- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Jokowi santap siang bersama Go-Jek, Metromini, dan Kopaja di Istana Negara


TS
infonitascom
Jokowi santap siang bersama Go-Jek, Metromini, dan Kopaja di Istana Negara

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima sejumlah sopir ojek, Go-Jek, Metromini dan Kopaja di Istana Negara, Selasa (1/9/2015) untuk santap siang bersama. Mereka menggunakan kesempatan itu untuk curhat kepada Jokowi.
Salah seorang sopir ojek pangkalan bernama Sanuri mengeluhkan kondisi di lapangan. Daerah operasional Sanuri sebagai sopir ojek menjadi terbatas ketika Jalan MH Thamrin dan Jalan Medan Merdeka tidak boleh lagi sepeda motor melintas pada pagi hingga malam hari.
Apalagi, sekarang ini Sanuri harus bersaing dengan Go-Jek. Sanuri biasa mangkal di Cempaka Putih Barat-Kompleks Setneg, Jakarta Pusat.
"Apalagi sekarang ada saingan Go-Jek, biasanya dapat Rp 100 ribu sekarang Rp 30 ribu. Sekolah anak enggak cukup, KJP enggak dapat," keluh Sanuri.
Jokowi lantas menenangkan Sanuri. Bahwa semua orang yang mencari nafkah haruslah saling mengerti satu sama lain. Para sopir Go-Jek juga tak perlu dihalang-halangi mencari nafkah. Toh semua juga sama-sama menafkahi keluarga.
"Jangan berantem loh, saya titip. Masa Go-Jek enggak boleh kerja? Kan sama-sama buat anak-istri. Hidup di mana pun itu persaingan," tutur Jokowi.
Sopir Go-Jek bernama Suryadi menanggapi soal keributan yang berulang kali dikabarkan terjadi antara sopir Go-Jek dan ojek pangkalan.
Menurut Suryadi, Go-Jek bekerja lewat aplikasi tanpa mengambil penumpang yang ojek pangkalan. Lagi pula, Go-Jek juga ingin mengajak para sopir ojek pangkalan bergabung. Namun, sopir Go-Jek malah diusir oleh ojek pangkalan.
"Sehari dapat berapa?" tanya Jokowi.
"Rp 300 sampai 400 ribulah, Alhamdulillah," unngkap Suryadi.
Lain lagi Sofyan. Sopir Kopamilet jurusan Kampung Melayu-Pasar Minggu ini mengeluhkan soal adanya pungutan liar (pungli). Itu sering dia temukan di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Bukan hanya pungli, tapi sikap oknum Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta juga disebutnya tak mengenakkan.
"Dishub arogan, Pak. Ngetem, nunggu penumpang, dipalangi, langsung diderek. Seharusnya ditilang saja, Pak. Kalau diderek (bisa keluar uang) Rp 500 ribu, Pak," ujar Sofyan bernada kesal.
Toha, salah satu sopir taksi mengeluhkan banyaknya taksi gelap berpelat nomor polisi hitam (mobil pribadi). Taksi-taksi gelap itu dicontohkannya sebagai taksi Uber. Memang, harga argo mereka murah dan sopirnya digaji bulanan. Dia ingin Jokowi memberi solusi.
"Saya bisa mendapat pengetahuan. Kalau saya mau keluarkan kebijakan, jadi tahu. Terima kasih Bapak-ibu semua," tanggap Jokowi.
Situs Berita Jabodetabek Terupdate
Mungkin Harus sering diadakan Ya untuk Curhat Langsung dengan Kepala Negara



0
1.7K
16


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan