- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Selamatkan Hutan, Hutan Selamatkan KITA!! #RipRaju


TS
rinnor
Selamatkan Hutan, Hutan Selamatkan KITA!! #RipRaju



#RIPRaju Lil Ele
Mungkin sekian kali terjadi gajah meninggal dalam 1 bulan ada 3 kali. 1 mature dead by damn poacher, 2 baby ele got sick without mom & pop's. Semoga Raju jd korban terakhir dr keserakahan kita manusia

Mari kita sedikit merenung & melihat ke bawah masih bnyk disana mereka yg butuh bantuan kita antara manusia sendiri hewan & alam kita sendiri. Kita terlalu bernafsu, serakah & tidak pernah puas, sehingga mengorbankan segalanya untuk kepentingan kita sendiri.
Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban
Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?
Quote:
Refleksi Bocah Raju dan Horror di Sekitar Kita
Gajah basisnya sama seperti kita orang Indonesia: hidup dalam rangkaian keluarga, tidak lepas dari jaring kekerabatan. Barangkali itu juga yang bikin gajah “ditakdirkan” berada di sini, juga di Afrika. Sifat-sifat gajah nyambung dengan komunitas masyarakat yang harmonis dan guyub. Orang Pygmy di Afrika Tengah menghormati hutan dan gajah sebagaimana mereka patuh pada roh leluhur. Di nusantara satwa-satwa di sekitar kita kadang masih terlindung oleh warisan mahal nenek-moyang yang disebut local wisdom, kearifan lokal. Bahwa mahluk lain punya peran dalam menjaga hidup manusia.
Raju masih bayi, tali pusarnya masih menggantung, saat ditemukan di sekitar kebun warga. Kulitnya merah, sorot mata dan wajahnya inosen. Ini kedua kalinya warga mendapatkan gajah kecil sebatang kara setelah penemuan Raja di satu desa di Aceh Utara dua bulan sebelumnya, April 2013. Kesendirian si bocah gajah mengindikasikan tewasnya keluarganya, orangtuanya. Gajah mati bersama mengarah pada proses yang tidak natural, korban pembunuhan sistematis.
Januari 2013 di media muncul foto miris dan mengharukan. Terjadi di tanah tetangga, Malaysia. Seeokor anak gajah berusia tiga bulan berusaha membangunkan induknya yang mati diracun. Di area hutan yang sama sembilan gajah lain terjungkal oleh cara pembasmian serupa.
Gajah seperti kita, mengemban duka mendalam atas kematian keluarganya. Dalam dokumenter Ivory Wars (Discovery Channel) diperlihatkan bagaimana para gajah mengelilingi dan membelai tulang-belulang anggota keluarga yang gugur. Bisa dirasakan betapa pedihnya Raju, Raja, dan bocah gajah Malaysia itu. Biasanya gajah dewasa yang lolos dari pembunuhan akan mengadopsi gajah mungil yatim-piatu, tapi Raju tidak seberuntung itu. Tidak ada gajah dewasa di sekitarnya.
Daphne Sheldrick yang dikenal sebagai ibu asuh anak-anak gajah tak berorangtua di Nairobi, Kenya, mengungkapkan, kematian tak wajar gajah-gajah dewasa menyebabkan si kecil traumatik dan menderita secara psikologis. Si Bocah tidak akan beranjak jauh dari keluarganya sehingga akan melihat sendiri bagaimana ayah-ibunya ditumbangkan dengan keji. Terlebih jika pembunuhan itu dilatari niatan menguasai gadingnya. Di hadapan matanya mereka mencongkel, mencabut paksa gading dari wajah gajah-gajah yang dikasihinya, yang sudah diam membeku bersimbah darah.
Dicko, salah satu gajah temuan Daphne, tak mau lepas dari bangkai ibunya. Butuh waktu lama untuk membujuk dan menyemangati Dicko agar ikhlas dan bertahan hidup. Dengan derita batin dan kandungan nutrisi alami yang terputus, anak gajah tiap saat rentan disergap kematian. Raja di Aceh dalam usia dua tahun pun belum sanggup melewati fase krisis kematian dini. Raja akhirnya mati.
Kematian anak-anak gajah semakin menciutkan populasi. Gajah jantan dewasa jadi target utama perburuan karena gadingnya lebih besar dari milik betina. Berkurangnya para jantan mempengaruhi proses perkimpoian dan perkembangbiakan. Celakanya, dasar kebacut tamak, gading betina maupun yang baru tumbuh di gajah muda tidak luput dari incaran. Pasar tetap punya harga untuk aneka ragam hasil.
Di berbagai kitab dan bacaan-bacaan lawas ada pesan-pesan baku soal godaan, iming-iming, dan rasa tak pernah cukup. Tokoh-tokoh stereotip beredar dari jaman ke jaman, dan eksis hingga kini, karena kita masih saja susah kebal dari rayuan dan hasutan. Begitu juga orang Pygmy. Sebagian dari mereka mulai butuh pegang duit dan menumpuknya. Mulai berani nyempal dari habit. Mulai melibatkan diri dalam jejaring bisnis gading. Dalam pola hidup kalkulatif gajah dan binatang lainnya cuma bernilai dari sisi yang paling eksak: barang.
Selama tahun 1980-an saja lebih dari seribu gajah Afrika terbunuh setiap minggunya. Sudah satu juta yang mati dalam 15 tahun. Untuk digondol gadingnya. Bangkai-bangkainya tersebar menyerupai batu. Menurut Iain Douglas-Hamilton, perintis lembaga Save the Elephants, populasi gajah di Taman Nasional Tsavo, Kenya, dulu begitu besar, tapi kini ia harus terbang lama untuk menemukan kawanan gajah yang tersisa. Pembunuhan gajah, bisnis gading, menjadi simpul matarantai korupsi dan kejahatan terkait, seperti penyelundupan dan pasar gelap.
Di Indonesia sesekali terdengar pembantaian sadis demi gading. Tapi negeri ini sulit mengelak sudah terlanjur dianggap sebagai kawasan eksploitir satwa. National Geographic dalam laporannya mengenai perdagangan satwa liar edisi Januari 2010 menjadikan Indonesia serta Malaysia sebagai pijakannya. Indonesia basisnya berlimpah-ruah flora-fauna dan “kebetulan” kini terjadi degradasi cara pandang terhadap satwa, jadi gathuk dengan pebisnis yang butuh bahan dasar tubuh binatang atau yang secara khusus harus memusuhinya. Rangkaian pembunuhan orangutan di kawasan ladang sawit Kalimantan beberapa waktu silam menegaskan fakta getir ini. Populasi gajah di sini sulit dibilang jauh dari ancaman.
Terlebih pasar besar gading letaknya tak jauh. Philipina tujuan favorit kaum penyelundup karena umat Katolik di sana gemar memiliki patung orang kudus yang terbuat dari gading. Dengan label “pesanan gereja” barang ilegal jadi resmi. Di Thailand satu ton gading sitaan bisa lenyap dari gudang pabean. Hong Kong disebut sebagai ibukota perdagangan gading untuk kemudian diolah jadi tuts piano dan sumpit. Di Jepang stempel pun menggunakan gading karena mendongkrak citra.
Daphne Sheldrick dan timnya telah mengevakuasi lebih dari 200 anak gajah dari ladang pembantaian. Sebagian terus hidup, sebagian lainnya tidak. Daphne butuh 28 tahun untuk bisa menemukan formulasi susu pengganti ASI gajah yang tepat, sehingga kematian bisa ditekan dan anak-anak itu tumbuh pesat. Atensi Daphne menyeluruh, dari gizi sampai kondisi kulit. Ibu gajah biasanya melindungi anaknya dari sengatan matahari, bagi para yatim-piatu Daphne mengolah krim khusus. Gangguan fisik yang seolah remeh jadi masalah rawan bagi bocah-bocah yang psikisnya terkoyak. Upaya Daphne terbantu oleh relawan-relawan lokal maupun gajah-gajah remaja yang secara naluriah akan menaungi dan membimbing yang mungil-mungil.
Pembunuhan gajah secara sistematis dan kontinyu bikin patah hati Joyce Poole, konservasionis sekaligus peneliti yang disokong National Geographic. Alam dan semua yang terkandung di dalamnya, termasuk gajah, menyimpan misteri dan manfaat bagi kehidupan bersama yang belum semuanya terungkap. Tapi gajah sudah di ambang punah. Ikatan sosial di antara para gajah, paduan kekuatan dan kepekaan, rasa ingin tahu dan kepercayaan, menjadikan mereka mengambil peran sentral dalam menyeimbangkan alam. Dan kita yang sok tahu menumpasnya.
Kematian gajah hanya melegakan sekelompok orang. Gadingnya cuma memperkaya kelompok tertentu. Tapi dampak ketidakseimbangan akan menimpa kalangan luas. Terutama generasi mendatang. Seperti dinosaurus, kelak gajah masih bisa dilihat di buku dongeng maupun film, namun hutan yang tidak lagi berpenghuni gampang ditanami beton maupun bibit-bibit mewah yang membungkam air tanah. Banjir, kekeringan, kekurangan air bersih dan pakan tidak lagi samar.
Di sisi lain kebiasaan membunuh itu sungguh horror dan akan menjadi warisan yang paling menakutkan. Di TV kadang muncul berita macam ini: diduga membunuh warga binatang ini diburu. Kematian dibalas dengan kematian. Kini kita ogah melihat lebih luas, lebih jauh, bahwa satwa liar menerobos wilayah pemukiman ada sebabnya. Mereka tidak pernah menghendaki jadi monster yang sengaja membidik manusia. Timbang reflektif kita memilih mengembangkan budaya balas dendam. Budaya menghancurkan dan membunuh berakar di bangsa yang di dalam teks semakin mengukuhkan urgensinya pendidikan budi pekerti.
Cara pandang yang cekak pada akhirnya mengkhianati kearifan lokal yang dijaga sedemikian rupa oleh para pendahulu demi kebaikan bersama dan jatidiri masing-masing. Manusia dianugerahi akal-budi, gajah dikaruniai gigi berwujud gading. Jika satwa ada cuma buat memenuhi kepuasan manusia mestinya seluruh binatang tidak perlu punya sepasang mata. Buat apa? Toh cuma kematian yang terlihat. Gajah yang umurnya bisa sampai 70 banyak yang tumpas sebelum 10 tahun. Kita sudah mengkorup hak mereka melihat kehidupan layak, mengkorup kekayaan hayati generasi kelak, dan tidak ada KPK untuk soal-soal macam ini.
“Gusti Allah melarang hamba-Nya untuk bersikap, bertindak, berulah, dan berjumawa dengan membiarkan diri jatuh ke dalam kerusakan, membongkar tatanan yang sudah kukuh menjadi rapuh dan tercerai-berai.” – K.H. M. Cholil Bisri
Kisah Raju si sebatang kara mestinya jadi milik semua anak Indonesia. Kematian serentak para orangtua gajah sudah saatnya jadi keprihatinan dan gerakan bersama sebangsa. Dibahas di kelas-kelas, diobrolkan di kantin dan ruang makan tiap keluarga. Tidak saja demi gajah itu sendiri dan sesama mahluk hidup lainnya. Tapi demi hutan dan naungannya. Demi generasi yang guyub dan damai.
Raju berbeda dengan Dicko di Afrika. Dicko tidak mau meninggalkan kubur induknya karena tak jauh darinya bersembunyi pemburu-pemburu Somalia yang serakah dan beringas. Tapi Raju mengikhlaskan keluarganya, memberanikan diri mendekati warga .. Ia tahu, ia berada di negeri orang penyayang.
Selamat jalan, Raju. Kami belajar.
Source
The Story

Spoiler for Baby RAJU:




" I want to grow up and protect the rainforest someday, for all of us!! But sorry, I cant make it," Said baby Raju
Akan kah kita terus mengorbankan mereka demi nafsu kita, come on guys

I hope this is last case in our country, if not our child or grandchild know elephant just from picture



Selamat hari Anak ya, om & tante disini janji melindungi rumahmu & saudara-saudaramu. Buat Raja & Raju doain abang agam & Dek ocha biar kuat ya 



All credit goes to member Peduli Raju
0
2.8K
Kutip
29
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan