Halo gan..
Ente semua udah tau belum marak berita di media bahwa dua supporter asal malang tewas akibat dikeroyok oknum supporter lain, atau ente semua udah tau tapi gk peduli karena paradigm suporter bola indo yang terkenal kampungan, suka rusuh sedjak jaman nabi nuh masih galau bikin konsep untuk bahtera nya

Jadi, kejadiannya Sabtu, 19 Desember kemarin silahkan gugling

eace
Ane cuma mo bilang bahwa gak semua kek gitu, banyak kok "supporter" fanatik loyal tapi tetap menjunjung tinggi sempak nya, eh maksudnya menjunjung tinggi sportifitasnya

Supporter kan gk harus berangkat ke stadion bawa motor bonceng tiga gak pake helm pake clana gemes make up tebal di wajahnya tapi leher masih item, ehhh..
Yang pasti apapun bentuk dukungan terhadap tim kebanggaannya mreka tetep supporter...
Contoh, ditengah carut marutnya sepak bola indo siapa yang masih tetap setia mendukung tim nya??ya suporter, bahkan ketika tim nya ditinggal banyak pemain pilar maupun krisis finansial, harga tiket melambung tinggi karna ulah calo bangkeeee, mereka yang bangga dengan jati diri supporternya tetap setia mendukung dengan sepenuh isi dompetnya, setuju anak - anak?
Oleh karena itu pada kesempatan yang penuh khidmat ini bapak cuma pengen kalian meluangkan waktu coli sejenak untuk membaca, meresapi dan menelaah sepucuk surat curhatan yang ditulis oleh Nunna Estha kepada Ibu Walikota Surabaya
Berikut link nya :
Link Terlampir
Yang cuma mau baca suratnya tanpa ikut berpartisipasi ane copas aja kesini silahkan dibaca, dipelajari karena besok UTS
Quote:
Nyawa Saudaraku Lebih Mahal Daripada Predikat Supporter Terbaik.
oleh : Nunna Estha
Kepada Yth.
Ibu kami, Nyonya Tri Rismaharini.
Ibu, saat ini kami warga Malang Raya sedang menguraikan air mata kami. Bagaimana tidak? Hati kami seperti tersayat pisau yang sangat tajam dikarenakan 2 saudara yang kami sayangi pergi meninggalkan kami pada tanggal 19/12/2015 dengan kondisi yang sangat mengenaskan.
Berawal dari sebuah hiburan yang kami harapkan bisa menjadi tawa dan penghilang penat yaitu menjadi suporter laga persepakbolaan tanah air. Kami dengan nama Aremania dan anak-anak anda dengan nama besar Bonekmania. Perselisihan demi perselisihan pun terjadi hingga menjadi tragedi pertarungan antar suporter.
Ibundaku tercinta, hari ini kami merasa lelah untuk selalu berselisih dengan anak-anakmu. Pada laga besar Piala Jenderal Sudirman, kita di pertemukan dalam sebuah pertandingan dimana kami Aremania harus berangkat untuk mendukung tim kesayangan kami Arema Cronus serta Bonekmania pun harus melangkah demi mendukung tim kebanggaan mereka. Kami para Aremania yang mulai lelah dengan ini semua mulai mengangkat tangan kami untuk menjahit kain selembar demi selembar selama beberapa bulan untuk membuat bendera indonesia terbesar sedunia yang kami harap bisa menjadi suatu media untuk pemersatu suporter se indonesia. Dan akan kami kibarkan ketika bertatap muka bersama anak-anak anda Bonekmania. Kami berharap niat tulus kami sampai pada hati anak-anak anda.
Tapi apalah daya, semua terjadi begitu saja. Tak sesuai yang kita harapkan. Karena pada hari ini tanggal 19/12/2015 saudara kami yang berangkat untuk menyampaikan niat baik kami telah ada yang gugur. Pada perjalanan menuju lokasi para Bonekmania memberikan hadiah tinju, tongkat besi dan Batu-batuan untuk saudara kami. Satu bis saudara kami mendapat hadiah dari anak-anak anda yang sebanyak 4 truk terbuka. Miris dan sakit hati kami yang tak mampu berbuat apa-apa. Ketika beberapa saudara kami ada yang berhenti untuk makan dan menunaikan shalat shubuh di tarik dari sebuah bis dan di hujani pukulan, hingga salah satunya MATI mengenaskan. Dan saudara kami di tempat lain pun yang membawa mobil 1 di temukan MATI di tangan anak-anak anda. Jika sudah begini, bila ada saudara kami yang lain marah apakah salah? atau siapa yang perlu dipersalahkan?
Ibu, Ibu, Ibu, Kau ibuku hati saya teramat sakit pada siapa saya harus mengadu? Kalau tidak padamu ibu. Tapi dalam sakitnya hati ini terselip satu pertanyaan saja padamu.
Dulu saat taman kota mu di injak-injak oleh anakmu sehingga bunga-bunga kesayangan mu MATI kau teramat murka. Saat ini anak-anakmu telah menginjak-injak kepala saudara-saudara ku hingga mereka MATI, KEMANA murkamu? Apakah bunga-bungamu lebih berharga dari mereka para saudaraku?
Demikianlah surat ini saya buat untukmu ibu. Dan terimakasih atas seluruh perhatianmu.
Dari anakmu juga di Malang raya.
Salam Aremania Sasaji.
Salam Damai Saudara, dan Salam Kangen untuk belahan jiwa yang entah kau dimana
