Ciri Pelaku dan 11 Adegan Teroris Bom Sarinah
KAMIS, 14 JANUARI 2016 | 18:45 WIB
Foto detik-detik penembakan polisi di Jalan Thamrin, Jakarta saat mengamankan ledakan bom Sarinah. Terduga pelaku dalam lingkaran merah. TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta -Fotografer TEMPO, Aditia Novansyah berada di lokasi kejadian dan merekam aksi pelaku teror bom dan penembakan di kawasan Sarinah, Kamis 14 Januari 2016. Pelaku itu datang dari kerumunan massa, beransel, mengenakan kaus tangan, bertopi merek sepatu dan mengacungkan pistol, dan menembak polisi.
Seluruh kejadian itu terekam dalam 11 seri foto, hasil jepretan Aditia. Seluruh foto, terekam bagaimana aksi gambar pelaku melakukan aksinya. Dalam foto-foto itu, pelaku diberi gambar merah
Terlihat di sesi foto pertama, pelaku teror seorang lelaki, wajah Indonesia, mengenakan pakaian hitam, topi merek sepatu Nike, dan tas punggung. Lelaki itu berdiri di Jalan Thamrin, arah Bundaran Hotel Indonesia. Aditia, Fotografer Tempo, menembak wajah pelaku dengan kameranya, lensa 70/200. Lelaki bertopi nike itu, terlihat bersama seorang seseorang yang mengenakan pakaian biru dan rompi hitam. Lelaki itu juga mengenak tas punggung.
Foto kedua, terlihat lelaki itu mengacungkan pistol ke arah dua polisi lalu lintas yang berusaha menyelamatkan diri. Foto ketiga, kerumunan orang pecah, awalnya menghadap ke arah pos polisi, berbalik badan menghadap ke arah pelaku. Terlihat seorang berpakaian hitam tergeletak di jalanan.
Sesi Foto keempat, di tengah perempatan Jalan Thamrin, seorang polisi sedang memegang sabuk di pinggang kanan. Lelaki bertopi menggenggam pistol berjalan ke arah mobil polisi yang sedang terpakir di tengah jalan. Ada pun lelaki dengan pakaian biru berbaur dengan kerumunan warga.
Aksi para pelaku berikutnya adalah lelaki berbaju hitam dan berjeans biru, memakai topi nike, mengacungkan pistol peraknya ke arah mobil polisi yang terpakir di tengah jalan. Polisi itu terlihat diam, sementara jarak lelaki itu cukup dekat. Dua adegan ini terlihat di foto kelima dan enam.
Lalu terlihat pelaku berkemeja biru, bertas punggung, juga mengacungkan pistol kepada polisi yang mengenakan helm. Ia berdiri berdiri di dekat mobil yang terparkir di tengah jalan Thamrin. Adegan ini terlihat di foto ketujuh.
Terlihat kemudian, polisi sempat hendak mengambil pistol terlihat berdiri di depan orang yang tergeletak di tengah kotak kuning Jalan Thamrin. Di hadapannya, polisi yang menggunakan helm sedang ditodongkan pistol.
Dua sesi terakhir foto itu menunjukkan adegan polisi ditodong pistol oleh pelaku berbaju biru terlihat memegang perut. Di belakangnya, berdiri pelaku. Sementara itu, polisi yang berada di kotak kuning Jalan Thamrin berdiri menyaksikan.
http://nasional.tempo.co/read/news/2...is-bom-sarinah
Quote:
Kapolri Kembali Tegaskan Jenggot dan Celana Cingkrang Bukan Ciri Teroris
Selasa, 5 Januari 2016
Kapolri Jendral Polisi Badrodin Haiti kembali menegaskan bahwa ciri teroris itu bukan jenggot dan bercelana cingkrang.
“Orang berjenggot dan bercelana cingkrang bukan ciri teroris” ujar Jendral Barodin ini disampaikan saat memberikan sambutan dalam Tabligh Akbar Indonesia Bersholawat yang berlangsung di Masjid Istiqlal, sabtu(2/1/2016).
Jendral Badroudin juga memaparkan bahwa potensi terorisme bisa muncul dari agama manapun, tidak benar jika teroris itu disangkut pautkan dengan Islam.
Contoh yang sangat terlihat adalah ketika kejadian di Tolikara, untuk mengetahui seseorang itu teroris atau bukan harus dengan berdialog dan mengetahui pola pikirnya, jika radikal maka dia teroris.
http://islamedia.id/kapolri-kembali-...-ciri-teroris/
Inilah 5 Ciri Teroris Modern versi Mabes Polri
Sabtu, 16 Maret 2013 - 14:43 wib
JAKARTA - Akar masalah terorisme tidak terurai dengan baik. Kadiv Humas Polri Irjen Pol Suhardi Alius menyebut, ada rentetan masalah yang harus ditanggulangi secara bersama-sama terutama dengan stakeholder terkait.
Masalah pertama adalah pola terorisme yang saat ini parsial. Dia menjelaskan, terorisme sekarang ini sudah tidak atas perintah Amir atau pimpinannya.
"Kelompok-kelompok ini sekarang berkelompok secara parsial. Mereka berbicara, memutuskan dan eksekusi. Sudah tidak ada lagi menunggu perintah amir atau pimpinannya. Ini yang perlu diwaspadai," kata Suhardi, Jakarta, Sabtu (16/3/2013).
Kedua, lanjutnya, pelaku terorisme dalam perakitan senjata dan bom, saat ini tidak belajar lagi dengan cara fisik atau belajar dari guru. Sekarang, kata Suhardi, mereka belajar dengan cara otodidak lewat internet. Karena itu, dia meminta stakeholder terkait bisa ikut memberantas masalah ini.
"Menkominfo bisa melakukan verifikasi, pengecekan dan seleksi dengan untuk situs seperti ini," jelas Suhardi.
Ketiga, bahan bom juga sangat mudah didapat. Suhardi mengatakan, bahan bom ini bisa diperoleh dari bahan dapur atau pun pupuk. "Ini juga menjadi concern kita, bagaimana kita mengatasi ini," ujarnya.
Suhardi melanjutkan, keempat adalah soal buku-buku yang informasinya berisi provokasi. Buku ini juga kadang menciptakan dendam terhadap pembacanya. Karena itu, perlu ada pencerahan terhadap buku tersebut serta seleksi untuk buku yang diterbitkan. "Seperti buku-buku yang isinya provokasi serta yang terkesan menjustifikasi," katanya.
Terakhir, pola bantuan pendanaan terhadap pelaku teror. Masih ada yang memberikan bantuan dana alih-alih keagamaan atau apapun. "Terakhir ini, masalah bantuan pendanaan, baik tunai dan perbankan," jelasnya
http://news.okezone.com/read/2013/03...si-mabes-polri
Ciri-ciri Teroris Versi BNPT: Gemar Mengkafirkan Orang Lain dan Hidupnya Eksklusif
Rabu, 16 Desember 2015 02:25 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gerakan radikalisme dan aksi teroris masih menjadi salah satu ancaman di Indonesia. Untuk itulah perlu lebih dikenal lagi ciri-ciri dari gerakan tersebut agar bisa melakukan deteksi dini sebelum kemungkinan terburuk bakal terjadi.
"Yang jelas terorisme ciri utama cenderung eksklusif, dia hanya bergaul di kalangannya sendiri dan cenderung mengkafirkan orang lain. Kalau ada hal-hal seperti ini di masing-masing daerah, segera koordinasikan dengan aparat keamanan atau konfirmasi kepada kita, agar bisa dikoordinasikan sehingga bisa diambil langkah-langkah pencegahan. Ini namanya deteksi dini,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Saud Usman Nasution dalam pernyataannya yang diterima Tribunnews, Selasa(15/12/2015).
Saud juga mengatakan para penganut paham radikalisme dan terorisme juga memiliki tujuan untuk menggantikan ideologi Pancasila dan UUD 45 sebagai dasar dan falsafah. Tapi ada sebagian WNI menginginkan khilafah.
“Kartosuwiryo dengan DI/TII, Kahar Muzakar di Sulsel, dan di Aceh ada GAM. Kemudian menjelma menjadi Jamaah Islamiyah (JI), kemudian diganti Majelis Mujahidin Indonesia, kemudian berganti Jamaah Ansyaruttauhid, dan sekarang berganti ISIS,"kata Saud.
http://www.tribunnews.com/nasional/2...pnya-eksklusif
---------------------------------
Emang kalo terorisnya pake sarungan, terus dibilang teroris lokal?
