- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengendalikan Egoisme


TS
ristabethesda
Mengendalikan Egoisme
Orang yang bernilai tidak akan lahir dari mudahnya kehidupan. Mereka lahir dari tempaan likunya jalan. Kerja keras dan tidak menyerah menghadapi apapun. Senantiasa bersyukur dan bersabar di setiap keadaan.
Fitrah kehidupan ini mendaki, terjal, dan berbahaya. Karena itulah, sedikit manusia yang mampu melewatinya. Sebagian besar dari mereka mungkin menyerah dan terjatuh di tengah jalan, atau bahkan lebih memilih untuk tidak berjalan. Hal-hal baru akan selalu kita temui di kehidupan ini. Semuanya menuntut kesabaran dan kebijaksanaan. Kunci kebijaksanaan adalah mampu mengendalikan ego. Karena, sejak kecil manusia sudah ditakdirkan egois, selalu merengek untuk mendapatkan apa yang diminta, egois dengan perasaan untuk selalu dicintai, merasa paling ini dan paling itu. Membuat hati ini terpenjara dengan perasaan dan pikiran sendiri.
Egoisme adalah eksklusifitas atas diri sendiri. Ia meniadakan peran orang lain, alam, dan Tuhan. Padahal kehidupan yang baik adalah kehidupan yang ramai dengan interaksi, sedang egoisme menyendirikan manusia dalam kehidupan. Ia meniadakan manusia lainya, hanya ada aku, aku, dan aku.
Setiap keinginan tidak akan selalu bertemu dengan realita. Tidak setiap doa terkabul. Masih ada orang lain yang mungkin lebih berhak mendapatkan atas apa yang kita inginkan. Hidup ini tidak sendiri, kita butuh orang lain. Seandainya semua manusia egois maka tidak akan ada masyarakat, bangsa, negara. Karena bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada hakikatnya adalah merasa sadar bahwa manusia harus bekerja sama dan saling menghormati untuk kebaikan bersama.
Jika egoisme yang kita gunakan maka setiap permasalahan tidak akan selesai. Ada banyak pikiran, pendapat, dan keinginan. Namun, mengalah bukan berarti kalah. Mengikuti pikiran, pendapat, dan keinginan orang lain bukan berarti menurunkan derajat, tapi secara sadar mengerti bahwa pikiran, pendapat, dan keinginan orang lain memang lebih baik untuk kemaslahatan bersama.
Di universitas kehidupan ini tidak ada juara 1, 2, atau 3. Setiap manusia akan saling melengkapi dengan sempurna. Pengusaha butuh dokter. Dokter juga butuh barang hasil usaha. Anggapan bahwa satu profesi lebih tinggi dari yang lain adalah bentuk egoisme tahta dan materi. Mereka merasa lebih tinggi dari manusia lainnya.
Saling menghormati adalah pilihan terbaik. Kalaupun kita tidak bisa menerima kondisi orang lain, maka lebih baik kita menghindar dengan cara yang baik. Egoisme adalah ciri ketidakdewasaan. Lapangkan dada dengan menurunkan ego. Oleh karena itu, kita harus belajar untuk lebih banyak mendengar daripada berbicara.
Sumber: www.amovart.com
Fitrah kehidupan ini mendaki, terjal, dan berbahaya. Karena itulah, sedikit manusia yang mampu melewatinya. Sebagian besar dari mereka mungkin menyerah dan terjatuh di tengah jalan, atau bahkan lebih memilih untuk tidak berjalan. Hal-hal baru akan selalu kita temui di kehidupan ini. Semuanya menuntut kesabaran dan kebijaksanaan. Kunci kebijaksanaan adalah mampu mengendalikan ego. Karena, sejak kecil manusia sudah ditakdirkan egois, selalu merengek untuk mendapatkan apa yang diminta, egois dengan perasaan untuk selalu dicintai, merasa paling ini dan paling itu. Membuat hati ini terpenjara dengan perasaan dan pikiran sendiri.
Egoisme adalah eksklusifitas atas diri sendiri. Ia meniadakan peran orang lain, alam, dan Tuhan. Padahal kehidupan yang baik adalah kehidupan yang ramai dengan interaksi, sedang egoisme menyendirikan manusia dalam kehidupan. Ia meniadakan manusia lainya, hanya ada aku, aku, dan aku.
Setiap keinginan tidak akan selalu bertemu dengan realita. Tidak setiap doa terkabul. Masih ada orang lain yang mungkin lebih berhak mendapatkan atas apa yang kita inginkan. Hidup ini tidak sendiri, kita butuh orang lain. Seandainya semua manusia egois maka tidak akan ada masyarakat, bangsa, negara. Karena bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada hakikatnya adalah merasa sadar bahwa manusia harus bekerja sama dan saling menghormati untuk kebaikan bersama.
Jika egoisme yang kita gunakan maka setiap permasalahan tidak akan selesai. Ada banyak pikiran, pendapat, dan keinginan. Namun, mengalah bukan berarti kalah. Mengikuti pikiran, pendapat, dan keinginan orang lain bukan berarti menurunkan derajat, tapi secara sadar mengerti bahwa pikiran, pendapat, dan keinginan orang lain memang lebih baik untuk kemaslahatan bersama.
Di universitas kehidupan ini tidak ada juara 1, 2, atau 3. Setiap manusia akan saling melengkapi dengan sempurna. Pengusaha butuh dokter. Dokter juga butuh barang hasil usaha. Anggapan bahwa satu profesi lebih tinggi dari yang lain adalah bentuk egoisme tahta dan materi. Mereka merasa lebih tinggi dari manusia lainnya.
Saling menghormati adalah pilihan terbaik. Kalaupun kita tidak bisa menerima kondisi orang lain, maka lebih baik kita menghindar dengan cara yang baik. Egoisme adalah ciri ketidakdewasaan. Lapangkan dada dengan menurunkan ego. Oleh karena itu, kita harus belajar untuk lebih banyak mendengar daripada berbicara.
Sumber: www.amovart.com
0
2.5K
39


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan