris, Malaysia, Singapura, dan Norwegia. Adapun bentuk tawaran yang dimaksud masih bersifat umum karena tergantung dari kebutuhan di lapangan terkait penanganan terorisme. Selain tawaran bantuan, mereka juga menyampaikan simpatinya atas peristiwa kemarin. Arrmanatha mengapresiasi tawaran tersebut. Hal itu membuktikan bahwa Indonesia tidak sendirian memerangi terorisme. Marilah pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk bangkit bersama melawan terorisme agar bangsa Indonesia kembali aman dan kondusif. #KamiTidakTakut
Korban
Kemarin petang, Polri merilis 31 orang yang menjadi korban dalam peristiwa ini dengan rincian 24 orang terluka dan 7 orang meninggal. Dari jumlah yang meninggal, lima orang adalah pelaku teror, sedangkan satu orang yang tewas merupakan warga negara Kanada, dan seorang lainnya adalah warga negara Indonesia. Sementara itu, sebanyak 24 korban mengalami luka-luka, terdiri dari 5 polisi, 15 warga sipil, dan 4 warga negara asing. Warga negara asing yang terluka berasal dari Belanda, Austria, Jerman, dan Aljazair. Kepala Bidang Kedokteran Polisi Pusat Kedokteran Polri Komisaris Besar Anton Castilani menjelaskan, pemeriksaan yang akan dilakukan pada tujuh jenazah itu berupa pengambilan sidik jari serta pencocokan gen DNA. "Namun, untuk saat ini, belum ada pembanding yang jelas untuk pemeriksaan identitas jenazah ini," kata Anton. Ia menambahkan, ditemukan luka tembak dan ledakan pada ketujuh jasad itu. Wakil Kepala RS Polri Kramatjati Rusdianto mengatakan, "Kami masih mengidentifikasi para jenazah. Belum dapat menentukan siapa pelaku di antara jenazah itu," ujarnya. Selain identifikasi, lanjut Rusdianto, ketujuh jenazah itu juga masih divisum. Setelah identifikasi dan visum selesai, baru dapat dilaporkan identitas setiap jenazah.
Wakil Kepala Kepolisian Negara RI Komisaris Jenderal Budi Gunawan menyatakan, kelompok terorisme yang berafiliasi dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang dikontrol langsung oleh eks narapidana terorisme Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo alias Naim diduga bertanggung jawab terhadap serangan teror di Jakarta. Naim diduga merencanakan berbagai aksi teror pada akhir Desember 2015 dan di malam Tahun Baru 2016. Namun, operasi Satuan Tugas Khusus Antiteror Polri menggagalkan upaya itu dengan menangkap 14 terduga teroris di sejumlah lokasi. Menko Polhukam Luhut Pandjaitan menyatakan, jika aksi yang sudah diwaspadai sejak Desember 2015 itu akhirnya kemarin terjadi, bukan berarti pemerintah atau aparat kecolongan. Ini karena pemerintah ataupun intelijen mana pun tidak bisa sepenuhnya menjamin dan mendeteksi waktu dan tempat kejadian yang menjadi target teroris.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, pemerintah sudah mengidentifikasi ancaman yang akan terjadi di Ibu Kota, di antaranya ada di kawasan Senayan dan Bundaran HI. Namun, kata Ryamizard, pelaku sengaja memanfaatkan kelengahan aparat menjaga situasi keamanan Ibu Kota. Sejumlah negara sahabat menawarkan bantuan penanganan terorisme di Tanah Air. "Tawaran bantuan itu datang sesaat setelah kejadian bom di Jakarta. Pimpinan dan perwakilan negara sahabat menyampaikannya langsung kepada Presiden, Menteri Luar Negeri, ataupun kepada kami di Kementerian Luar Negeri. Sikap kita, itu tergantung dari pihak Polri yang tahu kebutuhannya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha C Nasir. Menurut Arrmanatha, negara-negara yang telah menawarkan bantuan antara lain Australia, Inggris, Malaysia, Singapura, dan Norwegia. Adapun bentuk tawaran yang dimaksud masih bersifat umum karena tergantung dari kebutuhan di lapangan terkait penanganan terorisme. Selain tawaran bantuan, mereka juga menyampaikan simpatinya atas peristiwa kemarin. Arrmanatha mengapresiasi tawaran tersebut. Hal itu membuktikan bahwa Indonesia tidak sendirian memerangi terorisme. Marilah pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk bangkit bersama melawan terorisme agar bangsa Indonesia kembali aman dan kondusif. #KamiTidakTakut
#KamiTidakTakut....
Spoiler for :
0
1.8K
Kutip
27
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan