Kaskus

Entertainment

dinsosjakartaAvatar border
TS
dinsosjakarta
Penyandang Psikotik Rayakan Bebas Pasung dengan Pentas Seni
Penyandang Psikotik Rayakan Bebas Pasung dengan Pentas Seni

Penyandang Psikotik Rayakan Bebas Pasung dengan Pentas Seni

Penyandang Psikotik Rayakan Bebas Pasung dengan Pentas Seni

Penyandang Psikotik Rayakan Bebas Pasung dengan Pentas Seni

Penyandang Psikotik Rayakan Bebas Pasung dengan Pentas Seni

Penyandang Psikotik Rayakan Bebas Pasung dengan Pentas Seni

Penyandang Psikotik Rayakan Bebas Pasung dengan Pentas Seni

Penyandang Psikotik Rayakan Bebas Pasung dengan Pentas Seni

Penyandang Psikotik Rayakan Bebas Pasung dengan Pentas Seni

Siapa sangka kalau penyandang disabilitas mental atau psikotik mampu menunjukkan bakatnya. Mereka bernyanyi, menari, membuat keterampilan, dan aktivitas lainnya. Itu semua mereka tunjukkan dalam Pentas Seni di Panti Sosial Bina Laras (PSBL) Harapan Sentosa 1, Cengkareng, Jakarta Barat pada Selasa (22/12).

Kepala PSBL Harapan Sentosa 1, Sarima mengatakan, Pentas Seni ini merupakan perayaan dalam rangka Hari Bebas Pasung di lingkungan panti. Terhitung sudah tahun ke-5 para Warga Binaan Sosial (WBS) di PSBL Harapan Sentosa 1 telah bebas dari pasung. Karena sebelumnya, WBS hanya tinggal di dalam kurungan.

"Mereka dahulu hanya tinggal di dalam ruangan. Kami anggap itu dikurung atau dipasung. Maka mulai dari situ, kami bebaskan para WBS. Dan pada hari ini kami rayakan hari kebebasan itu. Ini sebagai upaya kita untuk memanusiakan manusia," tandas Sarima.

Dalam pentas seni tersebut, katanya, para WBS dibiarkan untuk bebas berekspresi. Mereka bernyanyi, menari, dan melakukan hal-hal yang sifatnya menyenangkan. Karena pihaknya menyadari banyaknya potensi-potensi yang dimiliki oleh penyandang disabilitas mental atau psikotik ini. Sehingga harus diberikan ruang sebesar-besarnya.

"Ini juga menunjukkan ke masyarakat bahwa penyandang psikotik memiliki potensi-potensi yang bisa diberdayakan. Mereka sama seperti kita yang memiliki hak yang sama. Mereka tidak boleh dipandang sebelah mata. Buktinya sekarang mereka mampu berinteraksi dengan kita di sini dan sudah kita berdayakan di sini," ujar Sarima.

Ia melanjutkan, di panti, para WBS diperlakukan seperti layaknya manusia normal. Mereka diberikan keterampilan yang menghasilkan barang yang bisa dijual. Mereka berlatih kesenian sebagai tempat berekspresi. Tidak hanya itu, pihaknya juga sudah mengirim beberapa WBS untuk bekerja di Monumen Nasional (Monas) sebagai petugas kebersihan.

"Jadi masyarakat tidak usah takut dengan penyandang psikotik. Yang terpenting adalah perhatian dari keluarga dengan memberikan obat. Sehingga mereka bisa diberdayakan di masyarakat. Karena mereka sama dengan kita," imbuh Sarima.

Lebih lanjut, katanya, dalam pentas itu mereka diberikan kesempatan untuk bernyanyi dan menari tarian betawi, tarian batak, dan joged sambalado. Para WBS bersuka-cita dengan penampilan sesama WBS. Mereka ikut senang karena bagi yang ikut menari akan diberikan uang dua ribu rupiah.

"Kita berikan hari ini sebagai hari mereka. Kita biarkan mereka untuk merayakan kebebasannya. Karena kegembiraan yang mereka dapatkan hari merupakan hak mereka," tutup Sarima.
0
1.4K
10
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan