Superman mungkin menjadi superhero yang paling tidak ahli dalam urusan menyamar. Banyak superhero seperti Batman ataupun Spider-Man yang memakai penutup wajah agar orang sulit mengenali mereka. Akan tetapi, beda halnya dengan Superman. Ia hanya memakai sedikit gel rambut dan kaca mata untuk mengubah penampilan menjadi Clark Kent, seorang reporter harian Daily Planet dalam film Man of Steel.
Anehnya, mengapa Clark Kent tidak kenali sebagai Superman oleh satupun rekan satu kantornya? Padahal, profil wajah dan postur tubuhnya sama. Dalam komik terbitan DC Comics, Superman volume 330, sendiri sudah pernah memaparkan jawaban atas hal ini. Di sana dijelaskan bahwa Kent memiliki kacamata Kryptonite yang memancarkan sinar, sehingga setiap orang yang dia temui akan lupa pada wajahnya.
Dalam ilmu neurologi, kacamata Kent ini semacam penyebar penyakit prosopagnosia pada orang-orang di sekitarnya. Melansir Slate, Prosopagnosia adalah penyakit yang membuat pengidapnya sulit mengidentifikasi wajah orang karena gangguan otak. Bahkan, si penderita tidak sanggup mengenali wajahnya sendiri. Tapi tenang saja, mereka masih bisa melakukan aktivitas layaknya orang normal lainnya. Mereka hanya akan mengandalkan pakaian dan suara untuk mengidentifikasi orang lain.
Jadi, bagi penderita prosopagnosia, Clark Kent dikenali sebagai orang yang gugup dan berkaca mata. Beda dengan Superman yang kekar, bersuara berat dan tampan. Dari pakaian mereka pun berbeda. Oleh sebab itu, tidak ada satupun orang di Daily Planet yang mengenalinya sebagai Superman.
Di dunia nyata, penyakit seperti itu sangat jarang ditemukan. Kira-kira hanya sekitar 2,5 persen saja. Seorang ilmuwan, Oliver Sacks yang juga menulis The Man Who Mistook His Wife for a Hat, mengatakan bahwa ia juga menderita prosopagnosia setelah salah mengenali wajah salah satu dari saudaranya. Bagi penderita mungkin tidak menyadari bahwa mereka melihat orang lain dengan wajah berbeda sampai di kemudian hari. Bagi Sacks, dia baru menyadari ketika ia berusia 52 tahun.
Meskipun ada beberapa orang mendapatkan gangguan ini sejak lahir, namun beberapa orang menderita prosopagnosia karena trauma ke daerah-daerah tertentu di otak. Misalnya, sebuah stroke yang merusak gyrus fusiform sehingga si penderita sulit mengenali wajah. Gyrus sendiri berfungsi merespon terhadap wajah, jadi ketika itu rusak, orang hanya bergantung pada pola dan suara sebagai gantinya.
Gyrus fusiform bukan hanya sebagai pengenal wajah tapi juga membantu manusia membuat perbedaan baik dalam visual. Misalnya, seorang pecinta mobil yang mengalami kerusakan gyrus fusiform akan kehilangan kemampuan untuk membedakan jenis mobil. Demikian juga, prosopagnosia tidak dapat membedakan wajah yang berbeda.
