Kala kita bermain dengan si kucing, pasti kita selalu merasakan kesenangan dan kebahagiaan yang tiada tara, dan begitu pula si kucing. Disaat kita mengelusnya dengan penuh kasih sayang, si kucing akan mendengkur tanda ia merasa senang dan nyaman dengan kita. Disaat kita mengajaknya bermain dengan cat toys yang telah kita belikan, ia akan menjadi atraktif dan sangat lincah. Disaat kita memberikannya makan, ia akan mendekati kita setelah ia selesai makan tanda ia berterima kasih kepada kita. Mungkin bagi kita hal-hal tadi membuat kita semakin merasa sayang dan mengerti perasaan si kucing disaat ia sedang lapar, kesepian atau sedang sedih. Namun sebagai pemeliharanya, apakah kucing kita dapat mengerti dan mengetahui perasaan kita juga? Apa mungkin kucing kita yang terkadang terlihat pasif bisa tahu dengan apa yang sedang kita rasakan jika sedang di dekatnya atau disaat kita sedang kesepian? Kali ini ane akan membahas perihal tersebut, jadi disimak terus ya artikel kali ini!

Benarkah si kucing dapat mengerti perasaan kita?

Dalam dunia maya, khususnya pada dunia internet ini kata “kucing” dapat dimasukan dalam daftar trending topic bukan? Pembahasan tentang kucing pun sangatlah bermacam-macam di internet, ada yang membahas tentang kucing-kucing yang terkenal, berita terkini tentang si kucing dan berbagai kabar lainnya. Namun, sebagai ‘saingan’ dari anjing, kucing selalu diperbandingkan juga dengan anjing, terutama dalam hal kesetiaan dan perhatiannya kepada si pemelihara. Seperti yang kita tahu, anjing dalam film, dokumentasi atau foto selalu saja digambarkan sebagai hewan yang sangat dekat dengan manusia akan tetapi kucing selalu digambarkan sebagai hewan yang sangat pemalas dan bahkan terkadang antagonis dalam film. Seperti dalam film Cinderella ada seekor kucing yang sangat egois dan jahat kepada Cinderella atau dalam film Garfield terlihat interpretasi seekor kucing exotic shorthair yang egois dan selalu saja menyulitkan pemeliharanya.

Kucing dapat membaca suasana hati kita hanya dengan melihat ekspresi wajah kita!

Tapi ternyata kucing-kucing yang ada di dalam film tersebut sangat bertolak belakang dengan hasil penelitian Moriah Galvan dan Jennifer Vonk yang merupakan seorang mahasiswa/i dari Oakland University, Rochester, Michigan-Amerika serikat. Mereka menyatakan bahwasannya kucing peliharaan kita dapat sangat-sangat memperhatikan dan peduli terhadap kita melebihi perhatian dan kepedulian yang kita berikan kepada mereka, dan penelitian dari Moriah dan Jennifer ini membuktikan pula bahwasannya kucing sangat sensitif terhadap gesture dan emosi dari manusianya. Mereka melakukan penelitian tersebut dengan 12 kucing dan pemeliharanya, disini Moriah dan Jennifer menyadari bahwasannya kucing-kucing yang telah dekat dengan pemeliharanya akan beda perilakunya disaat si pemelihara sedang tersenyum dibanding saat si pemelihara sedang cemberut. Hebat bukan?

Kucing juga dapat membaca mood pemeliharanya hanya dengan melihat gesture dari pemeliharanya.

Disaat dihadapkan dengan raut wajah yang tersenyum dari si pemelihara, si kucing pasti secara signifikan akan ikut merasa senang juga dan selalu berperilaku positif seperti misalnya mendengkur didekat kita, mengelus kepalanya ke dengkul kita atau duduk di pangkuan si pemelihara. Sebenarnya si kucing juga akan lebih senang untuk menghabiskan waktunya untuk terus berada didekat kita disaat kita sedang merasa senang dan terus tersenyum dibandingkan disaat kita sebagai pemelihara sedang merasa gusar, gundah dan tidak merasa nyaman dengan keadaan sekitar. Nyatanya jika kita memancarkan aura negatif, si kucing pun akan menolak dan sebisa mungkin untuk menjauh daripada kita. Akan tetapi pada studi penelitiannya Moriah dan Jennifer juga menghadapkan 12 kucing tadi dengan orang asing yang sebelumnya tidak pernah ada di lingkungan mereka dan berada jauh dari pemeliharanya. Pada setup ini, mereka (para kucing) tetap berlaku positif seperti mendengkur, mengeluskan kepalanya dan sebagainya terlepas dari ekspresi orang asing tersebut sedang tersenyum ataupun cemberut. Lalu hasil dari percobaan tersebut membuahkan 2 perkiraan yakni: kucing dapat membaca ekspresi wajah manusia dan mereka terus mengasah kemampuan ini dari waktu ke waktu.

Kucing dapat menjadi sahabat baik kita apabila kita juga memahami mereka

Kita mungkin juga telah tahu sedikit banyak perihal anjing merupakan hewan yang berkemampuan baik dalam membaca ekspresi wajah manusia. Tetapi, ini merupakan pembuktian yang sangat mencengangkan dan pertama kalinya bahwasannya kucing juga memiliki kemampuan yang sama baiknya dengan anjing dalam membaca ekspresi wajah manusia. Sebelum ini, ada studi yang dilakukan untuk menggali kemampuan si kucing dalam membaca ekspresi emosional manusia dan ter-published pada bulan januari 2015, akan tetapi hasilnya masih sangat ambigu sehingga tidak ada kesimpulan yang koknkret dan empiris menyangkut penelitian tersebut. Lalu, Moriah dan Jennifer disini meneliti hal yang sama terhadap si kucing dan menyatakan bahwasannya kucing memiliki kemampuan juga dalam memahami ekspresi emosional manusia adalah benar adanya. Disini bukan berarti si kucing memiliki empati terhadap manusianya. Akan tetapi lebih kepada si kucing telah belajar dengan sendirinya bahwa disaat senyuman tertoreh pada wajah pemeliharanya akan ada hal yang datang, yakni si kucing akan terus dimanja dan disayang pada saat manusianya sedang dalam perasaan senang. Lalu, bagaimana jika si kucing terkadang sulit untuk membaca dan mengerti mood kita? Tenang saja catlovers! Studi dari Moriah dan Jennifer juga menyebutkan bahwasannya si kucing juga dapat menangkap dan membaca suasana hati kita melalui gesture kita. Wow!

Bahkan kucing siap menemani kita disaat masa tua kita telah menjelang

“Orang-orang terus mencari tahu apakah kucing benar-benar dapat mengerti dan memperhatikan si pemeliharanya sebagaimana pemeliharanya mengerti dan memahami mereka” tukas Jennifer. “Namun, hasil studi kita menunjukan bahwa sepertinya para kucing tidak memperdulikan para pemeliharanya yang terus mencari tahu apakah mereka (para kucing) memperhatikan pemeliharanya”. Mungkin memang memakan waktu cukup lama untuk mempelajar dan mencari tahu kecerdasan emosional si kucing karena respon para kucing rata-rata tidak begitu terlihat secara jelas. Seperti halnya disaat si kucing berlaku ‘positif’ layaknya mendengkur di dekat kita atau mengeluskan badannya kepada kita. Dalam studinya, Moriah dan Jennifer juga melihat bahwa posisi tubuh si kucing seperti disaat mereka menggerakan telinga dan juga ekornya yang bergerak kesana kemari merupakan hal yang berkaitan dengan kepuasan diri si kucing itu sendiri.

Manusia + Kucing = Best Friend Forever!

So, sepertinya masih terlalu dini ya catlovers untuk menyimpulkan apakah si kucing benar-benar dapat mengerti, memahami dan memperdulikan diri kita sebagai pemeliharanya. Mungkin kita merasa si kucing sangat bersahabat apabila mereka mendengkur dan mengeluskan kepalanya kepada kita, namun itu juga tidak berarti bahwa si kucing sedang merasa kesal terhadap kita apabila mereka menjauh dari kita. Kembali lagi kepada jati diri si kucing sejak dulu sebagai hewan yang sangat soliter. Berbeda dengan anjing yang memiliki gen lurus dengan serigala yang selalu berkelompok, mungkin mereka sudah terbiasa dengan keramaian dan saling memahami satu sama lain. Tapi bukan berarti si kucing merupakan hewan yang tidak dapat diajak berinteraksi, dengan kita terus berada disampingnya untuk mengajaknya bermain dan memberikan kasih sayang yang cukup, kami yakin bahwasannya si kucing juga akan membalah kasih sayang catlovers kepada catlovers sendiri. Kesimpulannya adalah teruslah sayangi kucing catlovers sebagaimana catlovers menyayangi diri catlovers sendiri, kami yakin si kucing juga pasti akan melakukan yang terbaik hanya untuk catlovers yang memeliharanya dengan baik!