Kaskus

Entertainment

ntanaluphzzAvatar border
TS
ntanaluphzz
Bangun 48 Kincir Angin untuk Terangi 60 ribu Rumah
Bangun 48 Kincir Angin untuk Terangi 60 ribu Rumah

Tinggal di kota besar yang tak macet dengan udara sangat bersih, adalah harapan banyak orang. Kota Malmo di Swedia bisa jadi pilihan Anda. Berikut adalah kisah seorang karyawan BUMN yang menempuh pendidikan magister di sana, dengan gaya bertutur.

OLEH: OSCAR YOGI YUSTIANO*

SAAT tiba di bandara internasional di Kastrup, Copenhagen, Denmark, saya langsung menuju ke stasiun kereta api sejenis Mass Rapid Transport (MRT) tepat di bawah bandara, untuk selanjutnya menuju Malmo, Swedia. Durasi perjalanan sekitar 30 menit. Kedua negara Skandinavia ini dihubungkan Jembatan Oresund sepanjang 8 Km. Yang didesain di bagian bawah untuk kereta api dan bagian atas untuk kendaraan bermotor.

Sepanjang perjalanan, pandangan mata tak henti-hentinya mengarah ke bangunan semacam kincir angin yang dibangun di tengah perairan yang berada di selatan Swedia tersebut.

Kalau dihitung ada sekitar 48 kincir. Didominasi warna putih, kincir ini dibangun berdekatan sehingga tidak mengganggu kapal-kapal yang lalu lalang.

Tujuannya, untuk memanfaatkan angin perairan sebagai penghasil listrik, yang kemudian menerangi 60 ribu rumah tangga di Malmo. Luar Biasa!
Apabila diperhatikan dari kejauhan, kincir-kincir tersebut terlihat kecil tapi sebetulnya memiliki tinggi 115 meter, dan memiliki diameter baling-baling 93 meter.

Digerakkan kecepatan rata-rata angin 8-10 meter/detik. Keberadaan kincir-kincir yang biasa disebut dengan Wind Farm ini tidak hanya di perairan namun sampai ke perdesaan.

Pemerintah Kota Malmo sangat gencar mengkampanyekan penggunaan energi yang ramah lingkungan sebagai bagian program pembangunan kota yang bersinambungan (sustainable city development). Selain kincir angin, penggunaan biogas untuk bahan bakar transportasi juga terus dikembangkan. Hampir semua transportasi publik (bus-taksi), kendaraan bermotor, dan truk sampah menggunakan biogas.

Yang menarik Biogas berasal dari 98 persen sampah rumah tangga kota Malmo, yang diproses dalam incinerator atau fasilitas pengelolaan sampah. Saat ini, hampir seluruh transportasi publik, yakni sekitar 200 bus, di Kota yang berpenduduk 300.000 jiwa ini, menggunakan bahan bakar biogas yang dicampur dengan CNG (compressed natural gas). Hal ini akan mengurangi emisi gas dan efek rumah kaca.

Hal menarik lainnya dari kota yang identik didominasi bangunan kuno dengan arsitektur klasik ini, adalah ketersediaan fasilitas yang memadai bagi pengendara sepeda dan penjalan kaki. Tidak heran banyak terlihat penduduk lokal dan mahasiswa yang memilih berjalan atau menggunakan sepeda sehari-hari.

Fasilitas itu meliputi jalan khusus pejalan kaki dan pengendara sepeda, lampu penerangan pada jalur sepeda, pompa ban, dan traffic light khusus sepeda lengkap dengan tempat parkir.

Yang menarik pada lokasi di mana terdapat zebra cross tapi tidak terdapat traffic light, pejalan kaki atau pengendara sepeda yang melalui zebra cross tersebut selalu menjadi prioritas. Tiap kali mereka menyeberang, motor-mobil stop.

“Kota ini sangat nyaman, berbeda sekali dengan di negara saya,” kata Lisandro Cayetano, mahasiswa asal Argentina yang berkuliah di World Maritime University, Malmo.

Menurut pria yang bekerja sebagai coast guard ini, lalu lintas di negaranya cukup padat dengan kendaraan bermotor sehingga sering terjadi kemacetan.

“Saya sangat menikmati belajar di kota Malmo,” lanjutnya.

Para pejalan kaki dan pengendara sepeda serta masyarakat pengguna transportasi publik dibuat benar-benar nyaman. Seperti kondisi jalan yang baik dan papan informasi yang sangat lengkap, tidak ada kemacetan serta kendaraan umum kondisinya bersih dan tepat waktu. Apalagi didukung udara yang sejuk, minim polusi dan debu, serta banyak dihiasi pepohonan dengan dedaunan yang hijau.

“Pemerintah Kota mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi publik, berjalan kaki dan menggunakan sepeda,” kata Lyndell Lundhal, student services officer di World Maritime University, Malmo, saat memberikan pembekalan kepada para mahasiswa baru.

Transportasi publik yang utama di kota asal pemain bola terkenal Zlatan Ibrahimovic ini, adalah bus. Selain dengan bahan bakar biogas, bus ini didesain mudah diakses semua orang. Mulai dari cara pembayaran sampai ketersediaan tempat bagi kaum difable (berkebutuhan khusus).

Pertama, cara pembayaran, pengguna cukup memakai kartu akses khusus yang diberi nama ‘Jojo’, yang dapat dibeli di minimarket atau pusat perbelanjaan. Berkat kartu ini, tidak perlu bingung dengan uang kembalian saat membayar.

Kedua, pemberhentian bus sudah ditentukan tempat dan jamnya, karena setiap 15-20 menit bus tersebut akan datang layaknya busway di Jakarta.

Bedanya, busway menggunakan jalur dan shelter khusus, sedangkan di Malmo tidak menggunakan jalur khusus. Sehingga tidak mengurangi badan jalan.

Ketiga, bagi orang tua yang membawa bayi dengan kereta pun, dapat masuk ke dalam bus (maksimal dua kereta bayi). Keempat, disediakan pula tempat duduk khusus untuk penumpang lanjut usia.

Demikian halnya dengan taman-taman di kota yang terletak paling selatan Swedia ini, juga sangat indah. Sehingga tidak heran apabila cuaca cerah banyak penduduk yang datang ke taman kota, untuk berolah raga, membaca buku di bangku taman, bermain dengan binatang peliharaan, bahkan ada yang hanya untuk berjemur menikmati sinar matahari.

Pemakaman kuno pun menjadi taman yang indah yang dipadu dengan taman bermain anak dan fasilitas olahraga. Sehingga tidak ada kesan seram atau angker. Setidaknya ada 27 taman kota di Malmo.

Selain taman, Kota Malmo juga dihiasi dengan bangunan-bangunan hijau, yakni di bagian tembok dan atap ditanami tanaman merambat. Tujuannya adalah untuk menyerap air hujan sehingga dapat mengurangi banjir, meningkatkan kualitas udara serta menambah keindahan kota.

Ketersediaan fasilitas publik yang memadai tidaklah gratis melainkan harus dibayar dengan pajak yang sangat tinggi. Pajak di Swedia bisa sampai 30 persen. Jadi, tidak heran Swedia merupakan negara Skandinavia yang memiliki biaya hidup yang mahal.

Hal ini pula yang menjadikan Swedia dapat bertahan dari krisis keuangan yang dialami oleh negara-negara di Eropa lainnya. Karena didukung pengelolaan keuangan yang maksimal dan efektif serta efisien.

Pemerintah Malmo juga mendorong warganya untuk mengumpulkan sampah seperti botol plastik dan kaleng serta kertas bekas, dengan menyediakan mesin khusus pengumpul dan ditempatkan di semua minimarket. Kalau di Indonesia, kita memasukkan uang ke dalam mesin minuman untuk mendapatkan soft drink atau kopi.

Di Malmo, justru sebaliknya kalau kita memasukkan kaleng dan botol plastik ke dalam mesin, maka secara otomatis akan keluar uang, sekitar 1 Swedish Krona (Rp 1.500). Dengan demikian masyarakat berlomba-lomba untuk mengumpulkan kaleng dan botol plastik.

Pemerintah Kota sangat gencar mengkampanyekan pengurangan penggunaan sampah plastik, sampai-sampai pada saat berbelanja akan dikenakan biaya tambahan apabila menggunakan plastik yang disediakan pihak toko.

Oleh karena itu, rata-rata penduduk Malmo membawa plastik atau tas belanja sendiri pada saat berbelanja. Berbeda di Indonesia yang memperbolehkan menggunakan plastik sebanyak-banyaknya saat berbelanja.

Sampah elektronik seperti lampu pun disediakan mesin khusus pengumpul. Selain untuk biogas, sampah-sampah ini nantinya akan diolah menjadi energi panas untuk menghangatkan gedung-gedung di Malmo, seperti rumah sakit, kantor, apartemen dan lainnya.

Saat ini 60 persen dari energi panas diproduksi oleh incinerator kota. Lebih lanjut penggunaan energi matahari juga menjadi prioritas dalam rangka mendukung penyediaan energi listrik oleh kincir angin.

Bagaimana menjual barang bekas? Jangan khawatir masih banyak warga Malmo maupun pendatang, termasuk saya yang berminat untuk membeli. Setiap hari Sabtu atau Minggu, beberapa lapangan dan taman di Malmo bergantian dijadikan lokasi untuk menjual barang bekas.

Mulai pakaian dingin, sepatu, DVD, peralatan rumah tangga, kamera kuno sampai buku. Pemerintah kota bahkan menyediakan stand atau lapak khusus.
Hal ini mendorong masyarakat tidak konsumtif, terutama dengan barang-barang yang tidak ramah lingkungan seperti plastik dan lainnya.

Malmo dahulu merupakan kota Industri yang pernah jatuh ke dalam krisis namun kini Malmo menjadi kota yang unggul di bidang industry property, logistik dan perdagangan serta pengetahuan. Karena terdapat 15.000 pelajar dan 170 suku bangsa di dunia menjadikan keanekaragaman di kota Malmo semakin kental.

Oleh karena itu, saya sangat bersyukur sekali, pertama saya bisa mendapatkan kesempatan untuk mengambil jenjang S-2 jurusan Port Management, di World Maritime University dengan beasiswa perusahaan, kedua, saya dapat tinggal di Malmo. Karena di sini kota ketiga terbesar di Swedia dan kota paling ramah lingkungan kedua di dunia. (***/che/k1)
0
2.1K
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan