Tolak Aliansi Militer Islam, Indonesia Hanya Mau Gabung di Bawah PBB
TS
teoribabon
Tolak Aliansi Militer Islam, Indonesia Hanya Mau Gabung di Bawah PBB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Arab Saudi menggagas Aliansi Militer Islam untuk menghentikan gerakan teroris. Aliansi militer terdiri dari 34 negara, termasuk negara Teluk, kawasan Afrika dan Asia.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan, Indonesia hanya akan mengikuti aliansi militer di bawah kepemimpinan PBB. Lagipula, tambahnya, negara-negara yang bergabung dengan aliansi militer pimpinan Arab adalah negara yang di luar arus utama.
Menurut Arrmanatha, keikutsertaan Malaysia dalam aliansi juga perlu diklarifikasi. Ia menegaskan bahwa modalitas dan Term of Reference Saudi tidak pernah disampaikan.
"Sebelumnya bu Menteri mengatakan bahwa Indonesia juga memiliki Center untuk lawan terorisme," kata Tata.
Tata juga mengatakan, bergabung dengan koalisi militer internasional tidak sejalan dengan Undang-Undang.
Baca juga, 34 Negara Bentuk Aliansi Militer Islam, Nama Indonesia tak Ada.
Seperti dikutip RT ke-34 yang ikut dalam aliansi di antaranya, Arab Saudi, Yordania, Uni Emirat Arab, Pakistan, Bahrain, Bangladesh, Benin, Turki, Chad, Togo, Tunisia, Djibouti, Senegal, Sudan, Sierra Leone, Somalia, Gabon, Guinea, Palestina, Republik Federal Islam COmoro, Qatar, Cote d’Ivoire, Kuwait, Lebanon, dan Libya.
Kemudian disusul Maladewa, Mali, Malaysia, Mesir, Maroko, Mauritania, Niger, Nigeria serta Yemen. Namun, di dalam daftar nama tersebut tidak terdapat Indonesia yang merupakan negara mayoritas Islam terbesar.
"Negara-negara yang disebutkanya telah memutuskan untuk membentuk aliansi militer yang dipimpin oleh Saudi guna memerangi terorisme. Markas operasi gabungan ini akan berbasis di Riyadh untuk mengkoordinasi serangan," ujar kantor berita Saudi SPA dalam pernyataannya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Hubungan Luar Negeri dan Timur Tengah, Teuku Rezasyah menyambut baik ketidakikutsertaan Indonesia dalam Aliansi Militer pimpinan Arab Saudi, Selasa (15/12). Aliansi militer pimpinan Saudi yang diumumkan hari ini beranggotakan 34 negara dan bertujuan mengatasi terorisme.
"Bagus dong," kata Teuku pada Republika.co.id.
Menurutnya, cara pandang Saudi dan Indonesia dalam menangani terorisme sangat jauh berbeda. Arab Saudi memilih cara perang sementara Indonesia memilih mengatasi akar masalah, seperti mengatasi kebodohan, ketidakberdayaan dan hal lain yang membatasi ekspresi. Salah satu caranya adalah pemberdayaan.
Teuku mengatakan cara Indonesia mengatasi terorisme dan ekstremisme sudah berada di jalur yang benar. "Tidak apa-apa kita tidak mendapat fasilitas pelatihan mereka, kita bisa mandiri," katanya.
Indonesia dinilai sebagai negara besar yang tidak perlu ikut dalam gerbong negara lain yang sudah ada pemimpinnya. "Jika kita ikut, kita jadi ekor mereka. Maka sekarang kita simpati saja, saat ini energi kita fokuskan di dalam negeri," kata dosen Hubungan Internasional Universitas Indonesia ini.
Indonesia juga dinilainya bisa mengamankan diri sendiri. Sehingga hal itu akan jadi nilai tambah bagi sekitar dan tidak perlu menginduk pada negara tertentu.
Pemerintah Arab Saudi menggagas Aliansi Militer Islam untuk menghentikan gerakan teroris. Aliansi militer terdiri dari 34 negara, termasuk negara Teluk, kawasan Afrika dan Asia. Indonesia tak ikut karena dianggap bertentangan dengan Undang-Undang.
Baca juga, 34 Negara Bentuk Aliansi Militer Islam, Nama Indonesia tak Ada.
Seperti dikutip RT ke-34 yang ikut dalam aliansi di antaranya, Arab Saudi, Yordania, Uni Emirat Arab, Pakistan, Bahrain, Bangladesh, Benin, Turki, Chad, Togo, Tunisia, Djibouti, Senegal, Sudan, Sierra Leone, Somalia, Gabon, Guinea, Palestina, Republik Federal Islam COmoro, Qatar, Cote d’Ivoire, Kuwait, Lebanon, dan Libya.
Kemudian disusul Maladewa, Mali, Malaysia, Mesir, Maroko, Mauritania, Niger, Nigeria serta Yemen. Namun, di dalam daftar nama tersebut tidak terdapat Indonesia yang merupakan negara mayoritas Islam terbesar.
"Negara-negara yang disebutkanya telah memutuskan untuk membentuk aliansi militer yang dipimpin oleh Saudi guna memerangi terorisme. Markas operasi gabungan ini akan berbasis di Riyadh untuk mengkoordinasi serangan," ujar kantor berita Saudi SPA dalam pernyataannya.