- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Bunga Cantik Yang Sukses Pembawa Kebahagiaan


TS
fahrudin10
Bunga Cantik Yang Sukses Pembawa Kebahagiaan
Spoiler for Biografi:
Aku telah lahir kedunia pada rabu pagi bertepatan pada tanggal 10 Agustus 19** dengan selamat dan sehat dan perlu diingat aku adalah anak dari kedua orang tuaku, adik dari kakak-kakakku, kakak dari adikku, aku anak ke-5 dari 6 bersaudara, dari keluarga sederhana, bapakku hanya pegawai negeri, dan ibuku hanya ibu rumah tangga. Dilingkungan yang penuh kecerian ini aku di besarkan dengan kasih sayang kedua orang tua dan keluarga serta tetanga.
Dilingkungan yang kaya akan sumber daya manusianya ini aku dididik, dibesarkan dan dimanja dengan harapan orang tua kelak aku menjadi seorang yang hebat sesuai dengan nama yang diberikan kepadaku, namaku adalah nama tokoh yang sangat terkenal pada masa itu yang menjadi pemimpin suatu organisasi islam.
Teman yang selalu ada bersamaku pada saat itu hanya dua orang anak perempuan dan orang tua serta empat orang kakakku yang ada di setiap waktu untuk mengajakku bercerita, belajar, bermain, ke masjid, bekerja, dan sebagainya.
Sejak kecil aku sudah diberikan pendidikan keagamaan maupun pendidikan umum. Kasih sayang yang diberikan orangtuaku sungguh tak ternilai. diusiaku yang ke-5 aku disekolahkan disekolah taman kanak – kanak yang bernuansa islam yang dekat dengan rumah tempat tinggalku, masa – masa ini sungguh sangat mengesankan, aku termasuk anak yang cengeng, tapi suka bertengkar dengan teman sebayaku (maklum anak – anak) hidup dengan kesederhanaan bukan sesuatu yang penghalang bagiku untuk bergaul dengan teman – teman sebaya. Suatu yang pada saat itu tidak ku sangka Ikhsan teman dekatku dan sebangku denganku di TK dan ia termasuk anak yang pintar, meninggal dunia. Waktu itu aku sedih dan takut.
Setelah lulus dari TK pada tahun 1994/1995 aku melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, 19 juli 1995 aku diterima di SD Islam Swasta. Dari sini aku sudah mulai di beri kepercayaan untuk menjadi ketua, walaupun hanya sekedar ketua kelas. Selain belajar di sekolah ini aku juga belajar di TPA dengan pendidikan agama yang cukup, di TPA aku di ajarkan ilmu – ilmu tentang islam, baik itu bacaan Al-Qur’an serta tajwidnya, bersenandung nasyid, dan lain – lain. Hubungan baik antara aku dengan pembimbing membuat kami selalu bersama pada saat itu. Begitu banyak kegiatan yang aku ikuti di sekolah maupun di TPA dari segi perlombaan maupun yang lainnya. Aktif dilingkungan membuatku terbiasa dengan kegiatan keorganisasian. Di sekolah dengan jumlah teman sekelas hanya 11 orang membuatku sangat dikenal oleh guru – guru. Nilai ujian nasionalku tidak begitu buruk, aku langsung mendaftar di SLTP Swasta yang letaknya tidak jauh dari rumahku. Rohis, Pramuka, PMR, paskibra dan OSIS ku ikuti kegiatan ini tanpa memikirkan pembagian waktu. Untungnya aku dapat mengikuti semua kegiatan ini tanpa beban yang berat. Kelas 2 aku terpilih menjadi ketua OSIS, rasa takut terus menyelimuti selama aku menjadi ketua OSIS, sejak aktif berorganisasi prestasiku mulai menurun di tambah dengan berbagai masalah kedewasaanku yang menjadi sifat alamiah setiap anak yang mulai baligh (dewasa).
Tiga tahun di SMP rasanya hanya beberapa hari saja, kini aku menjadi alumni sekolah ku tercinta, melanjutkan sekolah yang katanya menjadi salah satu sekolah ternama di Depok, SMA Negeri yang baru mengeluarkan satu angkatan dan aku adalah angkatan ke-4, bertemu teman baru, suasana baru, seragam baru dan sifat yang baru, dan organisasi baru yang aku ikuti. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak mengikuti kegiatan yang dapat membuatku terlalu sibuk namun bukan aku jika tidak ikut dalam organisasi, aku dipilih menjadi ketua Karang Taruna di lingkungan tempat tinggalku.
Sedikitnya kemampuan yang ku miliki dalam berorganisasi, tidak diketahui oleh masyarakat, mereka hanya tahu aku aktiv dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan lingkungan dan begitu dikenalnya aku dalam masyarakat. Sebenarnya tidak ada keinginan untuk menjadi ketua Karang Taruna, tapi apa yang bisa ku perbuat begitu banyak suara yang harus ku pertanggung jawabkan. Di sekolah ekskul futsal yang ku ikuti, dengan teman – teman sekelas (saat itu masih kelas sepuluh) aku dapat menjadi juara tiga liga futsal di sekolah ini, kebanggaan yang sangat ada dalam diri ku, karena di antara kelas sepuluh yang lain hanya kelas ku yang mampu sampai ke semi final. Teman – teman ku yang menjadi anggota tim futsal adalah Alief, Dodo, Aceng, Someh, Jumi, Soneo, Mamat, semuanya sebagai pemain dan Prasi sebagai manager, dan teman yang lain yang menjadi pendukung dengan nama “X-4 Mania”. Keakraban yang terjalin antara kami sangat erat, bercanda bersama, tertawa, bermain, belajar, pulang bareng dan kadang menginap di rumah salah seorang dari kami, semua ini utuh sampai kami memilih jurusan di kelas sebelas bahkan di kelas sebelas kami pun masih melakukan kegiatan tersebut diatas bersama – sama walaupun berbeda kelas antara kami.
Jika mangingat – ingat kehidupanku masa lalu rasanya ingin sekali mengulangnya kembali masa – masa itu, lingkungan yang masih asli dengan pohon – pohon buah di setiap halaman atau kebun, udaranya masih segar, kicauan burung – burung kecil dan besar, menikmati pemandangan sawah yang hijau dan pokoknya asli deh. Tapi sayang kini semua itu telah tiada, yang ada tinggal pohon rambutan dan pohon papaya, udara yang sudah bercampur dengan asap kendaraan, hanya kicauan burung gereja pada pagi dan siang hari diiringi suara bising kendaraan yang lalu lalang di sekitar jalan depan rumah, sawah menjadi rumah yang angkuh berdiri, sungai menjadi jalan raya, bahkan lapangan kini sangat jarang di temukan di sini, bagaimana nasib anak cucuku nanti, mungkin nanti mereka sudah tidak kenal lagi yang namanya bajak, sundung, arit, pacul,dan sebagainya.
Bersambung
Dilingkungan yang kaya akan sumber daya manusianya ini aku dididik, dibesarkan dan dimanja dengan harapan orang tua kelak aku menjadi seorang yang hebat sesuai dengan nama yang diberikan kepadaku, namaku adalah nama tokoh yang sangat terkenal pada masa itu yang menjadi pemimpin suatu organisasi islam.
Teman yang selalu ada bersamaku pada saat itu hanya dua orang anak perempuan dan orang tua serta empat orang kakakku yang ada di setiap waktu untuk mengajakku bercerita, belajar, bermain, ke masjid, bekerja, dan sebagainya.
Sejak kecil aku sudah diberikan pendidikan keagamaan maupun pendidikan umum. Kasih sayang yang diberikan orangtuaku sungguh tak ternilai. diusiaku yang ke-5 aku disekolahkan disekolah taman kanak – kanak yang bernuansa islam yang dekat dengan rumah tempat tinggalku, masa – masa ini sungguh sangat mengesankan, aku termasuk anak yang cengeng, tapi suka bertengkar dengan teman sebayaku (maklum anak – anak) hidup dengan kesederhanaan bukan sesuatu yang penghalang bagiku untuk bergaul dengan teman – teman sebaya. Suatu yang pada saat itu tidak ku sangka Ikhsan teman dekatku dan sebangku denganku di TK dan ia termasuk anak yang pintar, meninggal dunia. Waktu itu aku sedih dan takut.
Setelah lulus dari TK pada tahun 1994/1995 aku melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, 19 juli 1995 aku diterima di SD Islam Swasta. Dari sini aku sudah mulai di beri kepercayaan untuk menjadi ketua, walaupun hanya sekedar ketua kelas. Selain belajar di sekolah ini aku juga belajar di TPA dengan pendidikan agama yang cukup, di TPA aku di ajarkan ilmu – ilmu tentang islam, baik itu bacaan Al-Qur’an serta tajwidnya, bersenandung nasyid, dan lain – lain. Hubungan baik antara aku dengan pembimbing membuat kami selalu bersama pada saat itu. Begitu banyak kegiatan yang aku ikuti di sekolah maupun di TPA dari segi perlombaan maupun yang lainnya. Aktif dilingkungan membuatku terbiasa dengan kegiatan keorganisasian. Di sekolah dengan jumlah teman sekelas hanya 11 orang membuatku sangat dikenal oleh guru – guru. Nilai ujian nasionalku tidak begitu buruk, aku langsung mendaftar di SLTP Swasta yang letaknya tidak jauh dari rumahku. Rohis, Pramuka, PMR, paskibra dan OSIS ku ikuti kegiatan ini tanpa memikirkan pembagian waktu. Untungnya aku dapat mengikuti semua kegiatan ini tanpa beban yang berat. Kelas 2 aku terpilih menjadi ketua OSIS, rasa takut terus menyelimuti selama aku menjadi ketua OSIS, sejak aktif berorganisasi prestasiku mulai menurun di tambah dengan berbagai masalah kedewasaanku yang menjadi sifat alamiah setiap anak yang mulai baligh (dewasa).
Tiga tahun di SMP rasanya hanya beberapa hari saja, kini aku menjadi alumni sekolah ku tercinta, melanjutkan sekolah yang katanya menjadi salah satu sekolah ternama di Depok, SMA Negeri yang baru mengeluarkan satu angkatan dan aku adalah angkatan ke-4, bertemu teman baru, suasana baru, seragam baru dan sifat yang baru, dan organisasi baru yang aku ikuti. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak mengikuti kegiatan yang dapat membuatku terlalu sibuk namun bukan aku jika tidak ikut dalam organisasi, aku dipilih menjadi ketua Karang Taruna di lingkungan tempat tinggalku.
Sedikitnya kemampuan yang ku miliki dalam berorganisasi, tidak diketahui oleh masyarakat, mereka hanya tahu aku aktiv dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan lingkungan dan begitu dikenalnya aku dalam masyarakat. Sebenarnya tidak ada keinginan untuk menjadi ketua Karang Taruna, tapi apa yang bisa ku perbuat begitu banyak suara yang harus ku pertanggung jawabkan. Di sekolah ekskul futsal yang ku ikuti, dengan teman – teman sekelas (saat itu masih kelas sepuluh) aku dapat menjadi juara tiga liga futsal di sekolah ini, kebanggaan yang sangat ada dalam diri ku, karena di antara kelas sepuluh yang lain hanya kelas ku yang mampu sampai ke semi final. Teman – teman ku yang menjadi anggota tim futsal adalah Alief, Dodo, Aceng, Someh, Jumi, Soneo, Mamat, semuanya sebagai pemain dan Prasi sebagai manager, dan teman yang lain yang menjadi pendukung dengan nama “X-4 Mania”. Keakraban yang terjalin antara kami sangat erat, bercanda bersama, tertawa, bermain, belajar, pulang bareng dan kadang menginap di rumah salah seorang dari kami, semua ini utuh sampai kami memilih jurusan di kelas sebelas bahkan di kelas sebelas kami pun masih melakukan kegiatan tersebut diatas bersama – sama walaupun berbeda kelas antara kami.
Jika mangingat – ingat kehidupanku masa lalu rasanya ingin sekali mengulangnya kembali masa – masa itu, lingkungan yang masih asli dengan pohon – pohon buah di setiap halaman atau kebun, udaranya masih segar, kicauan burung – burung kecil dan besar, menikmati pemandangan sawah yang hijau dan pokoknya asli deh. Tapi sayang kini semua itu telah tiada, yang ada tinggal pohon rambutan dan pohon papaya, udara yang sudah bercampur dengan asap kendaraan, hanya kicauan burung gereja pada pagi dan siang hari diiringi suara bising kendaraan yang lalu lalang di sekitar jalan depan rumah, sawah menjadi rumah yang angkuh berdiri, sungai menjadi jalan raya, bahkan lapangan kini sangat jarang di temukan di sini, bagaimana nasib anak cucuku nanti, mungkin nanti mereka sudah tidak kenal lagi yang namanya bajak, sundung, arit, pacul,dan sebagainya.
Bersambung




nona212 dan anasabila memberi reputasi
2
930
Kutip
4
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan