Festival digelar meriah beberapa waktu lalu di Papua. Tampak anak-anak SMA dari berbagai suku yang sekolah di SMA Papua ini mengenakan pakaian adat mereka masing-masing. Tidak hanya para murid, para guru di sekolah ini tampak mengenakan pakaian adat mereka. Tidak seperti Festival Budaya tahun-tahun sebelumnya, tampak di tangan tamu dan undangan terlihat bendera merah putih berukuran kecil. "Kami diberi bendera kecil di pintu masuk oleh penerima tamu. Ya, pegang saja," kata Stevanus Mote salah satu tetua di papua yg masih mempunyai jiwa nasionalis tinggi.
Budaya itu bukan hanya soal-soal tampilan, melainkan merupakan seluruh proses kerja untuk dasar bagian mencintai Negeri ini. Maka, kebudayaan menunjukkan identitas sebuah suku yang harus terus diwariskan oleh generasi muda di zaman ini. Saat ini, budaya kita mulai terkikis oleh perubahan zaman..
Sebuah drama bertema "Perayaan Keberagaman" sosial budaya yang dibawakan para siswa kelas XII usai opening ceremony cukup mengundang senyum para penonton yang membangkitkan jiwa nasionalis. Drama ini mengisahkan bagaimana kehidupan masyarakat Indonesia yang multi etnis dengan kompleksitas masalahnya. pendidikan (sekolah) dan apresiasi budaya tidak bisa disisipi kepentingan. Pendidikan dan kebudayaan haruslah ditetakkan pada posisinya sebagai dasar untuk mencintai indahnya negeri ini. Hasil dari apresiasi budaya dan pendidikan itu tentu akan melahirkan manusia-manusia yang dapat memilih kehidupannya dalam bernegara, bermasyarakat dan bersosial. Pemerintah papua khusunya sangat mengapreasi kegiatan – kegiatan yang berbaur budaya yng mengangkat jiwa – jiwa nasionalis dan bangga akan NKRI. Pemerintah pun sudah berusaha semaksimal mungkin dalam merevitalisasi dan melawan oknum – oknum yang ingin memcah belahkan Indonesia.