- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ternyata, Rini Soemarno itu Menteri BUMN wanita pertama di Indonesia


TS
bungy
Ternyata, Rini Soemarno itu Menteri BUMN wanita pertama di Indonesia
Rini Soemarno Menteri BUMN perempuan pertama

Menteri BUMN perempuan pertama ini namanya sederhana, Rini Mariani. Di belakangnya ditambahkan nama ayahnya, “Soemarno”. Lebih akrab disapa Rini Soemarno. Dari namanya jelas berdarah Jawa – meskipun lahirnya di Maryland, Amerika Serikat, 9 Juni 1958.
Bukan hanya namanya yang sederhana, dalam keseharian, Srikandi Kementerian BUMN ini dikenal pribadi yang bersahaja oleh kerabat dekatnya. Keberuntungan dan kesuksesan Rini hingga kini menapaki karir sebagai Menteri BUMN, menurut kerabat dan orang di sekitarnya, tidak terlepas dari kesederhanaan yang juga selalu melekat pada dirinya. Melihat Rini Soemarno, kita seperti berkaca pada kesederhanaan. Sebab, di balik deretan jabatan yang pernah ia pegang, Rini senantiasa tampil bersahaja.

Kesederhanaan itu tak lepas dari didikan orang tuanya, khususnya sang ayah, Soemarno. Rini selalu mengenang, dari cerita ayahnya, bagaimana sang ayah harus berjalan 14 kilometer setiap harinya untuk pulang pergi ke sekolah. “That’s every day he did,” kata penggemar segala jajanan pasar dan masakan Padang ini.
Padahal ayah Soemarno, kakek Rini, memiliki kedudukan cukup terpandang di masanya. Ia seorang lurah di sebuah desa kecil di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Figur ayahnya memiliki dasar-dasar kuat dalam hidupnya: sederhana dan tidak pernah melupakan akarnya, sehingga begitu berarti dalam perjalanan hidup Rini.
Karena itu, selain soal kesederhanaan, dari sang ayah, perempuan yang lahir di Maryland, Amerika Serikat, 9 Juni 1958, ini selalu mendapat ‘suntikan’ untuk selalu mengingat dirinya sebagai orang Indonesia. Padahal, hampir seluruh masa sekolahnya dihabiskan di luar negeri. Ada beberapa hal yang dilakukan dan dipesankan sang ayah untuk mengingatkan dirinya pada Indonesia.
Rini berada di negeri ‘Paman Sam’ hingga usia tiga tahun, karena sang ayah bertugas di sana. Setelah sempat menjalani sebagian masa pendidikan dasarnya di Jakarta, menginjak usia ke sepuluh, Rini mengikuti sang ayah yang bertugas ke Belanda. Di negeri Kincir Angin ini, untuk mengingatkan bahwa dirinya anak Indonesia, Soemarno membawa Rini ke tempat les. Bukan untuk belajar matematika atau Fisika, tapi tari Jawa.
Setelah dewasa, Rini Soemarno banyak menghabiskan waktunya di AS dan Belanda. Ia menimba ilmu ekonomi di Wellesley College, Massachusetts. Tahun 1982, setelah sempat mendapat kesempatan bekerja magang di Departemen Keuangan AS, Rini memutuskan kembali ke Indonesia. Tidak ada dalam pikirannya untuk bekerja di luar negeri, meski kesempatan untuk itu terbuka. Ini tak lepas dari aturan orang tuanya, khususnya sang ayah, agar segera kembali ke tanah air setelah lulus sekolah.
Begitupun dengan urusan jodoh. Sang ayah cukup tegas dalam hal ini. “Don’t ever marry a non Indonesian,” begitu pesan Soemarno setiap saat ketika Rini melanjutkan pendidikan menengah dan universitasnya di Amerika Serikat.
Setelah kembali ke Indonesia, Rini bekerja di Citibank Jakarta. Dalam setiap kerjanya, ibu tiga orang anak ini selalu ingin memberikan yang terbaik. Kerja kerasnya di Citibank tidak sia-sia. Karirnya terus melesat hingga menggapai kursi Vice President yang menangani Divisi Coorporate Banking, Marketing and Trainning.
Sukses di Citibank tak membuat Rini lantas berpangku tangan. Ia selalu menginginkan tantangan dalam bekerja sebagai rasa syukur memperoleh kesempatan dan berkah. Karena itu, pada 1989 ia kemudian memilih pindah ke PT Astra International untuk dapat terus mengembangkan dirinya. Dengan filosofi ingin berkarya sebaik mungkin, Rini terus mendaki tangga sukses. Tahun 1990 karirnya di Astra Internasional berbintang terang. Tahun itu ia dipercaya William Soeryadjaya, komisaris perusahaan itu, menduduki kursi Direktur Keuangan Astra Internasional. Wanita berperawakan sedang ini lantas menjalani hari-harinya sebagai Direktur keuangan Astra sampai 1998 dan kemudian menapaki karir top management sebaga Presiden Direktur PT Astra International Tbk hingga tahun 2000.
Di Astra ini lah profesionalisme dan kepemimpinan Rini terukur. Manufaktur otomotif terbesar nasional ini memiliki (sekitar) 220.000 pekerja dari 158 perusahaan. Juga berstatus listed company dengan kode di bursa ASII.
Produk PT Astra diantaranya sepeda motor (Honda) dan mobil (Toyota, Daihatsu, Izuzu, Peogeot, BMW, Truck) serta komponen otomotif (otoparts). Juga aneka business lainnya, seperti: jasa keuangan (multifinance, insurance, banking), alat berat dan pertambangan, mesin konstruksi, agribisnis, infrastruktur (ruas tol), jaringan logistik, properti, dan teknologi informasi.

Keberuntungan memang masih melekat pada diri Rini Soewandi. Presiden Megawati Sukarnoputri, mempercayainya untuk duduk di kursi Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Kabinet Gotong Royong, dilantik 9 Agustus 2001. Rini Soemarno memang dikenal sangat dekat dengan Megawati, namun penunjukkan Rini sebenarnya lebih dikarenakan kapasitas, keahlian, dan profesionalitasnya.
Pada awal menjabat Memperindag, Rini mengatakan hal yang paling utama dan paling krusial di bidang perindustrian dan perdagangan adalah menurunnya angka ekspor. Padahal, katanya, ekspor itu merupakan andalan untuk memperoleh devisa dan terkait dengan kegiatan dunia usaha yang berkaitan dengan gairah ekonomi dan lapangan kerja.
Menurutnya, penurunan ekspor ini bisa dilihat dari dua sisi yakni persoalan di dalam negeri dan juga perekonomian dunia. “Kita tahu bahwa perekonomian dunia mengalami kelesuan dan itu terjadi di negara-negara tujuan ekspor kita. Tetapi kita juga harus berani melihat apa yang terjadi pada kita sendiri,” ujar Rini.
Lalu ia pun berjanji akan mencoba memperbaiki tatanan industri dan perdagangan. Kalau penurunan ekspor itu terjadi karena persoalan bea masuk atau aturan yang tidak mendukung, tentunya harus diperbaiki agar tidak terjadi hambatan dalam kegiatan ekspor.
“Satu hal lagi yang akan saya coba terapkan di Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta di dunia industri dan perdagangan adalah good corporate governance. Saya akan berusaha membuat peraturan dan aturan main yang setransparan mungkin agar semua bisa melihat dan tidak ada seorang pun yang harus merasa dirugikan,” demikian komitmen Rini kala itu.
dan banyak lg prestasi yg di raih yg banyak org blm tau gan.. cek aja link sumber



Menteri BUMN perempuan pertama ini namanya sederhana, Rini Mariani. Di belakangnya ditambahkan nama ayahnya, “Soemarno”. Lebih akrab disapa Rini Soemarno. Dari namanya jelas berdarah Jawa – meskipun lahirnya di Maryland, Amerika Serikat, 9 Juni 1958.
Bukan hanya namanya yang sederhana, dalam keseharian, Srikandi Kementerian BUMN ini dikenal pribadi yang bersahaja oleh kerabat dekatnya. Keberuntungan dan kesuksesan Rini hingga kini menapaki karir sebagai Menteri BUMN, menurut kerabat dan orang di sekitarnya, tidak terlepas dari kesederhanaan yang juga selalu melekat pada dirinya. Melihat Rini Soemarno, kita seperti berkaca pada kesederhanaan. Sebab, di balik deretan jabatan yang pernah ia pegang, Rini senantiasa tampil bersahaja.

Kesederhanaan itu tak lepas dari didikan orang tuanya, khususnya sang ayah, Soemarno. Rini selalu mengenang, dari cerita ayahnya, bagaimana sang ayah harus berjalan 14 kilometer setiap harinya untuk pulang pergi ke sekolah. “That’s every day he did,” kata penggemar segala jajanan pasar dan masakan Padang ini.
Padahal ayah Soemarno, kakek Rini, memiliki kedudukan cukup terpandang di masanya. Ia seorang lurah di sebuah desa kecil di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Figur ayahnya memiliki dasar-dasar kuat dalam hidupnya: sederhana dan tidak pernah melupakan akarnya, sehingga begitu berarti dalam perjalanan hidup Rini.
Karena itu, selain soal kesederhanaan, dari sang ayah, perempuan yang lahir di Maryland, Amerika Serikat, 9 Juni 1958, ini selalu mendapat ‘suntikan’ untuk selalu mengingat dirinya sebagai orang Indonesia. Padahal, hampir seluruh masa sekolahnya dihabiskan di luar negeri. Ada beberapa hal yang dilakukan dan dipesankan sang ayah untuk mengingatkan dirinya pada Indonesia.
Rini berada di negeri ‘Paman Sam’ hingga usia tiga tahun, karena sang ayah bertugas di sana. Setelah sempat menjalani sebagian masa pendidikan dasarnya di Jakarta, menginjak usia ke sepuluh, Rini mengikuti sang ayah yang bertugas ke Belanda. Di negeri Kincir Angin ini, untuk mengingatkan bahwa dirinya anak Indonesia, Soemarno membawa Rini ke tempat les. Bukan untuk belajar matematika atau Fisika, tapi tari Jawa.
Setelah dewasa, Rini Soemarno banyak menghabiskan waktunya di AS dan Belanda. Ia menimba ilmu ekonomi di Wellesley College, Massachusetts. Tahun 1982, setelah sempat mendapat kesempatan bekerja magang di Departemen Keuangan AS, Rini memutuskan kembali ke Indonesia. Tidak ada dalam pikirannya untuk bekerja di luar negeri, meski kesempatan untuk itu terbuka. Ini tak lepas dari aturan orang tuanya, khususnya sang ayah, agar segera kembali ke tanah air setelah lulus sekolah.
Begitupun dengan urusan jodoh. Sang ayah cukup tegas dalam hal ini. “Don’t ever marry a non Indonesian,” begitu pesan Soemarno setiap saat ketika Rini melanjutkan pendidikan menengah dan universitasnya di Amerika Serikat.
Setelah kembali ke Indonesia, Rini bekerja di Citibank Jakarta. Dalam setiap kerjanya, ibu tiga orang anak ini selalu ingin memberikan yang terbaik. Kerja kerasnya di Citibank tidak sia-sia. Karirnya terus melesat hingga menggapai kursi Vice President yang menangani Divisi Coorporate Banking, Marketing and Trainning.
Sukses di Citibank tak membuat Rini lantas berpangku tangan. Ia selalu menginginkan tantangan dalam bekerja sebagai rasa syukur memperoleh kesempatan dan berkah. Karena itu, pada 1989 ia kemudian memilih pindah ke PT Astra International untuk dapat terus mengembangkan dirinya. Dengan filosofi ingin berkarya sebaik mungkin, Rini terus mendaki tangga sukses. Tahun 1990 karirnya di Astra Internasional berbintang terang. Tahun itu ia dipercaya William Soeryadjaya, komisaris perusahaan itu, menduduki kursi Direktur Keuangan Astra Internasional. Wanita berperawakan sedang ini lantas menjalani hari-harinya sebagai Direktur keuangan Astra sampai 1998 dan kemudian menapaki karir top management sebaga Presiden Direktur PT Astra International Tbk hingga tahun 2000.
Di Astra ini lah profesionalisme dan kepemimpinan Rini terukur. Manufaktur otomotif terbesar nasional ini memiliki (sekitar) 220.000 pekerja dari 158 perusahaan. Juga berstatus listed company dengan kode di bursa ASII.
Produk PT Astra diantaranya sepeda motor (Honda) dan mobil (Toyota, Daihatsu, Izuzu, Peogeot, BMW, Truck) serta komponen otomotif (otoparts). Juga aneka business lainnya, seperti: jasa keuangan (multifinance, insurance, banking), alat berat dan pertambangan, mesin konstruksi, agribisnis, infrastruktur (ruas tol), jaringan logistik, properti, dan teknologi informasi.

Keberuntungan memang masih melekat pada diri Rini Soewandi. Presiden Megawati Sukarnoputri, mempercayainya untuk duduk di kursi Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Kabinet Gotong Royong, dilantik 9 Agustus 2001. Rini Soemarno memang dikenal sangat dekat dengan Megawati, namun penunjukkan Rini sebenarnya lebih dikarenakan kapasitas, keahlian, dan profesionalitasnya.
Pada awal menjabat Memperindag, Rini mengatakan hal yang paling utama dan paling krusial di bidang perindustrian dan perdagangan adalah menurunnya angka ekspor. Padahal, katanya, ekspor itu merupakan andalan untuk memperoleh devisa dan terkait dengan kegiatan dunia usaha yang berkaitan dengan gairah ekonomi dan lapangan kerja.
Menurutnya, penurunan ekspor ini bisa dilihat dari dua sisi yakni persoalan di dalam negeri dan juga perekonomian dunia. “Kita tahu bahwa perekonomian dunia mengalami kelesuan dan itu terjadi di negara-negara tujuan ekspor kita. Tetapi kita juga harus berani melihat apa yang terjadi pada kita sendiri,” ujar Rini.
Lalu ia pun berjanji akan mencoba memperbaiki tatanan industri dan perdagangan. Kalau penurunan ekspor itu terjadi karena persoalan bea masuk atau aturan yang tidak mendukung, tentunya harus diperbaiki agar tidak terjadi hambatan dalam kegiatan ekspor.
“Satu hal lagi yang akan saya coba terapkan di Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta di dunia industri dan perdagangan adalah good corporate governance. Saya akan berusaha membuat peraturan dan aturan main yang setransparan mungkin agar semua bisa melihat dan tidak ada seorang pun yang harus merasa dirugikan,” demikian komitmen Rini kala itu.
dan banyak lg prestasi yg di raih yg banyak org blm tau gan.. cek aja link sumber
Spoiler for versi lengkapnya disini gan:



0
2.5K
19


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan