- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Deretan Tokoh Indonesia yang "Berpulang" di Tahun 2015


TS
scarlet.needle
Deretan Tokoh Indonesia yang "Berpulang" di Tahun 2015

Quote:

Di Tahun 2015 ini ternyata ada banyak tokoh-tokoh yang berpulang meninggalkan kita. Mereka dikenal baik di kalngan seni, politik, olahraga, atau agama. Siapa saja para tokoh yang wafat ini? Cekidot:
Spoiler for :

1. Bob Sadino
Pengusaha nyentrik dan banyak memberi inspirasi, Bob Sadino, berpulang pada Senin (19/1/2015) ini dalam usia 81 tahun. Terlahir dengan nama Bambang Mustari Sadino pada 9 Maret 1933, Bob merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Saat orangtuanya meninggal, Bob mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan.
Bob sempat "terdampar" di Belanda selama lebih kurang 9 tahun dan bekerja di perusahaan pelayaran nasional Djakarta Lylod yang memiliki kantor di kota Amsterdam, Belanda, dan Hamburg, Jerman. Setelah itu, Bob keluar dari perusahaan dan memasuki bisnis sewa mobil. Mobil yang dia sewakan adalah Mercedes miliknya sendiri, dan dia sendiri yang menjadi sopirnya. Dalam perjalanannya, Bob mengalami kecelakaan dan mobil yang dia punyai pun rusak. Bob kemudian banting setir menjadi kuli bangunan dengan upah harian. Saat itu, dia juga mulai tertarik mengembangkan usaha peternakan ayam. Bob menjadi orang pertama yang mengenalkan ayam negeri beserta telurnya ke Indonesia. Seiring berjalannya waktu, telur ayam negeri mulai dikenal sehingga bisnis Bob semakin berkembang.
Usaha yang dijalankan semakin berkembang. Tak hanya berkutat dengan telur dan ayam, Bob Sadino juga memasuki bisnis sayuran dan penjualan makanan. Penampilan yang nyentrik menjadi ciri khas sehari-hari Bob Sadino. Bercelana pendek, dia dengan leluasa bepergian ke mana-mana. Dia juga cukup "laris" menjadi pembicara untuk memberi motivasi kepada pebisnis pemula.
Bob Sadino meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, pada pukul 17.55 WIB. Kesehatan Bob menurun sejak November 2014. Namun Zainal belum bisa memastikan penyakit apa yang diderita Bob sebelum wafat. Kondisi kesehatan Bob menurun sejak ditinggal sang istri, Soelami Soejoed, pada akhir Juli 2014. Sejak saat itu Bob mendapatkan makanan melalui infus, dan sempat dirawat di ruang gawat darurat.
Spoiler for :

2. Rinto Harahap
Penyanyi sekaligus pencipta lagu di era 80-an, Rinto Harahap, meninggal dunia di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, Senin, 9 Februari 2015 pukul 22.45 waktu setempat. Rinto meninggal di usia 65 tahun. Kondisi Rinto Harahap beberapa tahun terakhir memang sangat lemah. Dirinya sering keluar masuk rumah sakit. Dirinya mengidap beberapa komplikasi penyakit.
Sekadar diketahui semasa hidupnya, nama Rinto Harahap selalu harum di industri musik Tanah Air. Bersama sang kakak, Erwin Harahap, kemudian Charles Hutagalung dan Reynold Panggabean, mereka membuat grup band The Mercy's.
Tak cuma itu, dirinya juga membuat usaha rekaman bernama Lolypop bersama Erwin Harahap. Dirinya sempat memgang jabatan sebagai Yayasan Karya Cipta Indonesia dan kemudian digantikan Munif Bahasuan setelah terkena stroke.
Spoiler for :

3. Zainal Abidin Domba
Komedian senior, Zainal Abidin Domba saja meninggal dunia Senin (26/1/2015), pukul 16.45 WIB di Rumah Sakit Sentra Medika, Cisalak,Depok.
Aktor yang terkenal lewat perannya di PUTRI DUYUNG bersama Ayu Azhari ini menutup usia di umur 57 tahun. Zainal tak mampu melawan penyakit kanker Usus Stadium IV yang menggerogoti hidupnya selama kurang lebih setahun.
Spoiler for :

4. Alex Komang
Aktor Alex Komang menghembuskan nafas terakhir di RS dr Kariadi Semarang pada pukul 20.00, Jumat 13 Februari 2015. Almarhum meninggal karena serangan kanker hati.
Lahir di Jepara 17 September 1961, Alex merupakan salah satu aktor gaek di dunia perfilman nasional yang banyak belajar dari aktor dan tokoh teater Teguh Karya.
Beberapa film yang dibintanginya adalah Secangkir Kopi Pahit, Doea Tanda Mata dan Ca Bau Kan, Surat Kecil untuk Tuhan LaskR Pelangi dan True Love. Pernah pula membintangi sinetron Tirai Sutra.
Peraih penghargaan aktor terbaik Festival Film Indonesia 1987 ini dipercaya sebagai ketua Badan Perfilman Indonesia 2014-2017. Menikah dengan Nory, warga Malaysia dan dikaruniai seorang anak.
Spoiler for :

5. Olga Syahputra
Komedian dan presenter Olga Syahputra meninggal dunia di Rumah Sakit Mt. Elizabeth, Singapura, Jumat sore, 27 Maret 2015.
Olga yang diberitakan menderita meningitis mulai berobat di Singapura sejak November 2013, dan akhirnya dirawat sejak April 2014.
Spoiler for :

6. Mpok Nori
Komedian senior Nur Sarinuri, atau yang biasa akrab dipanggil Mpok Nori, meninggal di Rumah Sakit Pasar Rebo, Jakarta Timur, Jumat, 3 April 2015, sekitar pukul 07.40 WIB.
Mpok Nori lahir di Jakarta pada 10 Agustus 1930. Dia dikenal luas dengan gayanya yang lugas dan logat Betawi yang sangat kental. Mpok Nori mengawali karier dari pentas lenong Betawi dan mulai dikenal luas setelah ikut bermain dalam serial Pepesan Kosong.
Selain berakting, Mpok Nori juga memiliki sanggar seni sebagai sarana pendidikan. Dia dikenal sebagai tokoh pelawak Betawi yang aktif.
Spoiler for :

7. Pepeng
Dunia komedi Tanah Air kehilangan seniman seniornya. Ferrasta Soebardi atau lebih akrab disapa Pepeng Jari-jari meninggal dunia di RS Puri Cinere, Depok, Jawa Barat, Rabu (6/5/2015) sekitar pukul 10.02 WIB.
Pepeng sendiri lahir di Sumenep, Madura, pada 23 September 1954. Dia mengawali karir sebagai pelawak pada tahun 1978, setelah memenangkan Lomba Lawak Mahasiswa, sebagai juara pertama.
Setelah memenangkan lomba, dia membentuk grup lawak bernama Banana Joke bersama Nana Krip dan Krisna Purwana. Selain itu, dia juga mempopulerkan grup bernama FKR 246, serta grup musik humor Gmselo.
Pepeng memang sudah cukup lama berjuang dengan penyakit multiple sclerosis, kurang lebih sepuluh tahun.
Spoiler for :
8. Didi Petet
Aktor senior Indonesia, Didi Widiatmoko yang dikenal luas dengan nama Didi Petet, mengembuskan nafas terakhir Jumat (15/5/15). Didi Petet merupakan salah satu aktor besar Indonesia. Memulai karir pada 1985 lewat film Semua Karena Ginah, aktor kelahiran 12 Juli 1956 itu telah menghasilkan banyak film dan salah satu peran yang paling melekat pada dirinya adalah tokoh Emon di film Catatan Si Boy.
Didi Petet meninggal dunia Jumat (15/5/2015) sekitar pukul 05.30 WIB dalam keadaan tidur di kamar. Meninggalnya Didi Petet cukup mengejutkan karena almarhum terakhir tidak tengah menderita penyakit serius.
Spoiler for :

9. Suharno
Pelatih Arema Cronus, Suharno, meninggal dunia pada usia yang ke-55 tahun. Suharno meninggal dunia di Puskesmas Pakisaji, Kabupaten Malang, Rabu (19/8/2015) malam.
Suharno adalah sosok penting di Arema Cronus dan mempunyai keterikatan kuat dengan klub pujaan Aremania tersebut. Dia melatih Arema tiga kali dalam periode berbeda, yakni Ligina II, ISL 2011-2012 dan ISL 2014. Catatan terbaik di kompetisi reguler bersama Arema adalah semifinal ISL 2014.
Namun Suharno juga mengoleksi banyak trofi turnamen bersama Singo Edan, sebut saja Inter Island Cup 2014 , SCM Cup 2015, Bali Island Cup 2015, serta yang terakhir adalah Sunrise of Java Cup 2015. Kemenangan terakhir bersama Arema adalah mengalahkan Persib Bandung di laga seremoni ulang tahun Arema ke-28 pada 11 Agustus lalu.
Spoiler for :

10. Adnan Buyung Nasution
Pengacara senior Adnan Buyung Nasution meninggal dunia sekitar pukul 10.15 WIB di ICCU Rumah sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan. Mantan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu sebelumnya mengalami gangguan jantung dan ginjal sehingga mesti menjalani perawatan.
Adnan Buyung Nasution, yang dilahirkan di Jakarta, 20 Juli 1934, merupakan salah-seorang pengacara senior paling dikenal di Indonesia. Buyung yang kerap dipanggil "Abang" juga dikenal sebagai aktivis dan ikut mendirikan Lembaga Bantuan Hukum (LBH).
Pada tahun 2007-2009, Adnan Buyung menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (watimpres) bagian Hukum di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Dikenal pula sebagai advokat "penuh warna", pria berambut perak ini lantang membela kaum minoritas tertindas seperti kelompok Ahmadiyah saat menjabat anggota watimpres, namun di sisi lain dia memicu kontroversi karena menjadi pengacara tersangka korupsi Anas Urbaningrum dan Gayus Tambunan.
Pilihannya mendampingi Jenderal (purnawirawan) Wiranto terkait kasus dugaan pelanggaran HAM di Timor Timur pada tahun 2000 juga sempat dipertanyakan para pegiat HAM.
Di masa Presiden Suharto berkuasa, Buyung dikenal sering membela para korban pelanggaran HAM. Buyung juga pernah diperkarakan dengan pasal contempt of court, "menghina pengadilan" saat tampil sebagai pembela HR Dharsono dalam kasus Tanjung Priok 1984. Lepas dari berbagai kontroversinya, pengacara flamboyan Adnan Buyung Nasution adalah sahabat dan guru bagi para aktivis pembela HAM dan demokrasi Indonesia.
Spoiler for :

11. Lutfiah Sungkar
USTADZAH Lutfiah menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Tarakan, Tomang, Jakarta Barat, sekitar pukul 10.00 WIB, Rabu (21/10).
Diceritakan anak bungsunya, Novel, wanita yang menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 68 tahun itu meninggal akibat penyakit kanker yang sudah sekitar 2 tahun dideritanya.
Sejak sekitar 2 tahun terakhir, Lutfiah memang rutin memeriksakan kondisi kesehatannya ke dokter. Kondisinya mulai kritis terhitung 3 minggu terakhir hingga harus dirawat intersif di rumah sakit
Spoiler for :

12. Ali Wardhana
Menteri Keuangan era Orde Baru, Ali Wardhana, tutup usia pada Senin (14/9/2015) pukul 15.30 WIB dalam usia 87 tahun. Ali pernah menjabat sebagai menteri keuangan selama 15 tahun (1968-1983).
Ali Wardhana lahir di Solo, Jawa Tengah, pada 6 Mei 1928. Ia dikaruniai empat anak. Istri Ali, Rendasih Ali Wardhana binti Sulaeman Sukantabrata atau Renny, meninggal di Jakarta pada 8 September 2000.
Selain menjabat sebagai Menteri Keuangan, Ali juga pernah menjabat sebagai Menteri Ekonomi, Industri, dan Pengawasan Pembangunan (1983-1988). Ia adalah salah satu sosok yang didengar sebagai penasihat ekonomi Soeharto. Ali pernah meyakinkan Soeharto untuk menutup bea dan cukai pada 1985 dengan alasan biaya tinggi di pelabuhan. Penutupan bea dan cukai diharapkan dapat melancarkan arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Ali, bersama menteri keuangan kala itu, Radius Prawiro, juga pernah melakukan kebijakan mendevaluasi nilai rupiah terhadap dollar AS hingga 45 persen. Nilai tukar rupiah yang kala itu Rp 1.134 melemah menjadi Rp 1.644 per dollar AS.
Belum lama ini, gagasan-gagasan Ali Wardhana yang disunting oleh mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, dibukukan dan diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas. Buku berjudul A Tribute to Ali Wardhana itu berisi 15 pidato di forum Bank Dunia dan IMF, empat makalah yang pernah ditulis, dan pandangan dari 16 kolega Ali. Buku tersebut akan dipamerkan pada Pameran Buku Frankfurt, Jerman, 7-11 Oktober 2015.
Banyak pemikiran Ali Wardhana yang relevan terhadap persoalan ekonomi terkini. Dalam makalah berjudul "Penyesuaian Struktur di Indonesia: Ekspor dan Ekonomi Biaya Tinggi", Ali telah memitigasi sejumlah persoalan di bidang ekspor. Saat itu, dunia mengenal Indonesia sebagai negara yang menikmati keuntungan besar sebagai pengekspor bahan mentah. Namun, Ali telah mengingatkan bahwa hal itu tidak bisa diandalkan karena tidak akan berkelanjutan. Oleh karena itu, Ali menegaskan pentingnya diversifikasi ekspor. Sektor dikembangkan dan harus beragam. Paling tidak, yang potensial adalah pertanian dan manufaktur.
Spoiler for :

13. Pak Raden
Drs. Raden Soejadi Sabekti Wirjokoesoemo atau lebih dikenal dengan nama Pak Raden meninggal dunia dalam usia 82 tahun di Rumah Sakit Pelni, Petamburan, Jakarta Barat, Jumat (30/10/2015), pukul 22.20 WIB.
Pak Raden dimusuhi anak-anak karena pelit. Yang menonton Si Unyil dulu tentu masih ingat bahwa Pak Raden bisa marah besar bila ada yang mencuri mangganya. Meski dimusuhi karena pelit, ia tetap menjadi teman main anak-anak, misalnya dalam latihan baris-berbaris.
Sepanjang hidupnya, jauh setelah Si Unyil tamat dan kalah populer oleh kartun Jepang, Suyadi tetap menghidupkan karakter Pak Raden. Ia tetap menjadi sahabat anak-anak dengan mendongeng ke sana-ke mari, menulis buku cerita anak dan dalam setiap kesempatan muncul dengan pakaian kebesaran Pak Raden: blangkon, beskap dan tongkat serta kumis hitam melintang.
Spoiler for :

14. Sartono
Sartono, 79 tahun, pencipta lagu Hymne Guru meninggal dunia, Ahad, 1 November 2015, sekitar pukul 12.50 WIB. Sartono mengembuskan napas terakhir saat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun, Jawa Timur, karena mengalami komplikasi di antaranya gejala stroke, sakit jantung, kencing manis, dan penyumbatan darah di otak.
Spoiler for :

15. Sri Paduka Pakualaman IX
Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Paduka Pakualaman IX meninggal dunia di RSUP Sardjito, Sabtu (21/11/2015) sekitar pukul 15.10 WIB. Pakualaman dirawat intensif di RSUP Sardjito sejak 16 November. Kerabat Puro Pakualaman Yogyakarta, KPH Kusumopharasto mengatakan, ada beberapa keluhan Sri Pakualam IX sebelum meninggal terutama di kagungan suku (bagian kaki). Karena sakit di kaki tersebut maka dia sering kontrol di RS, kemudian keluar lagi beberapa hari dan masuk RS lagi sampai opname.
Spoiler for :

16. Ade Juwita
Salah satu komedian kawakan, Ade Juwita meninggal dunia pada hari Jumat, 6 November 2015 sekitar jam 7 pagi. Ade Juwita memulai karir keartisannya melalui Lenong Rumpi yang sangat fenomenal. Ade Juwita ikut dalam Lenong Rumpi tahun 1991 dan 1992. Setelah cukup dikenal melalui Lenong Rumpi, nama Ade Juwita kemudian meroket tatkala menjadi pemain sinetron Si Manis Jembatan Ancol. Sikap Ade juwita yang kemayu memang masih jarang saat itu, wajar jika karirnya cukup bersinar.Selepas tahun 2000, wajah Ade Juwita memang tak terlalu banyak muncul di TV namu sesekali Ade Juwita main di Film bioskop bergenre horor seperti Dendam Arwah Bintaro, dll.
Spoiler for :

17. Misye Arsita
ARTIS senior Misye Arsita meninggal dunia di RSUD Gambiran, Kediri, pukul 03.00 (5/11/2015) di usia 51 tahun. Ibu dua anak yang ngetop setelah bermain serial komedi Jin dan Jun itu mengidap penyakit kelenjar TB dan infeksi paru-paru.
Spoiler for :

18. KH Slamet Effendy Yusuf
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Slamet Effendy Yusuf meninggal dunia pada Rabu (2/12/2015) malam sekitar pukul 23.00 WIB di Bandung, Jawa Barat.
Slamet meninggal dunia dalam usia 67 tahun. KH Slamet Effendi Yusuf sebelumnya pernah lama berkecimpung di dunia politik sebagai kader dan pengurus Partai Golkar. Dia pernah menjabat Ketua MPR-RI periode 1988-1993 dan anggota DPR-RI periode 1992-2009 dari Partai Golkar. Selain itu, Slamet juga pernah menjabat sebagai Ketua DPP Partai Golkar dan sempat menjabat Ketua PBNU periode 2010-2015 dan Ketua MUI pada periode 2009-2014.
Semoga arwahnya diterima disisi Tuhan YME

Quote:
KASKUSER YANG BAIK MENINGGALKAN KOMEN YANG BAIK, LEBIH BAIK LAGI DI RATE, DAN PALING BAIK MEMBERI CENDOL






Diubah oleh scarlet.needle 18-12-2015 10:11
0
3.5K
Kutip
32
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan