

TS
mahdidar
Pertama
Salam kenal semua, salam untuk para kaskuser, salam ini tersalam dari seorang pemuda yang berusaha untuk menulis sebuah kisah yang ada di benaknya dan beberapa dari pengalaman pribadi , semoga cerita saya dapat memotivasi dan seru hehehe silahkan di baca agan agan.
Nama gua aldi semua bermula saat gua SMA , ada banyak cita – cita gua yang belum terwujud, atau mungkin tidak akan terwujud , semua ini tentang menjadi pertama. Tidak peduli kalian orang seperti apa , tapi saat kalian menjadi yang pertama semua akan berubah , itu hal yang selalu gua pikirkan. Sejak kecil gua selalu gagal menjadi yang pertama , selalu berada di belakang orang yang pertama.
Saat ini gua berada di kelas 3 SMA , tidak peduli dengan pelajaran di sekolah yang terpikir di benak gua adalah bermain badminton dan bermain game , gua mempunyai cita – cita sebagai atlet Badminton untuk Negara INDONESIA tercinta . Gua selalu membayangkan kalo berhasil menjadi juara pertama di kejuaraan dunia dan saat lagu Indonesia Raya di nyanyikan pasti akan terasa sangat membanggakan.
Tapi sepertinya mimpi gua yang satu ini tidak akan dapat terwujud dengan mudah , gua sadar betul akan hal itu, pasti membutuhkan latihan yang keras, oleh sebab itu gua selalu berlatih walaupun bisa di bilang terlambat dengan umur segini hehehe.
Di kelas gua duduk bareng alif , dia anak yang pintar berbeda jauh dengan gua, walaupun dia pintar tapi dia beda dengan anak pintar yang lain , dia tetap rendah hati dan kalo jawabannya bener dia hanya bilang “ kebetulan aja jawaban gua bener “ padahal emang dia bisa jawab soal itu. Konon katanya dulu dia anak yang pemalas dan mendapat nilai jelek , tapi suatu saat dia mau nyontek ke orang, orang itu gak ngasih dan bilang “ mangkanya belajar biar pinter “ semenjak saat itu pula alif berubah menjadi anak yang sangat pintar. Bisa di bilang dia From Zero To Hero.
Dan gua mempunyai sahabat yang bernama Tyan , dulu dia seorang yang gendut, dan karena itu dia di panggil bagong , karena itu pula dia bertekad selalu berolahraga dan menjaga pola makan, dan itu semua berhasil, dalam waktu 10 bulan dia menjadi tyan yang beda, badan dia sekarang pas dan terlihat keren.
Dan sahabat gua yang terakhir, dia bernama Lisa di saat kami bertiga melakukan tingkah konyol dan masalah lisa selalu hadir untuk mengingatkan dan menahan kita bisa di bilang semacam ibu hahaha, (kalo dia ibu berarti gua sama alif kakak adek, gak deh gak jadi) . dia suka membaca buku buku puitis dia juga jago bahasa inggris.
Kami bertiga sering membuat masalah dan karena itu kami sering di hukum, tapi ntah kenapa hukuman gua sama tyan selau lebih berat , mungkin karena alif selalu mendapat rangking dan pintar hukumannya di ringanin, mungkin ini yang di sebut “ Anak Emas “ .
Dan gua mempunyai kakak perempuan yang hebat, dia selalu berada di sekolah favorit , berbanding jauh dengan gua, dia selalu mendapat rangking , dan dia pun berhasil masuk di universitas favorit di jawa barat. Gua bangga dengan dia, tapi karena itu gua jadi sering di banding – bandingkan oleh orang tua dengan dia , kenapa di Negara ini orang yang pandai pelajaran selalu di anggap pintar, oke mungkin gua memang bodoh dalam pelajaran, tapi gua bisa mencari uang sendiri dengan beberapa usaha gua yang belum tentu kakak gua lakukan, gua di percaya mewakili sekolah gua dalam pertandingan badminton.
Semua itu seolah tidak ada artinya jika dalam hal pelajaran gua mendapat nilai jelek, itulah yang gua pikirkan pada waktu itu.
Ujian Nasional pun semakin dekat, tugas – tugas dan penambahan materi pun semakin banyak, di situlah terasa teman seperjuangan itu sangatlah berarti, memang benar jika mau melihat orang itu seperti apa aslinya, lihatlah saat dalam keadaan susah , saat tugas – tugas dating nemumpuk kami saling membantu dan saling menyemangati. Pada waktu itu gua Bimbingan Konseling pun masuk ke kelas untunk menerangkan tentang SNMPTN , atau bisa di bilang masuk perguruan tinggi negri lewat seleksi rapot.
Gua berharap banyak di situ karena dalam benak gua kalo lewat tes mungkin otak gua kalah dengan yang lain , gua memilih beberapa Universitas dengan jurusan yang sama, jurusan yang emang gua inginkan. Di akhir – akhir kami bersama di sekolah hari demi hari terasa begitu berat. Entah karena sedih akan berpisah dengan teman – teman atau takut dengan Ujian Nasional.
Tapi gua percaya perasaan ini pasti di rasakan semua teman – teman gua juga , yang dulunya kami tidak kenal, menjadi teman satu sama lain, yang dulu kami egois, menjadi saling berbagi satu sama lain , kami semakin mengerti sifat dari kami masing – masing.
Ujian Nasional pun datang, kami melewatinya dengan bersama dan kami berhasil, hasilnya kamu lulus semua. Setelah itu terasa berat untuk berpisah dengan teman – teman yang selama 3 tahun kami berjuang bersama, lalui berbagai cerita duka dan bahagia.
Untuk merayakan kelulusan kami pun kami berempat pergi ke suatu tempat rekreasi, di sana kami habiskan waktu sebelum kami berpisah karena Univertas yang kami inginkan berbeda – beda. Dan saat fajar terbanam pun kami bersiap untuk pulang, dan kami melakukan percakapan serius tentang cita- cita kita di masa depan.
Tyan : “ Sesudah semua ini mungkin kita akan menjalani hidup kita masing – masing , ntah kalian sesibuk apa, tapi gua mohon. Jangan pernah lupain gua” .
Alif : “ Iya gua juga berpikiran seperti itu, mungkin setelah ini kita akan di pisahkan jarak yang begitu jauh , tapi percayalah sejauh apa pun itu , kalian tetaplah sahabat gua “ .
Lisa : “ Iya gua gak akan lupain kalian, bagaimana kalo sekarang kita ucapin apa cita – cita kita di masa depan ! “ .
Gua : “ Kalo gua sih pengen menjadi juara dunia badminton dan karena kemangan gua itu lagu Indonesia Raya di nyanyiin, itu cita – cita gua dari kecil, dan kalo gak jadi atlet badminton gua pengen jadi pengusaha “ .
Tyan : “ Gua sih pengen jadi Hakim Agung gua pengen kuliah di jurusan Hukum” .
Alif : “ Gua pengen mengikuti jejak kakak gua , gua pengen kuliah di jurusan Ilmu Kebumian “ .
Lisa : “ Kalo gua pengen jadi guru, mungkin gua akan ambil jurusan Sastra Inggris. Dan menjadi guru Bahasa Inggris, semoga semua cita – cita kita dapat tercapai ya dan jangan pernah lupa di persahabatan kita” .
Setelah itu pun kami pulang. Beberapa hari kemudian keluar hasil pengumuman penerimaan mahasiswa baru memlaui jalur undangan, dan gua pun gagal , begitu pula dengan Tyan dan Alif, tapi Lisa berhasil masuk di salah satu Universitas di daerah Jawa Tengah dengan jurusan Sastra Inggris, semoga cita – cita Lisa dapat tercapai . Setelah itu Lisa pun pergi meninggalkan kota di mana kami berjuang bersama untuk memulai langkah yang baru.
Kami bertiga pun bersiap untuk menghadapi tes tertulis untuk masuk ke perguruan tinggi negri.
hasilnya pun gua gagal masuk ke Universitas Negeri. Tapi kali ini Alif dan Tyan berhasil, Tyan masuk Universitas di daerah Sumatera dengan Jurusan Hukum dan Alif masuk Universitas daerah Jawa Timur dengan Jurusan Ilmu Teknologi Dan Komunikasi, walaupun memang beda dengan yang dia inginkan.
Di situ gua berasa sangant terpukul, gua menyeseal tidak belajar dengan sungguh – sungguh. Menurut gua saat kita mencari dan menentukan masa depan ke kita kearah mana di saat itulah proses pendewasaan. Gua merasa putus asa dan gagal. Pada saat itu gua berkata “ Kenapa gua yang selalu gagal ? Kenapa gua gak pernah jadi orang yang pertama ? “ kenapa, kenapa dan kenapa itulah yang selalu gua pikirkan.
Tapi di saat itu pula orang tua gua memberi harapan dan semangat, mereka mengizinkan gua untuk memilih Universitas Swasta. Dan gua pun masuk di salah satu Universitas Swasta di daerah Depok. Dan gua bertekad walaupun gua masuk Universitas Swasta gua harus berprestasi, gua semakin semangat latihan Badminton.
Selama liburan sebelum kuliah masuk gua habiskan dengan latihan dan latihan, hingga malam terakhir Tyan dan Alif di kota ini, gua ngomong ke mereka berdua.
gua : “ Walaupun gua masuk Universitas Swasta tapi gua harus berprestasi, di saat kalian pulang kabarin gua ya “ .
Tyan : “ Semangat terus bro, semoga cita – cita lu dapat tercapai “ .
Alif : “ Tenang di gua akan selalu kabarin kalian “ .
(EPISODE 2)
Setelah kepergian teman – teman gua , gua berusaha keras dalam latihan badminton, gua mencari sebuah club untuk menjadi wadah agar permainan gua lebih berkembang, dan akhirnya gua masuk di sebuah pelatihan club badminton, di sana gua terus berlatih bisa di bilang beberapa bulan hidup gua hanya tertuju pada latihan ini, Salah satu motivasi gua adalah karena teman – teman yang berhasil masuk ke Universitas Negeri , gua bilang pada diri sendiri “ itu semua adalah usaha mereka selamat bertahun – tahun di bangku SMA “ .
Waktu masuk kuliah pun tiba, saat itu gua ikut OSPEK, dan pertama kali gua melihat seorang wanita yang sangat menarik, gua mulai mencari tau siapa dia ? , jurusan apa dia ? , Seiring berjalannya waktu, akhirnya gua berhasil mengenal dia karena ternyata dia teman dari teman gua di SMA, tapi ntah kenapa hubungan kita stuck hanya sekedar sahabat walau jujur gua ingin lebih dari itu, tapi ntah kenapa gua bingung untuk ungkapinnya ke dia, jujur seumur hidup gua Cuma punya satu mantan, itu waktu SMP, waktu itu juga awalnya gua gak nembak semua berjalan begitu aja kalo waktu itu zaman negara api sebelum menyerang di sebut HTS ( hubungan tanpa status) setelah jalan selamat 7 bulan baru gua ajakin pacaran ( berani karena udah deket banget selama 7 bulan) dan jujur pada waktu itu dia bilang lebih enak kaya gini, dan jujur setelah itu gua panas dingin selama 3hari hahaha. Selang beberapa minggu kemudian kita masih deket dan ntah kenapa dia bilang “ hubungan kita pacaran kan ya “ gua juga gak ngerti dia yang waktu itu nolak tapi juga yang sekarang ngomong gini, ntah waktu itu Cuma buat gua seneng atau gimana, yang jelas hubungan itu berjalan selama 1 tahun 2 bulan.
Waktu itu kita berantem , gua sadar sekarang kita berantem karena gua terlalu posesif, dan karena udah bosen setiap hari berantem gua dulu berpikir “ Sebentar lagi gua SMA, pasti ada banyak wanita – wanita yang menarik lainnya “. Dan ternyata pada waktu SMA gak ada satu pun wanita yang deket banget sama gua. Mungkin ini salah satu kata pepatah yang belakangan ini gua sangat setuju
“ Kita Berfikir jika kita terlalu baik untuk dia, padahal ada banyak yang lebih baik dari pada kita, tapi dia tetap memili kita “.
Ntah ini yang di sebut karma karena secara gak sadar gua nyakatin dia karena sikap posesif gua sampe beberapa kali dia nangis pada waktu itu. Jujur gua baru sadar belakangan ini walaupun gua sering merhatiin beberapa wanita yang menarik buat gua dan walaupun kita udah gak berhubungan lebih dari 4 tahun, jujur gua masih sering kepikiran dia.
Hingga sekarang pun gua sulit untuk memulai percakapan dengan seorang wanita ntah kenapa, Hingga suatu hari wanita menarik yang sedang dekat dengan gua ini dekat dengan dengan pria lain ntah mungkin bosen karena hubungan yang gini – gini aja. Dan pada saat itu pula tugas – tugas pun mulai datang , belum lagi Praktikum dan tugas kelompok, dan lelahnya latihan badminton yang mulai terasa sangat – sangat melelahkan. Gua berusha membagi waktu antara kuliah dan latihan, gua mulai merasa susah membagi waktu dan melewati ini semua, pada saat itu jujur gua mulai menyerah. Walau gua udah berusaha gua tetap merasa teman – teman di club jauh lebih hebat walau usaha gua sekeras apa mereka tetap di atas gua, selalu saingan gua terlihat seolah bersinar. Jujur pada saat itu gua mulai merasa ini semua sia – sia , mulai terasa lelah semua ini.
Di tambah dengan jadwal praktikum yang sangat pagi, dan laporan yang sangat banyak, jarak dari rumah ke kampus gua kurang lebih satu jam. Dalam beberapa kali praktikum gua di keluarin gara – gara telat, dan pernah juga karena membuat laporan yang salah.
Begitu pun dengan kuliah hasil dari UTS gua pun tidak sebagus teman yang lain, pada saat itu gua berfikir “ Apa untuk mendapatkan sesuatu kita harus mengorbankan sesuatu? “
di satu sisi gua ingin mewujudkan mimpi gua, tapi apa daya titik yang gua capai saat ini masih jauh dari yang gua harapkan, begitu pun dengan kuliah gua gak mau ngecewain orang tua.
Pada saat itu mental gua down, gua mencoba hubungin teman – teman gua di SMA. Tapi pada saat itu mereka telah sibuk dengan urusan mereka masing – masing, Tyan sibuk dengan pacar baru dia, begitu pun dengan alif yang sibuk dengan tugas – tugasnya. Satu – satunya yang membas chat hanyalah lisa, dan pada saat itu lisa lah yang memberi nasihat dan meyakinkan gua bahwa semua harapan itu masih ada. Satu kata dia yang benar – benar memberikan cahaya baru buat gua
“ Kita udah sampai di titik ini tuh gak gampang, kita melewati bangku – bangku sekolah, begitu juga dengan badminton, ntah sehebat apa orang di luar sana, tapi yakin aja sama diri lu sendiri, orang – orang hebat di luar sana pun awalnya adalah seorang pemula, kita di ciptakan tuhan dengan kemungkinan dan kemampuan yang sama, untuk berhasil kitalah yang menentukannya sendiri, Makin Besar Keinginan Kita Makin Besar Pula Saingan Kita “.
Kata – Kata lisa memberikan sebuah cahaya harapan baru untuk gua, setelah itu gua mulai mencoba belajar dari kesalahan – kesalahan gua. Mulai dari berangkat pagi dan mulai belajar dengan teman yang kepintarannya di atas rata – rata , begitu pun dalam mewujudkan mimpi gua, gua melakukan tambahan latihan sendiri, jogging, latihan fisik, dll. Gua berusaha agar bisa mengejar ketertinggalan gua.
Gua dan lisa pun semakin sering berkomunikasi, semakin hari hubungan kita semakin dekat kembali. Beberapa bulan kemudian pun ada perlombaan dan badminton di daerah gua, dan Alhamdulillah gua berhasil menjadi juara -2 di lomba itu, begitu pun dengan nilai – nilai kuliah gua yang mendingan dari pada sebelumnya, gua merasa lisa sebagai cahaya baru gua.
Pada saat itu selintas gua berfikir apa gua jatuh cinta kepada lisa, tapi dia kan sahabat gua sejak SMA, apa mungkin perasaan ini. Tapi gua takut bagaimana kalo di tolak, bagaimana dengan persahabatan kita, bagaimana dengan persahabatan kita ber – 4, apa sebaiknya kita gini aja?.
*Bersambung*
Nama gua aldi semua bermula saat gua SMA , ada banyak cita – cita gua yang belum terwujud, atau mungkin tidak akan terwujud , semua ini tentang menjadi pertama. Tidak peduli kalian orang seperti apa , tapi saat kalian menjadi yang pertama semua akan berubah , itu hal yang selalu gua pikirkan. Sejak kecil gua selalu gagal menjadi yang pertama , selalu berada di belakang orang yang pertama.
Saat ini gua berada di kelas 3 SMA , tidak peduli dengan pelajaran di sekolah yang terpikir di benak gua adalah bermain badminton dan bermain game , gua mempunyai cita – cita sebagai atlet Badminton untuk Negara INDONESIA tercinta . Gua selalu membayangkan kalo berhasil menjadi juara pertama di kejuaraan dunia dan saat lagu Indonesia Raya di nyanyikan pasti akan terasa sangat membanggakan.
Tapi sepertinya mimpi gua yang satu ini tidak akan dapat terwujud dengan mudah , gua sadar betul akan hal itu, pasti membutuhkan latihan yang keras, oleh sebab itu gua selalu berlatih walaupun bisa di bilang terlambat dengan umur segini hehehe.
Di kelas gua duduk bareng alif , dia anak yang pintar berbeda jauh dengan gua, walaupun dia pintar tapi dia beda dengan anak pintar yang lain , dia tetap rendah hati dan kalo jawabannya bener dia hanya bilang “ kebetulan aja jawaban gua bener “ padahal emang dia bisa jawab soal itu. Konon katanya dulu dia anak yang pemalas dan mendapat nilai jelek , tapi suatu saat dia mau nyontek ke orang, orang itu gak ngasih dan bilang “ mangkanya belajar biar pinter “ semenjak saat itu pula alif berubah menjadi anak yang sangat pintar. Bisa di bilang dia From Zero To Hero.
Dan gua mempunyai sahabat yang bernama Tyan , dulu dia seorang yang gendut, dan karena itu dia di panggil bagong , karena itu pula dia bertekad selalu berolahraga dan menjaga pola makan, dan itu semua berhasil, dalam waktu 10 bulan dia menjadi tyan yang beda, badan dia sekarang pas dan terlihat keren.
Dan sahabat gua yang terakhir, dia bernama Lisa di saat kami bertiga melakukan tingkah konyol dan masalah lisa selalu hadir untuk mengingatkan dan menahan kita bisa di bilang semacam ibu hahaha, (kalo dia ibu berarti gua sama alif kakak adek, gak deh gak jadi) . dia suka membaca buku buku puitis dia juga jago bahasa inggris.
Kami bertiga sering membuat masalah dan karena itu kami sering di hukum, tapi ntah kenapa hukuman gua sama tyan selau lebih berat , mungkin karena alif selalu mendapat rangking dan pintar hukumannya di ringanin, mungkin ini yang di sebut “ Anak Emas “ .
Dan gua mempunyai kakak perempuan yang hebat, dia selalu berada di sekolah favorit , berbanding jauh dengan gua, dia selalu mendapat rangking , dan dia pun berhasil masuk di universitas favorit di jawa barat. Gua bangga dengan dia, tapi karena itu gua jadi sering di banding – bandingkan oleh orang tua dengan dia , kenapa di Negara ini orang yang pandai pelajaran selalu di anggap pintar, oke mungkin gua memang bodoh dalam pelajaran, tapi gua bisa mencari uang sendiri dengan beberapa usaha gua yang belum tentu kakak gua lakukan, gua di percaya mewakili sekolah gua dalam pertandingan badminton.
Semua itu seolah tidak ada artinya jika dalam hal pelajaran gua mendapat nilai jelek, itulah yang gua pikirkan pada waktu itu.
Ujian Nasional pun semakin dekat, tugas – tugas dan penambahan materi pun semakin banyak, di situlah terasa teman seperjuangan itu sangatlah berarti, memang benar jika mau melihat orang itu seperti apa aslinya, lihatlah saat dalam keadaan susah , saat tugas – tugas dating nemumpuk kami saling membantu dan saling menyemangati. Pada waktu itu gua Bimbingan Konseling pun masuk ke kelas untunk menerangkan tentang SNMPTN , atau bisa di bilang masuk perguruan tinggi negri lewat seleksi rapot.
Gua berharap banyak di situ karena dalam benak gua kalo lewat tes mungkin otak gua kalah dengan yang lain , gua memilih beberapa Universitas dengan jurusan yang sama, jurusan yang emang gua inginkan. Di akhir – akhir kami bersama di sekolah hari demi hari terasa begitu berat. Entah karena sedih akan berpisah dengan teman – teman atau takut dengan Ujian Nasional.
Tapi gua percaya perasaan ini pasti di rasakan semua teman – teman gua juga , yang dulunya kami tidak kenal, menjadi teman satu sama lain, yang dulu kami egois, menjadi saling berbagi satu sama lain , kami semakin mengerti sifat dari kami masing – masing.
Ujian Nasional pun datang, kami melewatinya dengan bersama dan kami berhasil, hasilnya kamu lulus semua. Setelah itu terasa berat untuk berpisah dengan teman – teman yang selama 3 tahun kami berjuang bersama, lalui berbagai cerita duka dan bahagia.
Untuk merayakan kelulusan kami pun kami berempat pergi ke suatu tempat rekreasi, di sana kami habiskan waktu sebelum kami berpisah karena Univertas yang kami inginkan berbeda – beda. Dan saat fajar terbanam pun kami bersiap untuk pulang, dan kami melakukan percakapan serius tentang cita- cita kita di masa depan.
Tyan : “ Sesudah semua ini mungkin kita akan menjalani hidup kita masing – masing , ntah kalian sesibuk apa, tapi gua mohon. Jangan pernah lupain gua” .
Alif : “ Iya gua juga berpikiran seperti itu, mungkin setelah ini kita akan di pisahkan jarak yang begitu jauh , tapi percayalah sejauh apa pun itu , kalian tetaplah sahabat gua “ .
Lisa : “ Iya gua gak akan lupain kalian, bagaimana kalo sekarang kita ucapin apa cita – cita kita di masa depan ! “ .
Gua : “ Kalo gua sih pengen menjadi juara dunia badminton dan karena kemangan gua itu lagu Indonesia Raya di nyanyiin, itu cita – cita gua dari kecil, dan kalo gak jadi atlet badminton gua pengen jadi pengusaha “ .
Tyan : “ Gua sih pengen jadi Hakim Agung gua pengen kuliah di jurusan Hukum” .
Alif : “ Gua pengen mengikuti jejak kakak gua , gua pengen kuliah di jurusan Ilmu Kebumian “ .
Lisa : “ Kalo gua pengen jadi guru, mungkin gua akan ambil jurusan Sastra Inggris. Dan menjadi guru Bahasa Inggris, semoga semua cita – cita kita dapat tercapai ya dan jangan pernah lupa di persahabatan kita” .
Setelah itu pun kami pulang. Beberapa hari kemudian keluar hasil pengumuman penerimaan mahasiswa baru memlaui jalur undangan, dan gua pun gagal , begitu pula dengan Tyan dan Alif, tapi Lisa berhasil masuk di salah satu Universitas di daerah Jawa Tengah dengan jurusan Sastra Inggris, semoga cita – cita Lisa dapat tercapai . Setelah itu Lisa pun pergi meninggalkan kota di mana kami berjuang bersama untuk memulai langkah yang baru.
Kami bertiga pun bersiap untuk menghadapi tes tertulis untuk masuk ke perguruan tinggi negri.
hasilnya pun gua gagal masuk ke Universitas Negeri. Tapi kali ini Alif dan Tyan berhasil, Tyan masuk Universitas di daerah Sumatera dengan Jurusan Hukum dan Alif masuk Universitas daerah Jawa Timur dengan Jurusan Ilmu Teknologi Dan Komunikasi, walaupun memang beda dengan yang dia inginkan.
Di situ gua berasa sangant terpukul, gua menyeseal tidak belajar dengan sungguh – sungguh. Menurut gua saat kita mencari dan menentukan masa depan ke kita kearah mana di saat itulah proses pendewasaan. Gua merasa putus asa dan gagal. Pada saat itu gua berkata “ Kenapa gua yang selalu gagal ? Kenapa gua gak pernah jadi orang yang pertama ? “ kenapa, kenapa dan kenapa itulah yang selalu gua pikirkan.
Tapi di saat itu pula orang tua gua memberi harapan dan semangat, mereka mengizinkan gua untuk memilih Universitas Swasta. Dan gua pun masuk di salah satu Universitas Swasta di daerah Depok. Dan gua bertekad walaupun gua masuk Universitas Swasta gua harus berprestasi, gua semakin semangat latihan Badminton.
Selama liburan sebelum kuliah masuk gua habiskan dengan latihan dan latihan, hingga malam terakhir Tyan dan Alif di kota ini, gua ngomong ke mereka berdua.
gua : “ Walaupun gua masuk Universitas Swasta tapi gua harus berprestasi, di saat kalian pulang kabarin gua ya “ .
Tyan : “ Semangat terus bro, semoga cita – cita lu dapat tercapai “ .
Alif : “ Tenang di gua akan selalu kabarin kalian “ .
(EPISODE 2)
Setelah kepergian teman – teman gua , gua berusaha keras dalam latihan badminton, gua mencari sebuah club untuk menjadi wadah agar permainan gua lebih berkembang, dan akhirnya gua masuk di sebuah pelatihan club badminton, di sana gua terus berlatih bisa di bilang beberapa bulan hidup gua hanya tertuju pada latihan ini, Salah satu motivasi gua adalah karena teman – teman yang berhasil masuk ke Universitas Negeri , gua bilang pada diri sendiri “ itu semua adalah usaha mereka selamat bertahun – tahun di bangku SMA “ .
Waktu masuk kuliah pun tiba, saat itu gua ikut OSPEK, dan pertama kali gua melihat seorang wanita yang sangat menarik, gua mulai mencari tau siapa dia ? , jurusan apa dia ? , Seiring berjalannya waktu, akhirnya gua berhasil mengenal dia karena ternyata dia teman dari teman gua di SMA, tapi ntah kenapa hubungan kita stuck hanya sekedar sahabat walau jujur gua ingin lebih dari itu, tapi ntah kenapa gua bingung untuk ungkapinnya ke dia, jujur seumur hidup gua Cuma punya satu mantan, itu waktu SMP, waktu itu juga awalnya gua gak nembak semua berjalan begitu aja kalo waktu itu zaman negara api sebelum menyerang di sebut HTS ( hubungan tanpa status) setelah jalan selamat 7 bulan baru gua ajakin pacaran ( berani karena udah deket banget selama 7 bulan) dan jujur pada waktu itu dia bilang lebih enak kaya gini, dan jujur setelah itu gua panas dingin selama 3hari hahaha. Selang beberapa minggu kemudian kita masih deket dan ntah kenapa dia bilang “ hubungan kita pacaran kan ya “ gua juga gak ngerti dia yang waktu itu nolak tapi juga yang sekarang ngomong gini, ntah waktu itu Cuma buat gua seneng atau gimana, yang jelas hubungan itu berjalan selama 1 tahun 2 bulan.
Waktu itu kita berantem , gua sadar sekarang kita berantem karena gua terlalu posesif, dan karena udah bosen setiap hari berantem gua dulu berpikir “ Sebentar lagi gua SMA, pasti ada banyak wanita – wanita yang menarik lainnya “. Dan ternyata pada waktu SMA gak ada satu pun wanita yang deket banget sama gua. Mungkin ini salah satu kata pepatah yang belakangan ini gua sangat setuju
“ Kita Berfikir jika kita terlalu baik untuk dia, padahal ada banyak yang lebih baik dari pada kita, tapi dia tetap memili kita “.
Ntah ini yang di sebut karma karena secara gak sadar gua nyakatin dia karena sikap posesif gua sampe beberapa kali dia nangis pada waktu itu. Jujur gua baru sadar belakangan ini walaupun gua sering merhatiin beberapa wanita yang menarik buat gua dan walaupun kita udah gak berhubungan lebih dari 4 tahun, jujur gua masih sering kepikiran dia.
Hingga sekarang pun gua sulit untuk memulai percakapan dengan seorang wanita ntah kenapa, Hingga suatu hari wanita menarik yang sedang dekat dengan gua ini dekat dengan dengan pria lain ntah mungkin bosen karena hubungan yang gini – gini aja. Dan pada saat itu pula tugas – tugas pun mulai datang , belum lagi Praktikum dan tugas kelompok, dan lelahnya latihan badminton yang mulai terasa sangat – sangat melelahkan. Gua berusha membagi waktu antara kuliah dan latihan, gua mulai merasa susah membagi waktu dan melewati ini semua, pada saat itu jujur gua mulai menyerah. Walau gua udah berusaha gua tetap merasa teman – teman di club jauh lebih hebat walau usaha gua sekeras apa mereka tetap di atas gua, selalu saingan gua terlihat seolah bersinar. Jujur pada saat itu gua mulai merasa ini semua sia – sia , mulai terasa lelah semua ini.
Di tambah dengan jadwal praktikum yang sangat pagi, dan laporan yang sangat banyak, jarak dari rumah ke kampus gua kurang lebih satu jam. Dalam beberapa kali praktikum gua di keluarin gara – gara telat, dan pernah juga karena membuat laporan yang salah.
Begitu pun dengan kuliah hasil dari UTS gua pun tidak sebagus teman yang lain, pada saat itu gua berfikir “ Apa untuk mendapatkan sesuatu kita harus mengorbankan sesuatu? “
di satu sisi gua ingin mewujudkan mimpi gua, tapi apa daya titik yang gua capai saat ini masih jauh dari yang gua harapkan, begitu pun dengan kuliah gua gak mau ngecewain orang tua.
Pada saat itu mental gua down, gua mencoba hubungin teman – teman gua di SMA. Tapi pada saat itu mereka telah sibuk dengan urusan mereka masing – masing, Tyan sibuk dengan pacar baru dia, begitu pun dengan alif yang sibuk dengan tugas – tugasnya. Satu – satunya yang membas chat hanyalah lisa, dan pada saat itu lisa lah yang memberi nasihat dan meyakinkan gua bahwa semua harapan itu masih ada. Satu kata dia yang benar – benar memberikan cahaya baru buat gua
“ Kita udah sampai di titik ini tuh gak gampang, kita melewati bangku – bangku sekolah, begitu juga dengan badminton, ntah sehebat apa orang di luar sana, tapi yakin aja sama diri lu sendiri, orang – orang hebat di luar sana pun awalnya adalah seorang pemula, kita di ciptakan tuhan dengan kemungkinan dan kemampuan yang sama, untuk berhasil kitalah yang menentukannya sendiri, Makin Besar Keinginan Kita Makin Besar Pula Saingan Kita “.
Kata – Kata lisa memberikan sebuah cahaya harapan baru untuk gua, setelah itu gua mulai mencoba belajar dari kesalahan – kesalahan gua. Mulai dari berangkat pagi dan mulai belajar dengan teman yang kepintarannya di atas rata – rata , begitu pun dalam mewujudkan mimpi gua, gua melakukan tambahan latihan sendiri, jogging, latihan fisik, dll. Gua berusaha agar bisa mengejar ketertinggalan gua.
Gua dan lisa pun semakin sering berkomunikasi, semakin hari hubungan kita semakin dekat kembali. Beberapa bulan kemudian pun ada perlombaan dan badminton di daerah gua, dan Alhamdulillah gua berhasil menjadi juara -2 di lomba itu, begitu pun dengan nilai – nilai kuliah gua yang mendingan dari pada sebelumnya, gua merasa lisa sebagai cahaya baru gua.
Pada saat itu selintas gua berfikir apa gua jatuh cinta kepada lisa, tapi dia kan sahabat gua sejak SMA, apa mungkin perasaan ini. Tapi gua takut bagaimana kalo di tolak, bagaimana dengan persahabatan kita, bagaimana dengan persahabatan kita ber – 4, apa sebaiknya kita gini aja?.
*Bersambung*
Diubah oleh mahdidar 21-01-2016 23:06


anasabila memberi reputasi
1
1.8K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan