Gadis itupun terbangun dari tidurnya, ia pun memandang tetesan embun di kaca bus yang ia tumpangi. Gadis itu seolah menemukan dirinya dalam titik-titik embun itu. Ia pun berpikir, hidup ini tak lebih dari sekedar menemukan telaga. Yang ia temukan dalam jauhnya perjalanan. Tak ada yang air telaga itu pantulkan melainkan bayangan alam sekitarnya dan diri gadis itu sendiri. Semakin dalam gadis itu memandang pada kedalaman air itu, semakin jelaslah ia memandang ke dalam dirinya sendiri. Hidup ini tak ubahnya bagaikan air telaga itu, ia hanya memantulkan apa yang terlihat.

Terkadang kita tidak tau apa yang dapat dilakukan oleh hidup pada seseorang. Kita tidak tau apa yang dilakukan oleh seseorang untuk sampai ke tahap ini. Kita tidak tau, sejauh apa seseorang melakukan seuatu, hanya untuk tetap bertahan dalam kehidupan. Terkadang kita tidak tau ada orang yang tetap terus berusaha untuk bertahan dalam kehidupan, meskipun ia berdoa kepada Tuhan agar mengambil kehidupannya saat itu juga. Kita tidak tau seberapa beratnya sesuatu, sampai hal itu terjadi pada diri kita sendiri.

Gadis itu pun menyadari, hidup ini tak ubahnya bayangan yang dipantulkan oleh sebuah cermin. Ia pergi ke begitu banyak tempat, layaknya seorang pengembara. Ia berjalan, terkadang jalan menunjukkannya pada tempat yang ingin ia datangi, namun tak jarang pula gadis itu tersesat. dalam menemukan arahnya, sampai ia berjalan cukup jauh, dan gadis itu pun seolah tau apa yang ia ingin cari dalam pengembaraan ini, dan memutuskan, jalan mana yang harus ia tempuh.

Dan bagaikan bunyi desau angin di kejauhan, yang mengingatkan bahwa gadis itu tak sendirian, ia pun menemukan detak yang sama. Detak yang terdengar dari detik waktu, jantung yang berdebar dalam debaran yang sama. Lalu gadis itu bertanya, apakah pengembaraan ini aku lakukan untuk menemukan cinta sejati, ataukah untuk menemukan kesejatian itu sendiri. Karena aku tak menemukan siapapun selain dirimu yang dapat memantulkan diriku dalam cahaya. Cahaya matamu,..Kita mungkin akan terpisah, dan bertemu lagi dalam berbagai perjumpaan. Dalam berbagai wujud yang berbeda.

Namun satu hal yang pasti, aku tak kan melupakanmu. meskipun kita akan berpisah dan bertemu lagi. Aku takkan mengatakan kata-kata klise, seperti apapun yang terjadi aku akan tetap mencintamu. karena aku bukanlah Sang Waktu. Tak ada yang dapat kita lakukan selain untuk saling menemukan. Bagaikan gembok dan anak kunci, yang memang terbuat dari tempat yang sama.

Aku akan berjumpa dengan mu