Agan yang punya kebiasaan bikin resolusi keuangan tahun baru? Pasti seru ya ada ritual ini tiap akhir tahun.
Tapi sebagian orang sudah rada malas bikin. Rata-rata alasannya semua yang ‘dikehendaki’ dalam urusan keuangan selalu meleset!
Bisa jadi sumber kemalasan bikin resolusi itu datang karena masih mengulangi kesalahan yang tak disadari. Kesalahan itu antara lain bikin resolusinya ‘too big’ alias terlalu tinggi harapannya. Bisa pula ‘too many’ atau kebanyakan maunya (BM gan!)
Nah, kesalahan terbanyak yang rata-rata dilakukan orang adalah karena nggak spesifik menetapkan tujuan. Yang dipikirkan dalam resolusi keuangan itu terlalu umum sehingga tak menyentuh poin-poin yang mendasar.
Sampai di sini masih belum paham yak gan? Oks, biar lebih konkret dan menyusun resolusi keuangan yang oke banget di tahun depan, hindari kesalahan di bawah ini.
Selalu berpikir menciutkan pengeluaran yang besar
Spoiler for pengeluaran:
Menabung itu wajib hukumnya sebagai antisipasi ketidakpastian di masa depan. Daripada sibuk berpikir mencari-cari pengeluaran yang besar untuk dipotong lalu dialihkan ke tabungan, sebaiknya fokus pada pengeluaran yang ‘kecil dan nggak berasa’.
Biasanya pengeluaran yang remeh temeh ini ternyata nilainya tak kalah besar. Sering kali pengeluaran kecil ini terkait dengan gaya hidup.
Misalnya saja pengeluaran untuk ngopi-ngopi, nonton film, beli barang baru, dan lain sebagainya. Siapa tahu mengurangi aktivitas itu bisa menyelamatkan sekian ratus ribu rupiah tiap bulan. Kuncinya adalah mulailah menekan pengeluaran kecil seperti ini.
Niat melunasi utang
Spoiler for utang:
Bagus sih ada niatan melunasi utang. Cuma dilihat lagi kapasitas keuangan.
Sulit banget diaplikasikan kalau faktanya pendapatan per bulan nilainya jauh dari besaran utang yang mesti ditanggung. Contohnya sisa utang KPR di kisaran Rp 300 juta tapi gaji masih di kisaran Rp 8 juta.
Artinya, niatan itu sebatas mimpi belaka. Kenapa tidak dialihkan dengan meningkatkan porsi cicilan tiap bulannya sebagai target dalam resolusi keuangan tahun depan. Toh dengan sendirinya, naiknya porsi cicilan bisa mempercepat utang lunas.
Berharap kenaikan pendapatan
Spoiler for naik:
Sah-sah saja punya keinginan tahun depan gaji naik, bonus tahunan bertambah, dan lain sebagainya. Sayangnya, keinginan itu sangat tergantung dari kinerja kita, kebaikan hati bos atau kondisi perusahaan yang sedang bagus.
Daripada menunggu kebaikan hati bos agar gaji dinaikkan, ada baiknya berpikir untuk melakukan aksi konkret bikin lamaran baru ke kantor yang menawarkan pendapatan lebih tinggi. Kalau pun enggan mengambil risiko, bisa dengan berpikir mencari kerja sambilan.
Caranya dengan memperluas jaringan pertemanan. Bisa lewat sosial media atau forum-forum profesional. Salah satunya ya Kaskus gan!
Terlalu banyak daftar keinginan tapi lupa berinvestasi
Spoiler for investasi:
Silakan saja masukkan keinginan punya mobil baru atau traveling keluar negeri dalam resolusi tahun depan. Hanya sebagai catatan, jangan sampai daftar keinginan itu lebih besar pasak daripada tiang.
Maksudnya, semua keinginan itu ujung-ujungnya menghabiskan duit yang tak sedikit. Di saat bersamaan malah melupakan berinvestasi. Sebagai masukan, lebih baik daftar keinginan itu dimasukkan sebagai target dalam resolusi keuangan.
Misalnya saja pilihan investasi yang cocok untuk rencana punya mobil baru atau traveling keluar negeri. Bisa reksa dana, emas, deposito, dan lain sebagainya. Dengan sendirinya, keinginan itu bisa tercapai tanpa harus membuat kondisi keuangan ngos-ngosan.
Lupakan tujuan finansial
Spoiler for finansial:
Ketika bikin resolusi keuangan tahun depan, sering kali orang melupakan tujuan finansial. Yang ditulis dalam resolusi sifatnya masih umum alias abstrak.
Contohnya menabung Rp 1 juta tiap bulan. Lantaran tak punya tujuan finansial, seringkali motivasi menabung jadi sulit konsisten.
Beda kasus jika sudah menetapkan tujuan finansial sebelumnya. Maka dana yang disisihkan besarannya disesuaikan dengan kebutuhan dana yang jadi tujuan finansial.
Kesimpulannya, resolusi keuangan di tahun depan sebaiknya disusun berdasarkan prinsip ‘SMART’, yakni specific, measurable, attainable, realistic, dan timely. Tujuannya agar resolusi itu tak seperti di awang-awang. Resolusi keuangan yang spesifik dan konkret akan menjadi panduan yang lebih mudah dilakoni ketimbang yang sifatnya abstrak.