- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kumpulan ceritaku ketika itu....


TS
thaburnquist
Kumpulan ceritaku ketika itu....
Halo agan aganwati
Aslkm wr.wb
Ane pingin berbagi cerita yang "pernah" terjadi di kehidupan ane gan....
Semoga bisa mengibur...
No sara no junk....
Anda sopan kami segan
Kritik dan saran monggo gan....
Semoga bermanfaat...tidak ada maksud menggurui....
Langsung aja cek ceritanya......
Cerita 1: hidup dan mati hanya sebatas tarikan nafas
Disiang yg panas penuh sesak hilir mudik mahasiswa yg berseliweran mengurus krs (kartu rencana studi) aku berpapasan dengan teman yg kebetulan sama program studinya. "maaf, boleh saya liat cara mengisinya form nya?", silahkan silahkan, jawab mereka. Namaku tri ayu dan temenku chaula,". Namaku prabudi. Timpalku.
Mereka berdua seperti film kartun yg dari sp*nge sp*nge itu. Haha, yang satu kurus yang satu gendut. Persis seperti angka sepuluh.
Tak lama kemudian kami berjumpa lagi dengan teman satu program studi namanya handoko, seperti nama jawa kebayakan tetapi anehnya nama depannya teuku.
Panjang ceritanya teman..begitu katanya..
(kelak menjadi teman sejati sampai saat ini)
Penamaan jawa di daerah istimewa aceh bisa jadi masalah besar, bukan maksud berbicara SARA. konflik yang berkepanjangan dan penyelesaian dengan kekerasan sampai kapanpun akan menimbulkan luka yg membekas sampai ke generasi berikutnya.
Nah nama anak ini memakai teuku didepannya dan handoko dibelakangnya, dan dia asli 100% aceh, sungguh keragamaan yg luar biasa. Hanya orag yg berjiwa besar dan berwawasan luas yg dapat memberikan nama itu. Pikirku saat itu.
Ternyata pemberian dari neneknya... Nama itu setelah tanya yg mengusiku beberapa hari ini..
kalian tau teman, kenapa aku memikirkan hal tersebut?
Karena pada tahun 1998, kami terpaksa pergi dari bumi nanggroe aceh darusalam karena oknum yg memberikan surat ancaman dibawah pintu rumah kami tepat setelah solat subuh.
Ibuku tak bisa menahan pucat dimukanya, uang yg diminta pun cukup banyak pada saat itu dan hari kebetulan hari sabtu, tidak ada bank yg buka. Aku dan adikku tetap bersekolah seperti biasa. Dengan hati was was ibuku melepas kami pergi sekolah.
Dan pada pukul 11.00 wib, terjadi lah kontak senjata antara tentara dan gerakan separatis, alhasil aku tiarap dibwah meja belajar. Suasana pun kacau, dentuman granat begitu dekat dengan kami. Karena sekolah kami kebetulan disebelah kodim.
Aku masih ingat betul, disaat yang bersamaan ibu mengalami kecelakaan bersama adikku yg dijemput ibuku pulang taman kanak-kanak. Motornya hancur. Tapi ibu dan adikku selamat tanpa luka. Suatu mukjijat sekali. Akibat ada angkutan kota yg berhenti menghalangi pandangan ibuku menyebrang jalan. Akhirnya dari arah yang berlawanan ada motor yg melaju kencang menghantam bagian kanan motor ibuku. Ibuku terpental beberapa meter bersama adikku. Yang menabrak luka parah. Ibu dan adiku baik baik saja hanya luka gores sedikit.
Setelah menyelesaikan urusan dikantor polisi ibuku pulang bersama adikku ke rumah. Dan aku menunggu diteras rumahku. Karena terjadi kontak senjata didekat sekolah, kami dipulangkan kerumah masing-masing.
Kami pun bergegas mengemas barang barang kami untuk "lari malam" akibat surat yg tadi pagi. Dalam surat tersebut berisi permintaan dana sebesar 50 juta untuk mendukung peejuangan separatis. Apabila dalam waktu 1x24 jam uang tersebut tidak kami terima, maka kami tidak bertanggung jawab atas keselamatan keluarga bapak/ibu.
Jadilah kami (aku, ibu, dan adikku) lari malam menuju medan tempat orang tua ayahku.
Dan kalian tau teman dimana ayahku?
Ayahku diculik gerakan separatis di tempat kerjanya sudah hampir seminggu tak pulang pulang.
Hancur sekali hati ibuku, dan aku tak dapat membendung tangisku di pelukan ibuku. Adikku tk dan aku baru smp apa jadinya kami jika ayahku tak kembali. Tak habis habisnya aku berdoa di sepanjang jalanku menuju medan, sebuah kota yg jauh dari SARA, aman tentram, berprinsip jalanmu bukan urusanku, tetapi jangan ganggu jalanku. Begitulah kira kira kasarnya mungkin kalian bisa memaknainya.
Genap seminggu sudah ayahku menghilang, akhirnya ada berita bahagia ayahku ditemukan di pinggiran jalan raya tepi hutan di aceh selatan, dan dibawa ke rumah sakit putri hijau di medan.
Tapi dia tak mengenal kami, -_-
Ingatannya hilang, seperti linglung, dan aku tau dia baru melewati fase antara hidup dan mati.
Aku sedih sekali pada saat itu.
Begitu beratnya beban seorang ayah mencari nafkah hingga menggunakan tubuhnya meski maut taruhannya.
1 bulan kemudian ayahku mulai pulih, dan kami menyimak ceritanya bagaimana ia selamat dari maut itu.
Ia diculik dari kantornya pukul 15.00, kebetulan ayahku dibagian keuangan, beberapa orang bersenjata mendatangi ayahku untuk meminta uang untuk mendukung gerakan separatis. Ayahku berkata, uang kas kami sudah habis tidak ada lagi, mendengar jawaban tak enak dari ayahku mereka marah dan membawa ayahku ke hutan untuk dijadikan tawanan meminta tebusan. Mereka membuktikan bahwa mereka tak segan segan membunuh, terjadi pada supir bos ayahku. Tepat dikepalanya tembus peluru dan hampir mengenai bos ayahku. Untung ada besi pegangan payung disebelahnya, kalau tidak pasti mati bos ayahku itu.
Beberapa hari ayahku dibawa kehutan dan pada hari yang disepakati ternyata perusahaan ayahku tak sanggup membayar tebusan yang diminta hampir 1 miliar.
Keuangan perusahaan sedang goyang akibat pada saat itu sedang krisis moneter.
Jadilah ayahku menunggu saat saat eksekusi, ada 3 korban sebelum ayahku di eksekusi di lubang yang sama dengan mata tertutup.
Satu per satu sandra tak bernyawa berteriak memanggil nama tuhannya. Apa daya desing peluru lebih keras dari pada suara kalimatnya memanggil tuhannya dan tibalah giliran ayahku untuk merasakan peluru tersebut. Dari tangan yang telah berlumurkan darah tiga orang tersebut.
Sebelum eksekusi, sang algojo berkata "ini pak peluru baru sama peluru lama sama saja rasanya" , ayahku hanya pasrah kepada tuhan pada saat itu dan bersiap untuk menghadap sang ilahi. Tepat pada saat katup senjata ditarik, munculah seorang tua yg disebut geucik disana.. Seperti kepala lingkungan yg dituakan kebetulan ia juga salah satu sepuh yang sangat dihormati komandan gerakan separatis. " hey stop itu, itu sandera terakhir sering main kerumah saya dan membawa beras gula minyak makan, dan menganggapku sebagai orang tua angkat, bebaskan dia". Ucap orang tua itu,
Akhirnya ayahku dibebaskan, dan dibuang ke pinggiran jalan raya di tepi hutan.
Itulah sekelumit kisah, mengapa nama temanku itu memendam cerita masa laluku atas negeri itu.
Hidup dan mati hanya sebatas tarikan nafas.
Aslkm wr.wb
Ane pingin berbagi cerita yang "pernah" terjadi di kehidupan ane gan....
Semoga bisa mengibur...
No sara no junk....
Anda sopan kami segan
Kritik dan saran monggo gan....
Semoga bermanfaat...tidak ada maksud menggurui....
Langsung aja cek ceritanya......
Cerita 1: hidup dan mati hanya sebatas tarikan nafas
Disiang yg panas penuh sesak hilir mudik mahasiswa yg berseliweran mengurus krs (kartu rencana studi) aku berpapasan dengan teman yg kebetulan sama program studinya. "maaf, boleh saya liat cara mengisinya form nya?", silahkan silahkan, jawab mereka. Namaku tri ayu dan temenku chaula,". Namaku prabudi. Timpalku.
Mereka berdua seperti film kartun yg dari sp*nge sp*nge itu. Haha, yang satu kurus yang satu gendut. Persis seperti angka sepuluh.
Tak lama kemudian kami berjumpa lagi dengan teman satu program studi namanya handoko, seperti nama jawa kebayakan tetapi anehnya nama depannya teuku.
Panjang ceritanya teman..begitu katanya..
(kelak menjadi teman sejati sampai saat ini)
Penamaan jawa di daerah istimewa aceh bisa jadi masalah besar, bukan maksud berbicara SARA. konflik yang berkepanjangan dan penyelesaian dengan kekerasan sampai kapanpun akan menimbulkan luka yg membekas sampai ke generasi berikutnya.
Nah nama anak ini memakai teuku didepannya dan handoko dibelakangnya, dan dia asli 100% aceh, sungguh keragamaan yg luar biasa. Hanya orag yg berjiwa besar dan berwawasan luas yg dapat memberikan nama itu. Pikirku saat itu.
Ternyata pemberian dari neneknya... Nama itu setelah tanya yg mengusiku beberapa hari ini..
kalian tau teman, kenapa aku memikirkan hal tersebut?
Karena pada tahun 1998, kami terpaksa pergi dari bumi nanggroe aceh darusalam karena oknum yg memberikan surat ancaman dibawah pintu rumah kami tepat setelah solat subuh.
Ibuku tak bisa menahan pucat dimukanya, uang yg diminta pun cukup banyak pada saat itu dan hari kebetulan hari sabtu, tidak ada bank yg buka. Aku dan adikku tetap bersekolah seperti biasa. Dengan hati was was ibuku melepas kami pergi sekolah.
Dan pada pukul 11.00 wib, terjadi lah kontak senjata antara tentara dan gerakan separatis, alhasil aku tiarap dibwah meja belajar. Suasana pun kacau, dentuman granat begitu dekat dengan kami. Karena sekolah kami kebetulan disebelah kodim.
Aku masih ingat betul, disaat yang bersamaan ibu mengalami kecelakaan bersama adikku yg dijemput ibuku pulang taman kanak-kanak. Motornya hancur. Tapi ibu dan adikku selamat tanpa luka. Suatu mukjijat sekali. Akibat ada angkutan kota yg berhenti menghalangi pandangan ibuku menyebrang jalan. Akhirnya dari arah yang berlawanan ada motor yg melaju kencang menghantam bagian kanan motor ibuku. Ibuku terpental beberapa meter bersama adikku. Yang menabrak luka parah. Ibu dan adiku baik baik saja hanya luka gores sedikit.
Setelah menyelesaikan urusan dikantor polisi ibuku pulang bersama adikku ke rumah. Dan aku menunggu diteras rumahku. Karena terjadi kontak senjata didekat sekolah, kami dipulangkan kerumah masing-masing.
Kami pun bergegas mengemas barang barang kami untuk "lari malam" akibat surat yg tadi pagi. Dalam surat tersebut berisi permintaan dana sebesar 50 juta untuk mendukung peejuangan separatis. Apabila dalam waktu 1x24 jam uang tersebut tidak kami terima, maka kami tidak bertanggung jawab atas keselamatan keluarga bapak/ibu.
Jadilah kami (aku, ibu, dan adikku) lari malam menuju medan tempat orang tua ayahku.
Dan kalian tau teman dimana ayahku?
Ayahku diculik gerakan separatis di tempat kerjanya sudah hampir seminggu tak pulang pulang.
Hancur sekali hati ibuku, dan aku tak dapat membendung tangisku di pelukan ibuku. Adikku tk dan aku baru smp apa jadinya kami jika ayahku tak kembali. Tak habis habisnya aku berdoa di sepanjang jalanku menuju medan, sebuah kota yg jauh dari SARA, aman tentram, berprinsip jalanmu bukan urusanku, tetapi jangan ganggu jalanku. Begitulah kira kira kasarnya mungkin kalian bisa memaknainya.
Genap seminggu sudah ayahku menghilang, akhirnya ada berita bahagia ayahku ditemukan di pinggiran jalan raya tepi hutan di aceh selatan, dan dibawa ke rumah sakit putri hijau di medan.
Tapi dia tak mengenal kami, -_-
Ingatannya hilang, seperti linglung, dan aku tau dia baru melewati fase antara hidup dan mati.
Aku sedih sekali pada saat itu.
Begitu beratnya beban seorang ayah mencari nafkah hingga menggunakan tubuhnya meski maut taruhannya.
1 bulan kemudian ayahku mulai pulih, dan kami menyimak ceritanya bagaimana ia selamat dari maut itu.
Ia diculik dari kantornya pukul 15.00, kebetulan ayahku dibagian keuangan, beberapa orang bersenjata mendatangi ayahku untuk meminta uang untuk mendukung gerakan separatis. Ayahku berkata, uang kas kami sudah habis tidak ada lagi, mendengar jawaban tak enak dari ayahku mereka marah dan membawa ayahku ke hutan untuk dijadikan tawanan meminta tebusan. Mereka membuktikan bahwa mereka tak segan segan membunuh, terjadi pada supir bos ayahku. Tepat dikepalanya tembus peluru dan hampir mengenai bos ayahku. Untung ada besi pegangan payung disebelahnya, kalau tidak pasti mati bos ayahku itu.
Beberapa hari ayahku dibawa kehutan dan pada hari yang disepakati ternyata perusahaan ayahku tak sanggup membayar tebusan yang diminta hampir 1 miliar.
Keuangan perusahaan sedang goyang akibat pada saat itu sedang krisis moneter.
Jadilah ayahku menunggu saat saat eksekusi, ada 3 korban sebelum ayahku di eksekusi di lubang yang sama dengan mata tertutup.
Satu per satu sandra tak bernyawa berteriak memanggil nama tuhannya. Apa daya desing peluru lebih keras dari pada suara kalimatnya memanggil tuhannya dan tibalah giliran ayahku untuk merasakan peluru tersebut. Dari tangan yang telah berlumurkan darah tiga orang tersebut.
Sebelum eksekusi, sang algojo berkata "ini pak peluru baru sama peluru lama sama saja rasanya" , ayahku hanya pasrah kepada tuhan pada saat itu dan bersiap untuk menghadap sang ilahi. Tepat pada saat katup senjata ditarik, munculah seorang tua yg disebut geucik disana.. Seperti kepala lingkungan yg dituakan kebetulan ia juga salah satu sepuh yang sangat dihormati komandan gerakan separatis. " hey stop itu, itu sandera terakhir sering main kerumah saya dan membawa beras gula minyak makan, dan menganggapku sebagai orang tua angkat, bebaskan dia". Ucap orang tua itu,
Akhirnya ayahku dibebaskan, dan dibuang ke pinggiran jalan raya di tepi hutan.
Itulah sekelumit kisah, mengapa nama temanku itu memendam cerita masa laluku atas negeri itu.
Hidup dan mati hanya sebatas tarikan nafas.


anasabila memberi reputasi
1
1K
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan