- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Osteoartritis


TS
kurniadihusengo
Osteoartritis
Penelitian mengungkap bahwa sebanyak 85% orang yang sudah berusia 65 tahun menunjukkan gejala osteoartritis. Ketahui ciri-cirinya dan cara tepat mengatasinya.
Apakah lutut, pinggul, atau leher Anda terasa sangat nyeri kala berjalan? Bisa jadi, itu merupakan salah satu gejala khas radang sendi atau osteoartritis.
Sering kali, pasien osteoartritis datang dengan keluhan sakit lutut dan mengaku menderita rematik. Perlu diketahui bahwa yang dikeluhkan sebagai rematik sebenarnya sebagian besar adalah osteoartritis, ungkap Dr. Gede Kambayana, Sp.PD-KR, staf pengajar Divisi Reumatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar, Bali.
Lebih rinci Dr. Kambayana menjelaskan bahwa osteoartritis merupakan penyakit pada sendi sebagai akibat dari kerusakan pada tulang rawan sendi. Kerusakan itu terjadi akibat ketidakseimbangan antara proses kerusakan yang tidak mampu diperbaiki oleh tubuh.
Hal senada disampaikan oleh Dr. Bambang Setyohadi, Sp.PD-KR, staf pengajar Divisi Reumatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Osteoartritis terjadi karena degenerasi sendi yang mengenai tulang rawan sehingga sendi menjadi rusak. Jadi, kelainan utamanya terletak pada tulang rawan, jelas Dr. Bambang.
Menurut Dr. Bambang, sebagai penyakit nomor 2 terbanyak di indonesia, jumlah penderita osteoartritis memang meningkat. Sama halnya dengan jenis rematik lain, osteoartritis kerap terjadi pada usia di atas 40 tahun, dan lebih banyak menyerang perempuan dibanding laki-laki.
Kedua pakar ini menerangkan bahwa osteoartritis banyak menyerang sendi penopang berat badan, seperti lutut, panggul, dan tulang punggung. Tapi, penyakit ini juga bisa menyerang persendian lain, seperti leher, jari tangan, dan ibu jari kaki.
Memang, sendi lutut merupaka sendi yang paling sering jadi sasaran. Karena lutut merupakan organ penyangga berat badan, maka ia memiliki beban yang paling berat dan mudah mengalami trauma, ujar Dr. Kambayana.
Dibandingkan jenis rematik lain, radang sendi ini gambarannya relatif berbeda. Biasanya, osteoartritis terjadi pada sendi penopang berat badan. Radangnya relatif ringan dibandingkan bentuk artritis yang lain, ujar Dr. Bambang.
Pada pasien osteoartritis, sering kali nyeri terjadi pada salah satu bagian sendi, misalnya lutut kanan. Tetapi, ada juga yang satu-satu, atau yang satu lebih berat dari yang lain. Umumnya, nyeri terjadi pada kedua sisi tubuh, karena hakikatnya sendi penopang berat badan ada di dua bagian tubuh dan beban dibagi rata, lanjut Dr. Bambang.
Ciri khas osteoartritis yaitu terdengar suara ‘krek’ atau terjadi krepitasi saat menggerakkan sendi, seperti dari posisi jongkok ke posisi bangun, posisi naik tangga, atau menekuk sendi saat ibadah, papar Dr. Kambayana.
Ia lantas menjelaskan bahwa penyebab osteoartritis dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu primer dan sekunder. Penyebab primer adalah faktor gen atau keturunan, di mana osteoartritis menyerang sendi-sendi kecil, seperti jari tangan dan tulang punggung.
Sementara itu, penyebab sekunder antara lain karena beban berlebih pada sendi, seperti cedera, pekerjaan berat, kegemukan, dan adanya kelainan yang lebih dulu terjadi pada sendi tersebut, misalnya timbunan asam urat, infeksi sendi, kecelakaan, maupun kelainan pada sistem kekebalan tubuh.
Selain faktor genetik, gaya hidup dan penyakit metabolik disinyalir ikut andi menjadi pemicu. Ada banyak faktor risiko osteoartritis, seperti berat badan berlebih, penyakit metabolik seperti diabetes, juga kelainan pada tulang rawan. Biasanya yang terjadi pada tangan karena didominasi oleh faktor genetik, ujar Dr. Bambang.
Di samping faktor usia, trauma, faktor berat badan berlebih, menopause juga sangat berperan terhadap kejadian osteoartritis pada perempuan, tambah Dr. Kambayana.
Karena berhubungan erat dengan faktor usia, angka kejadiannya meningkat drastis seiring bertambahnya usia. Umumnya, usia lebi dari 70 tahun memiliki kelainan osteoartritis pada sendi, meski masih belum bergejala.
Jika menemukan gejala seperti nyeri sendi, bengkak, keterbatasan gerak pada sendi, serta terdengar krepitasi saat pergerakan sendi, segeralah memeriksakan diri ke dokter, ujar Dr. Kambayana.
Saat pasien memeriksakan diri ke dokter, pertama tentu akan dilakukan serangkaian pemeriksaan fisik dan rontgen pada sendi yang bersangkutan untuk menegakkan diagnosis. Setelah itu, dokter akan menilai derajat beratnya penyakit dari hasil rontgen tersebut, ujar Dr. Kambayana.
Pada derajat ringan, dokter akan meresepkan obat minum untuk anti peradangan dan anti nyeri, beserta suplemen pelumas sendi dan latihan fisik untuk melatih gerakan sendi. Pada derajat lebih berat, dokter akan memberikan tambahan berupa suntikan anti radang pada sendi, dapat disertai penyuntikan pelumas sendi untuk mengurangi gesekan dan penghancuran dalam sendi, jelas Dr. Kambayana.
Selain obat anti nyeri, osteoartritis bisa ditangani dengan fisioterapi. Tujuannya adalah untuk menguatkan otot paha dan otot betis. Dengan penguatan otot, diharapkan nyeri akan berkurang. Sementara itu, untuk mengatasi rasa sakit, diberikan obat pereda sakit, kata Dr. Bambang.
Kedua pakar ini menegaskan bahwa untuk osteoartritis yang telah menimbulkan kecacatan serta derajat nyeri pasien yang sudah sangat berat, tak ada cara lain selain melakukan operasi ganti sendi. Dalam prosedur tersebut, sendi pasien akan diganti dengan bahan buatan dari metal.
Tujuan operasi ganti sendi adalah menghilangkan sumber nyeri. Pasca operasi, pasien tetap harus melatih otot-ototnya agar bisa kembali berjalan normal, karena selama kesakitan, pasien tidak banyak bergerak sehingga peforma otot paha dan otot betis tentu menurun.
Kedua pakar ini tak menampik adanya sejumlah salah kapra di masyarakat seputar osteoartritis.
Misalnya, banyak yang menganggap semua penyakit rematik adalah karena asam urat. Padahal, asam urat hanya salah satu dari sekian banyak penyakit rematik. Semua penyakit yang menyerang sendi dan jaringan di sekitar sendi termasuk penyakit rematik, dan osteoartritis merupakan salah satu penyakit rematik yang paling sering dijumpai, jelas Dr. Kambayana.
Salah kapra lain terdapat pada istilah pengapuran. Pengapuran bukan berarti kebanyakan kapur. Pengapuran berarti kalau dirontgen, ada bagian tulang yang tumbuh tajam-tajam seperti taji ayam. Terapinya bisa saja dengan diberikan kalsium, tapi tidak ada pengaruhnya, kata Dr. Bambang.
Ini sama halnya seperti konsumsi susu yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan osteoartritis, karena dalam hal ini yang bermasalah adalah sendi, bukan tulang.
Yang berbahaya, keluhan nyeri sendi sering dianggap remeh dan diobati dengan jamu rematik atau obat herbal. Padahal, banyak jamu yang dicampur obat yang mengandung zat kimia berbahaya. Salah satu efek samping adalah menimbulkan masalah baru di lambung.
Jangan terus-menerus minum obat bebas atau jamu. Yang ada penyakitnya tidak sembuh, malah terjadi komplikasi efek samping obat. Ingat, obat bebas mungkin bisa menghilangkan nyeri, tapi penyakitnya tetap jalan terus, tegas Dr. Bambang.
Selain itu, tambah Dr. Kambayana, jika tidak mendapat penanganan yang benar, osteoartritis bisa menimbulkan kecacatan pada sendi. Kecacatan tersebut cenderung menetap dan menggangu penampilan serta aktivitas sehari-hari pasien.
Di samping menghindari jamu dan herbal, pengobatan lain seperti urut dan pijat juga tidak dianjurkan, karena bagi pasien osteoartritis, ini justru berpotensi menimbulkan cedera dan memperparah peradangan pada sendi yang sudah dalam kondisi radang.
Urut atau pijat mungkin menyamankan otot-otot pasien, tapi nyerinya tidak akan hilang. Apalagi kalau sudah berat, harus dioperasi. Jika pasien sudah sangat kesakitan dan tidak kunjung sembuh, ia harus ke dokter karena mungkin bukan hanya osteoartritis yang diderita, tapi juga penyakit rematik lain, tegas Dr. Bambang.
Yang penting diperhatikan adalah bagaimana mengendalikan faktor-faktor risiko yang memperberat, antara lain menjaga berat badan ideal, membatasi aktivitas yang berat, melakukan olahraga rutin, mengobati penyakit lain yang mendasari, sampai menghindari penggunaan toilet jongkok dan lebih memilih toilet duduk, pungkas Dr. Kambayana.
Sumber :
Dr. Gede Kambayana, Sp.PD-KR
Dr. Bambang Setyohadi, Sp.PD-KR
Apakah lutut, pinggul, atau leher Anda terasa sangat nyeri kala berjalan? Bisa jadi, itu merupakan salah satu gejala khas radang sendi atau osteoartritis.
Sering kali, pasien osteoartritis datang dengan keluhan sakit lutut dan mengaku menderita rematik. Perlu diketahui bahwa yang dikeluhkan sebagai rematik sebenarnya sebagian besar adalah osteoartritis, ungkap Dr. Gede Kambayana, Sp.PD-KR, staf pengajar Divisi Reumatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar, Bali.
Lebih rinci Dr. Kambayana menjelaskan bahwa osteoartritis merupakan penyakit pada sendi sebagai akibat dari kerusakan pada tulang rawan sendi. Kerusakan itu terjadi akibat ketidakseimbangan antara proses kerusakan yang tidak mampu diperbaiki oleh tubuh.
Hal senada disampaikan oleh Dr. Bambang Setyohadi, Sp.PD-KR, staf pengajar Divisi Reumatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Osteoartritis terjadi karena degenerasi sendi yang mengenai tulang rawan sehingga sendi menjadi rusak. Jadi, kelainan utamanya terletak pada tulang rawan, jelas Dr. Bambang.
Menurut Dr. Bambang, sebagai penyakit nomor 2 terbanyak di indonesia, jumlah penderita osteoartritis memang meningkat. Sama halnya dengan jenis rematik lain, osteoartritis kerap terjadi pada usia di atas 40 tahun, dan lebih banyak menyerang perempuan dibanding laki-laki.
Kedua pakar ini menerangkan bahwa osteoartritis banyak menyerang sendi penopang berat badan, seperti lutut, panggul, dan tulang punggung. Tapi, penyakit ini juga bisa menyerang persendian lain, seperti leher, jari tangan, dan ibu jari kaki.
Memang, sendi lutut merupaka sendi yang paling sering jadi sasaran. Karena lutut merupakan organ penyangga berat badan, maka ia memiliki beban yang paling berat dan mudah mengalami trauma, ujar Dr. Kambayana.
Dibandingkan jenis rematik lain, radang sendi ini gambarannya relatif berbeda. Biasanya, osteoartritis terjadi pada sendi penopang berat badan. Radangnya relatif ringan dibandingkan bentuk artritis yang lain, ujar Dr. Bambang.
Pada pasien osteoartritis, sering kali nyeri terjadi pada salah satu bagian sendi, misalnya lutut kanan. Tetapi, ada juga yang satu-satu, atau yang satu lebih berat dari yang lain. Umumnya, nyeri terjadi pada kedua sisi tubuh, karena hakikatnya sendi penopang berat badan ada di dua bagian tubuh dan beban dibagi rata, lanjut Dr. Bambang.
Ciri khas osteoartritis yaitu terdengar suara ‘krek’ atau terjadi krepitasi saat menggerakkan sendi, seperti dari posisi jongkok ke posisi bangun, posisi naik tangga, atau menekuk sendi saat ibadah, papar Dr. Kambayana.
Ia lantas menjelaskan bahwa penyebab osteoartritis dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu primer dan sekunder. Penyebab primer adalah faktor gen atau keturunan, di mana osteoartritis menyerang sendi-sendi kecil, seperti jari tangan dan tulang punggung.
Sementara itu, penyebab sekunder antara lain karena beban berlebih pada sendi, seperti cedera, pekerjaan berat, kegemukan, dan adanya kelainan yang lebih dulu terjadi pada sendi tersebut, misalnya timbunan asam urat, infeksi sendi, kecelakaan, maupun kelainan pada sistem kekebalan tubuh.
Selain faktor genetik, gaya hidup dan penyakit metabolik disinyalir ikut andi menjadi pemicu. Ada banyak faktor risiko osteoartritis, seperti berat badan berlebih, penyakit metabolik seperti diabetes, juga kelainan pada tulang rawan. Biasanya yang terjadi pada tangan karena didominasi oleh faktor genetik, ujar Dr. Bambang.
Di samping faktor usia, trauma, faktor berat badan berlebih, menopause juga sangat berperan terhadap kejadian osteoartritis pada perempuan, tambah Dr. Kambayana.
Karena berhubungan erat dengan faktor usia, angka kejadiannya meningkat drastis seiring bertambahnya usia. Umumnya, usia lebi dari 70 tahun memiliki kelainan osteoartritis pada sendi, meski masih belum bergejala.
Jika menemukan gejala seperti nyeri sendi, bengkak, keterbatasan gerak pada sendi, serta terdengar krepitasi saat pergerakan sendi, segeralah memeriksakan diri ke dokter, ujar Dr. Kambayana.
Saat pasien memeriksakan diri ke dokter, pertama tentu akan dilakukan serangkaian pemeriksaan fisik dan rontgen pada sendi yang bersangkutan untuk menegakkan diagnosis. Setelah itu, dokter akan menilai derajat beratnya penyakit dari hasil rontgen tersebut, ujar Dr. Kambayana.
Pada derajat ringan, dokter akan meresepkan obat minum untuk anti peradangan dan anti nyeri, beserta suplemen pelumas sendi dan latihan fisik untuk melatih gerakan sendi. Pada derajat lebih berat, dokter akan memberikan tambahan berupa suntikan anti radang pada sendi, dapat disertai penyuntikan pelumas sendi untuk mengurangi gesekan dan penghancuran dalam sendi, jelas Dr. Kambayana.
Selain obat anti nyeri, osteoartritis bisa ditangani dengan fisioterapi. Tujuannya adalah untuk menguatkan otot paha dan otot betis. Dengan penguatan otot, diharapkan nyeri akan berkurang. Sementara itu, untuk mengatasi rasa sakit, diberikan obat pereda sakit, kata Dr. Bambang.
Kedua pakar ini menegaskan bahwa untuk osteoartritis yang telah menimbulkan kecacatan serta derajat nyeri pasien yang sudah sangat berat, tak ada cara lain selain melakukan operasi ganti sendi. Dalam prosedur tersebut, sendi pasien akan diganti dengan bahan buatan dari metal.
Tujuan operasi ganti sendi adalah menghilangkan sumber nyeri. Pasca operasi, pasien tetap harus melatih otot-ototnya agar bisa kembali berjalan normal, karena selama kesakitan, pasien tidak banyak bergerak sehingga peforma otot paha dan otot betis tentu menurun.
Kedua pakar ini tak menampik adanya sejumlah salah kapra di masyarakat seputar osteoartritis.
Misalnya, banyak yang menganggap semua penyakit rematik adalah karena asam urat. Padahal, asam urat hanya salah satu dari sekian banyak penyakit rematik. Semua penyakit yang menyerang sendi dan jaringan di sekitar sendi termasuk penyakit rematik, dan osteoartritis merupakan salah satu penyakit rematik yang paling sering dijumpai, jelas Dr. Kambayana.
Salah kapra lain terdapat pada istilah pengapuran. Pengapuran bukan berarti kebanyakan kapur. Pengapuran berarti kalau dirontgen, ada bagian tulang yang tumbuh tajam-tajam seperti taji ayam. Terapinya bisa saja dengan diberikan kalsium, tapi tidak ada pengaruhnya, kata Dr. Bambang.
Ini sama halnya seperti konsumsi susu yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan osteoartritis, karena dalam hal ini yang bermasalah adalah sendi, bukan tulang.
Yang berbahaya, keluhan nyeri sendi sering dianggap remeh dan diobati dengan jamu rematik atau obat herbal. Padahal, banyak jamu yang dicampur obat yang mengandung zat kimia berbahaya. Salah satu efek samping adalah menimbulkan masalah baru di lambung.
Jangan terus-menerus minum obat bebas atau jamu. Yang ada penyakitnya tidak sembuh, malah terjadi komplikasi efek samping obat. Ingat, obat bebas mungkin bisa menghilangkan nyeri, tapi penyakitnya tetap jalan terus, tegas Dr. Bambang.
Selain itu, tambah Dr. Kambayana, jika tidak mendapat penanganan yang benar, osteoartritis bisa menimbulkan kecacatan pada sendi. Kecacatan tersebut cenderung menetap dan menggangu penampilan serta aktivitas sehari-hari pasien.
Di samping menghindari jamu dan herbal, pengobatan lain seperti urut dan pijat juga tidak dianjurkan, karena bagi pasien osteoartritis, ini justru berpotensi menimbulkan cedera dan memperparah peradangan pada sendi yang sudah dalam kondisi radang.
Urut atau pijat mungkin menyamankan otot-otot pasien, tapi nyerinya tidak akan hilang. Apalagi kalau sudah berat, harus dioperasi. Jika pasien sudah sangat kesakitan dan tidak kunjung sembuh, ia harus ke dokter karena mungkin bukan hanya osteoartritis yang diderita, tapi juga penyakit rematik lain, tegas Dr. Bambang.
Yang penting diperhatikan adalah bagaimana mengendalikan faktor-faktor risiko yang memperberat, antara lain menjaga berat badan ideal, membatasi aktivitas yang berat, melakukan olahraga rutin, mengobati penyakit lain yang mendasari, sampai menghindari penggunaan toilet jongkok dan lebih memilih toilet duduk, pungkas Dr. Kambayana.
Sumber :
Dr. Gede Kambayana, Sp.PD-KR
Dr. Bambang Setyohadi, Sp.PD-KR
0
2.9K
8
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan