- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ternyata Permainan Tradisional 'Cublak-Cublak Suweng' Menyimpan Pelajaran Hidup Gan


TS
tokomapan
Ternyata Permainan Tradisional 'Cublak-Cublak Suweng' Menyimpan Pelajaran Hidup Gan

Quote:
Masih ingat dolanan saat kita masih kecil dan biasanya dilakukan pas terang bulan ini?
Beberapa anak ikut bermain, satu anak duduk telungkup seperti posisi sujud dan memejamkan matanya sementara anak-anak lainnya duduk mengitarinya. Lalu tangan anak-anak tersebut dalam posisi menengadah menunggu giliran sebuah batu kerikil yang nanti akan jatuh dalam salah satu genggaman tangan seorang anak. Sambil menggilir batu tersebut anak-anak menyanyikan lagu ini:
Cublak-cublak suweng
Suwenge teng gelenter
Mambu ketundung gudhel
Pak empo lera-lere
Sopo ngguyu ndelikakhe
Sir-sir pong dele kopong
Sir-sir pong dele kopong
Selesai menyanyi lagu itu, anak yang telungkup bangun dan disuruh menebak siapa yang menggenggam batu tersebut.
Si anak yang telungkup bila salah menebak maka dia akan disuruh telungkup lagi dalam fase permainan berikutnya.
Permainan ini pastilah sudah lama kita tinggalkan. Namun tanpa kita sadari sampai kita dewasa pun kita masih melakukan ’permainan’ ini. Dalam kehidupan sehari-hari. Permainan anak-anak yang akrab bagi masyarakat Jawa ini ternyata mengandung banyak makna dan mengajarkan kehidupan sedari kecil. Konon (katanya) permainan ini awalnya dikenalkan oleh Walisongo.
Banyak versi lirik lagu ”Cublak-cublak Suweng” di Jawa. Mungkin tergantung nenek moyang dan dialek setempat, Tegal dan Pekalongan yang bersebelahan saja bisa berbeda lirik lagunya. Dalam satu kota saja bisa beda versi, yang jelas secara garis besar sama dan kurang lebih maknanya juga sama.
Apa sebenarnya makna dari dolanan bocah cilik ini?
Beberapa anak ikut bermain, satu anak duduk telungkup seperti posisi sujud dan memejamkan matanya sementara anak-anak lainnya duduk mengitarinya. Lalu tangan anak-anak tersebut dalam posisi menengadah menunggu giliran sebuah batu kerikil yang nanti akan jatuh dalam salah satu genggaman tangan seorang anak. Sambil menggilir batu tersebut anak-anak menyanyikan lagu ini:
Cublak-cublak suweng
Suwenge teng gelenter
Mambu ketundung gudhel
Pak empo lera-lere
Sopo ngguyu ndelikakhe
Sir-sir pong dele kopong
Sir-sir pong dele kopong
Selesai menyanyi lagu itu, anak yang telungkup bangun dan disuruh menebak siapa yang menggenggam batu tersebut.
Si anak yang telungkup bila salah menebak maka dia akan disuruh telungkup lagi dalam fase permainan berikutnya.

Permainan ini pastilah sudah lama kita tinggalkan. Namun tanpa kita sadari sampai kita dewasa pun kita masih melakukan ’permainan’ ini. Dalam kehidupan sehari-hari. Permainan anak-anak yang akrab bagi masyarakat Jawa ini ternyata mengandung banyak makna dan mengajarkan kehidupan sedari kecil. Konon (katanya) permainan ini awalnya dikenalkan oleh Walisongo.
Banyak versi lirik lagu ”Cublak-cublak Suweng” di Jawa. Mungkin tergantung nenek moyang dan dialek setempat, Tegal dan Pekalongan yang bersebelahan saja bisa berbeda lirik lagunya. Dalam satu kota saja bisa beda versi, yang jelas secara garis besar sama dan kurang lebih maknanya juga sama.
Apa sebenarnya makna dari dolanan bocah cilik ini?
Quote:
1. Cublak-cublak suweng

Dari lirik lagunya ”cublak-cublak suweng” …suweng artinya hiasan di telinga, lebih berharga daripada anting…identik dengan harta. Bisa diartikan "ayolah tebak tempat menyimpan harta”.
Quote:
2. Suwenge teng gelenter

”Suwenge ting gelenter” maksudnya hartanya tersebar dimana-mana.
Hal ini terlihat pula dalam permainannya dimana anak-anak menyembunyikan batu kerikil (diibaratkan suweng) lalu beredar dari satu tangan ke tangan yang lain (”suwenge ting gelenter”).
Quote:
3. Mambu ketundung gudhel

”Mambu ketundung gudhel”, mambu artinya tercium, ketundung artinya yang dituju, sedangkan gudhel artinya anak kerbau. Mengapa anak kerbau, bukan kerbaunya? Anak kerbau identik dengan kebodohan (karena masih berwujud anak, yang belum matang alias belum tahu apa-apa). Secara garis besar kabar tentang tempat harta ini mudah tercium (tersiar) oleh orang-orang bodoh.
Quote:
4. Pak empo lera-lere

”Pak Gempo lerak-lerek”, Pak empo melirik-lirik (mencarinya). Pak empo digambarkan sebagai kebalikan dari gudhel yang masih berwujud anak. Makanya menggunakan kata awalan ’Pak’. Pak empo adalah sosok manusia dewasa yang kebingungan mencari harta (’suweng’), padahal hartanya sudah berlimpah. Tapi karena nafsu keserakahannya sendiri, ia pun terus mencari. Dalam permainan, wujud Pak empo adalah anak yang bermainan dalam posisi sujud dan akhirnya dia harus menebak siapa yang menyimpan batu kerikil tersebut.
Quote:
5. Sopo ngguyu ndelikakhe

Siapa yang bijaksana, dialah yang menemukan kebahagiaan sejati. Dialah orang yang tersenyum dalam menjalani setiap kehidupan. Tapi orang yang tersenyum ini bisa juga sebagai orang yang bodoh. Di permainannya kita tahu bahwa anak-anak yang lain (yang tidak telungkup) pasti tertawa saat anak yang telungkup berusaha menebak siapa yang menyimpan batu kerikilnya.
Quote:
6. Sir-sir pong dele kopong

"Sir-sir pong dele kopong" artinya di dalam hati nurani yang kosong. Suatu petunjuk bagi yang ingin mencari harta/menebak di permainan bahwa untuk mencari pelakunya, gunakanlah hati nurani.
Quote:
Bisa ditafsirkan secara garis besar makna dari lagu dan permainan ini adalah sebagai berikut:
Kita sebagai manusia biasa tercipta dari tanah. Makanya dalam permainan, seorang anak harus telungkup mencium tanah seolah sedang sujud. Hanya manusia biasa yang tak tak tahu apa-apa. Namun manusia tetap ada hasrat nafsu. Manusia mempunyai hasrat nafsu harta, tahta dan wanita. Dalam lagu daerah ini manusia tetap memenuhi hasratnya untuk mencari harta (”cublak-cublak suweng”). Namun harta tercecer dimana-mana dan semua orang pasti menginginkannya. Begitu mudahnya tercium ’bau’ harta sampai orang tak berilmu pun tahu, kita tahu bahwa setiap hari ada maling, copet, koruptor yang mengincar harta. Zaman sekarang istilah koruptor identik dengan ”tikus” yang sama saja binatang atau ”gudhel” dalam lagu ini. Berarti zaman lagu dan permainan ini ditemukan, sudah diajarkan kepada masyarakat bahwa kita harus was-was akan bahaya koruptor.
Dan kita tahu tampang para koruptor seperti apa, biasanya mereka selalu senyum mesem-mesem (”sopo ngguyu ndelekakhe”). Lihatlah tampangnya para koruptor yang tetap aja nyengir meskipun sudah dipanggil KPK.
Cara terbaik untuk mencari harta adalah dengan hati nurani yang bersih. Tidak dipengaruhi hawa nafsu dan sebagainya. Dengan hati nurani akan lebih mudah menemukannya, tidak tersesat.
Tak disangka sungguh dalam maknanya permainan tradisional ini. Patut dibanggakan dan dilestarikan dolanan bocah cilik ini. Anak sekarang mungkin sudah tak mengenalnya lagi karena kecanggihan tekhnologi, mereka sudah tak mengenal permainan rakyat. Sebaiknya kita ajarkan lagi permainan rakyat ini kepada anak, cucu, keponakan, tetangga, agar tak ’lenyap’ begitu saja dari bumi pertiwi.
Dan jangan sampai terjadi bila tiba-tiba kita pun harus menjerit marah karena dolanan ini tiba-tiba diakui oleh negeri jiran. Sebelum diambil negeri manapun, kita tetap lestarikan dolanan dan lagu daerah yang telah kita kenal sejak kecil ini.
Gimana mas bro? semoga bisa menambah pengetahuan kita semua yah

SUMBER

0
6.6K
Kutip
59
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan