Di sini TS akan menjelaskan polemik terlebih dahulu lalu hal positif, karena kebahagiaan akan lebih indah disampaikan setelah hal hal yang menyakitkan (ceileeee)

Polemik Seorang Jurnalis

Pernakah anda mendengar wartawan amplop? seorang jurnalis harus mampu menolak "amplop" yang ditawarkan oleh beberapa oknum. Tidaklah mudah untuk menolak amplop tersebut karena pada dasarnya pekerjaan menjadi jurnalis memiliki gaji yang tidak besar. Seberapa besarnya uang dalam amplop tersebut, tetap saja seorang jurnalis seharusnya tidak menerima amplop tersebut, karena hal tersebut termasuk melanggar kode etik jurnalistik.





Bayangkan anda seorang jurnalis yang sedang meliput suatu kecelakaan dimana korban sedang sekarat dan tidak ada seorangpun yang menolong. Tindakan apa yang akan anda ambil? Menyelamatkan korban tau meliput kejadian? Apapun pilihan anda, tidak ada yang benar ataupun salah karena hal itu merupakan pilihan anda. Pada dasarnya meliput adalah tugas utama seorang jurnalis, dan menolong seorang korban adalah urusan nurani. Jadi mana yang akan anda pilih?





Seorang jurnalis harus siap dipindahkan kemanapun meskipun itu berada jauh dari rumah. Contohnya ketika Najwa Sihab yang harus meninggalkan anaknya yang masih kecil lebih dari tiga hari untuk liputan bencana tsuname di Aceh. Meskipun hanya diperintahkan untuk meliput di Aceh selama tiga hari, namun Najwa harus tertahan di Aceh lebih dari tiga hari karena tidak ada penerbangan ke Jakarta saat itu.





Jangan heran kalau tiba-tiba tengah malam telepon anda berdering berkali-kali. Ya, seperti itulah seorang jurnalis harus rela jam tidurnya terganggu karena ada tugas liputan mendadak.





Hal buruk apapun mukin saja terjadi pada seorang jurnalis ketia ia memuat suatu berita yang kontroversi, terutama berita sensitif tentang seorang penguasa. Apakah anda pernah mendengar wartawan dipukuli oleh oknum tak bertanggung jawab? Atau ada wartawan yang meninggal dalam keadaan mengenaskan? atau juga kamera seorang jurnalis rusak setelah dirampas beberapa orang tak dikenal? ya seperti itulah resiko menjadi wartawan.





TS rasa tidak hanya jurnalis saja yang dikejar kejar oleh deadline, semua profesi pun dikejar oleh deadline, namun seorang bagi seorang jurnalis, deadline adalah garis mati karena harus segera memuat berita yang masih segar agar tidak "basi"

Mewawancara seorang pejabat, itu hal biasa. Mengenal dekat seorang pejabat? Itu baru luar biasa. Orang-orang penting tersebut bisa saja menjadi relasi anda kelak. Anda bisa mengenal pejabat, petinggi suatu perusahaan, atau bahkan artis. Asyik bukan? apabila kelak anda menjadi wirausaha, bisa saja kelak mereka akan menjadi ambasador produk anda





Mengapa TS menganggap ini hal menguntungkan? Karena seorang jurnalis mengetahui banyak hal yang tidak orang lain ketahui. Hal ini akan membuat orang lain segan pada anda. Seorang wartawan juga memiliki wawasan yang luas karena seorang wartawan sudah pernah menemui orang dari suku, agama dan ras yang berbeda dan saling bertukar pikiran, menikmati banyak tempat eksotik di banyak negara, dan masih banyak lagi keuntungannya.





Rata-rata seorang wartawan akan mencintai profesinya.Llihat saja meskipun gaji seorang wartawan kecil, tapi banyak dari mereka yang bertahan hingga puluhan tahun. Meskipun menanggung banyak resiko, tapi menjadi wartawan pun memiliki banyak keuntungan. menjadi wartawan itu memiliki banyak kesenangan.





Jangan menggagu profesi wartawan karena akan ada seribu kamera melayang kepadamu, itu merupakan suatu perumpamaan. Apabila anda menghadapi suatu kendala, maka orang-orang yang memiliki profesi yang sama seperti anda akan membela anda mati-matian. Ingatkah anda tentang seorang wartawan babak belur dikeroyok oleh beberapa oknum, lalu rekannya sesama wartawan meminta pertanggung jawaban oknum tersebut di pengadilan. ya, itulah resiko karena telah mengusik wartawan.