Jakarta - Facebook tidak mengaktifkan fitur Safety Check saat serangan teroris melanda Jakarta kemarin. Kira-kira apa yang membuat jejaring sosial terbesar dunia itu sepertinya tidak menganggap perlu mengaktifkan Safety Check?

Beberapa media di mancanegara mengangkat isu ini. 'No Facebook Safety Check Even As Jakarta Reels From Deadly Blasts' tulis Forbes. Sedangkan Washington Post menurunkan judul 'Facebook is now in the awkward position of deciding what counts as a tragedy'.

"Media sosial adalah salah satu tempat pertama orang melakukan update jika tragedi muncul. Namun Safety Check, tool Facebook yang didesain memudahkan teman dan keluarga tahu kalau Anda baik baik saja dalam sebuah krisis, tidak diaktifkan saat serangan terjadi di ibu kota salah satu pasar terbesar Facebook," tulis Washington Post.

Memang Facebook tidak memberitahukan secara jelas apa kriteria sebuah peristiwa sehingga Safety Check perlu diaktifkan. Namun Washington Post menilai kemungkinan terkait dengan skala sebuah serangan.

Aksi penembakan sporadis di Paris lalu misalnya, memakan korban tewas sampai ratusan dan membuat keadaan kota sangat mencekam. Pasalnya, teroris menyerang beberapa tempat sekaligus, mereka membabi buta menembakkan senjata api ke masyarakat sipil.

Kemudian pada peristiwa bom Nigeria di mana Safety Check juga diluncurkan, ada sekitar 34 korban tewas. Sedangkan di Jakarta, jumlah korban tewas jauh lebih sedikit dan keadaan langsung bisa dikuasai aparat keamanan dalam waktu singkat.

Selain jumlah korban, Facebook mungkin mempertimbangkan faktor lain seperti sebanyak apa jumlah perbincangan di situsnya saat peristiwa terjadi. Meski demikian, mereka tetap dikritik karena tragedi teror tetap tak bisa disepelekan dimanapun terjadi. Apalagi beberapa saat setelah kejadian, tetap ada kepanikan tak peduli seberapa besar skala serangannya. Sejauh ini, belum ada komentar dari Facebook.
(fyk/ash)

http://inet.detik.com/read/2016/01/1...at-bom-jakarta