***Saya Tidak Mengakui Negara Ta* Ini***
Habis belanja alat musik, kena tilang karena mobil penuh barang?
Tai!
//itu mungkin hanya oknum polisinya saja yg iseng2 cari duit//
tai lah. Semua polisi sama saja.
Iya. Saya generalisir SEMUA POLISI, biar mereka semua ikut malu, ikut berusaha mengubah kondisi
tai ini, tidak lalu lepas tangan berlagak bego (atau asli bego) sambil ngomong, "Itu kan bukan saya." <<<jawaban
Tai!.
//itu polisi kan cuma menegakkan peraturan//
Hanya manusia
tai yg mau menegakkan peraturan
Tai! 
Kalau saya belanja satu set alat musik dari toko trus gimana bawanya ke rumah?
Bawa satu per satu bolak balik?
Pakai jasa paket? Mahal
Tai! 
Sewa mobil barang? Mahal
Tai! 
Mobil2 waktu musim mudik, barang2 sampai numpuk ke atas kemana tilangnya?
//harusnya komplain disampaikan kepada mereka pembuat peraturan dan kebijakan//
Ya. Semua. Manusia tai membuat peraturan
Tai!.

Presiden, DPR, kepolisian, sampai ke eksekutornya, polisi, semua yg terlibat dengan peraturan
tai ini ya
tai semua. Keluarganya makan hasil
Tai!. Biar ikut malu. Harus ikut malu.
Gak terima? Silakan polisikan (baca: silakan
Tai!-kan).
*Nasehat orang tua saya dulu, "Jadilah apapun yg km mau, asal jangan jadi polisi."
//kalau km gak mengakui negara ini, kenapa gak pindah saja ke negara lain//
PASTI PINDAH!
Dulu saya gak bisa milih mau dilahirkan di negara mana. Jadi, sekarang, ketika tanggung jawab saya di negara tai ini selesai semua dan ternyata masih ada peraturan tai seperti ini, saya pasti pergi.
//negara ini tidak butuh pengakuanmu, pengakuanmu tidak penting, negara ini tetap ada entah km akui atau tidak//
Ini pernyataan sikap.
Sikap saya jelas penting bagi saya, manusia yg bukan
tai harus mengambil sikap, kalau
tai ya cuma mengambang mengikuti air yg membawanya.
Jadi, kalau ini tidak penting buat negara dan para
tai lainnya, saya tidak peduli.
Dan seperti halnya Emha Ainun Nadjib, saya juga mengambil sikap TIDAK MENGAKUI NEGARA INI.