PEMBUKA
Assalamualaikum wr wb .
Selamat siang malam sore dan malam agan aganwati semua.
Apa kabar agn aganwati semua, saya harap baik baik saja tidak kurang suatu apapun
Oke kali ini saya ingin berbagi cerita, tepatnya curahatan hati saya

Karena saya tidak bisa berbasa basi jadi kita langsung aja yah gan
Nama saya icha, saya anak ke3 dari 4 bersaudara (2 kakak laki-laki, 1 adik perempuan).
Saya berasal dari keluarga broken home dan say menulis ini ingin berbagi jepada agan semua mungkin ada yang dapat diambil dari sedikit cerita hidup saya dibawah ini.
Quote:
Dari kecil keluarga saya adalah keluarga yang cukup bahagia meski hidup dalam keterbatasan. Sampai saya kelas 2 SMP hidup saya cukup tenang. Tapi ketenangan itu seketika hilang ketika saya beranjak naik kekelas 3 SMP, dimana saat saya sedang tumbuh mnjadi perempuan remaja yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari keluarga terutama orang tua, tapi saya tidak mendapatkan itu. Yang saya dapatkan hanya ketidak tenangan ketika saya berada dirumah. Orang tua saya selalu bertengkar setiap hari, entah apa yang mereka tengkarkan, mungkin masalah motif ekonomi. Setiap pulang sekolah yang seharusnya saya mendapat sambutan hangat dari orang tua tapi saya malah mendapati kedua orang tua saya bertengkar "lagi" .Pertengkaran itu terjadi kadang hingga malam hari yang tentunya sangat mengganggu saya dan sandara saudara saya. Pertengkaran itu selalu didengar para tetangga, saya sangat malu saya kecewa kepada orang tua saya yang tidak memikirkan perasaan anak anaknya.
Kasih sayang yang harusnya saya dapatkan pada masa remaja begitu saja hilang lenyap dan saya tidak pernah merasakan itu.
Ketika saya terbangun dari tidur dipagi hari saya selalu bersemangat untuk pergi kesekolah karena saya berpikir disekolah saya tidak akan melihat orang tua saya bertengkar walau hanya sesaat.
Ketika disekolah memasuki jam terakhir, semangat saya memudar karena itu berarti sebentar lagi saya akan pulang kerumah. Saat bel berbunyi menandakan proses belajar mengajar telah berakhir seluruh siswa bersorak sorai gembira karena mereka akan pulang kerumah dan dapat bersantai dengan keluarga. Tapi tidak dengan saya, saya benci pulang sekolah, karena saya akan balik kerumah dan kembali melihat pertengkaran orang tua saya.
Saya muak dengan kehidupan saat itu . Yang semakin membuat saya sedih ketika saya harus melihat adik saya menangis sembunyi sembunyi setiap hari, saya tau di tidak ingin orang lain mengetahui kalau dia menangis. Saya tidak dapat berbuat apa apa yang dapat saya lakukan ketika adik saya menangis hanyalah dengan mengajaknya kerumah nenek untuk menenangkan diri. Sungguh saat memilukan jika mengingat peristiwa itu (saya menulis inipun tidak dapat menahan air mata).
SKIP
Quote:
Hingga saya lulus sekolah SMP kejadian itu selalu terjadi, ketika saya memasuki kelas 1 SMA pertengkaran itu selalu terulang bahkan semakin parah.
Sudah beberapa kali kakak saya mencoba untk menenangkan namun tidak berhasil.
Kelas 1 SMA yang dilewati dengan penuh bahagia oleh remaja lainnya, tapi tidak dengan saya, satu tahun itu menjadi satu tahun yang sangat menyedihkan.
Ketika saya memasuki kelas 2 SMA , pertengkaran tidak juga mereda malah semakin parah, dan ini adalah puncaknya dari segala kesedihan. Diawali dengan perginya ibu saya dari rumah, dia pergi ketempat salah satu keluarga saya yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal kami. Hari hari saya lewati begitu kelam hanya tinggal bersama ayah rasanya ada yang kurang.
Begitu sakit ketika saya melihat teman-teman adik saya main kerumah dan mereka bercerita betapa bahagianya berlibur bersama keluarga, sangat sakit mendengarnya sementara adik saya tidak dapat bercerita seperti mereka.
Beberapa kali ayah saya mencoba untuk membujuk ibu saya pulang tapi tidak berhasil, sampai suatu ketika ayah saya meminta pendapat kepada kami untuk berpisan dengan ibu namun saya segera menolaknya saya tidak mengizinkan saya berpikir mungkin rumah tangga ini dapat diperbaiki. Akhirnya ayah saya memutuskan untuk tidak jadi berpisah.
Beberapa bulan setelah pergi, ibu saya kembali dia pulang kerumah saya sangat senang begitupun adik saya.
Hubungan keluarga berangsur membaik saya senang, saya selalu ingin cepat pulang kerumah setiap saya berada disekolah. Namun ternyata itu tdk berlangsung lama. Pertengkaran kembali terjadi entah apa lagi masalahnya, saya pun enggan untuk mencari tau masalah apa yg menyebabkan terjadi pertengkaran.
Klas 2 SMA saya lalui penuh air mata, pernah suatu saat saya berpikir untuk mencari tempat kost saja dan tinggal disitu. Mungkin kehidupan saya bisa lebih tenang . Saya menanyakan tempat kost yang murah kepada teman teman saya, saya sendiri bukan tipe orang yang suka bercerita masalah keuarga pada siapapun.
Saya akan tinggal dikost dan saya akan mencari pekerjaan ringan yg dapat saya lakukan sepulang sekolah untuk membiayai sekolah saya, itu yang ada dibenak saya saat itu. Tapi seketika niat itu saya urungkan jika saya mengingat adik saya. Tidak, saya tidak bisa meninggalkan adik saya. Akhirnya saya putuskan utk tetap tinggal dirumah.
Saat itu saya tumbuh menjadi org yang lemah, setiap pulang sekolah saya hanya mengurung diri dikamar sehingga saya sangat jarang berinteraksi dengan orang orang sekitar. Bahkan untuk sekedar duduk santai diteras rumah saja saya tidak mau, saya malu ketika saya berpapasan dengan orang orang karena saya memiliki keluarga yang tidak akur.
Namun lain halnya dengan disekolah, disekolah saya berusaha untuk seceria mungkin guna menutupi kkesedihan saya.
Hingga suatu saat saya berpikir untuk mengizinkan orang tua saya berpisah, mungkin dari situ hidup saya bisa lebih tenang meski sebenarnya sangat sulit bagi saya untuk menerima.
Saya berbicara pada ayah saya untuk mengizinkan jika mereka ingin berpisah.
Akhirnya di akhir tahun ajaran tepatnya ktika saya beranjak naik kelas 3 SMA Orang tua saya resmi berpisah. Saat itu ayah saya pergi merantau untuk mencari pekerjaan dan sekarang ayah saya sudah menikah lagi. Sebelum menikah ayah saya disana tinggal bersama satu orang kakak saya, karena kakak saya kerjanya ditempat ayah saya merantau.
Saya tinggal berempat dengan ibu, kakak, serta adik saya . Ada ketenangan setelah perpisahan itu, saya sudah tidak pernah mendengar pertengkaran lagi.
Beberapa bulan kemudian setelah itu, ibu saya berniat untuk bekerja dirumah salah satu keluarga yang lumayan mapan, tempatnya jauh dari tempat tinggal saya. Ibu saya pun pergi dan kami sekarang cuma bertiga dirumah.Mulai saat itu Semua pekerjaan rumah saya yang mengerjakan, awalnya terasa berat tapi saya mencoba untuk mengambil sisi positifnya. Begitu banyak pelajaran yg dapat saya ambil, salah satunya saya bisa mandiri, saya bisa mengerjakan seluruh pekerjaan rumah yang belum tentu sebagian orang bisa melakukannya, begitupun dengan adik saya, dia juga bisa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri . Sekarang adik saya sudah kelas 1 SMA.
Kelas 3 SMA saya mulai merasa ada ketenangan dalam hidup saya. Saya berpikir perpisahan tidak selamanya buruk tergantung bagaimana kita menyikapinya. Buktinya dengan perpisahan orang tua saya merasa lebih tenang. Kehidupan saya sekarang jauh lebih tenang dibanding waktu kelas 3 SMP-2 SMA .
Begitulah sedikit curahan hati saya, saya hanya ingin berbagi sedikit kisah hidup saya mungkin ada pelajaran yg dapat agan ambil disana.
Cobalah untuk berpikir positif, dan jangan memandang segala hal dari segi negatifnya . Karena sesuatu yg terjadi baik ataupun buruk pasti ada hikmahnya bagi kita.
Okehh agan jangan pada baper yaa

jika ada kritik, saran, nasihat, ataupun pesan silahkan komeng gan
Terimakasih agan aganwati yg udah mampir dan mau meluangkan waktu untuk membaca sedikit curahan hati saya. Semoga kita saya selalu dalam lindungan-Nya . Amin
Assalamualaikum