- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Melihat Iran Lebih Dekat: Catatan Perjalanan Traveler Asal Indonesia (Bag. 2)


TS
vichaksana
Melihat Iran Lebih Dekat: Catatan Perjalanan Traveler Asal Indonesia (Bag. 2)

panorama kota Teheran saat musim dingin

Sadr Elevated Way, Tehran

Hemmat Interchange

Tabiat Bridge



subway Tehran
Quote:
Iran bisa membangun sarana jalan dan transportasi yang berkelas meski harus menghadapi embargo Amerika Serikat dan sekutunya. Jaringan jalan raya di Iran adalah salah satu yang terbaik di dunia. Sementara, jaringan metro, terutama di Kota Teheran, salah satu jaringan kereta bawah tanah terbesar di Asia. (AHMADI SULTAN, Teheran)
Kota Teheran, ibu kota Iran posisinya berada di kaki Gunung Alborz. Dari Bandara Internasional Imam Khomeini jaraknya sekitar 35 kilometer. Jalanan dari bandara menuju pusat Kota Teheran sangatlah mulus, lebar, dan tanpa hambatan. Tidak ada sedikit pun kerusakan atau tambalan. Seperti melintas di jalan tol saja.
Taksi yang saya tumpangi melaju sendiri. Hanya sesekali berpapasan dan atau menyalip kendaraan lain. Saya pun terkagum-kagum karena tidak menyangka kualitas jalannya lebih baik dari Batam, bahkan Jakarta.
Memasuki Kota Teheran, jalan raya sangat mulus dan rapi. Taman indah menghiasi. Tetapi kendaraan ramai dan taksi yang saya tumpangi sesekali terhenti karena macet. Kota Teheran adalah kota metropolis, nyaris serupa dengan Jakarta yang ramai dan dinamis, jadi tentu saja diwarnai kemacetan. Terutama pagi dan sore hari.
Saat teman baru saya mengantar dari rumahnya di distrik Zaferaniyeh ke rumah teman saya di distrik Amir Abad, sore hari, kami menempuh perjalanan hampir satu jam setengah. Padahal, jaraknya hanya sekira 15 kilometer. Mobil pribadi, taksi, dan bus umum yang padat, merayap perlahan.
Warga Teheran memiliki beberapa pilihan transportasi umum untuk bepergian. Ada bus, metro atau subway, dan taksi. Taksi juga ada beberapa pilihan, tergantung uang yang ada di kantong. Ada taksi yang bisa dipesan atau dipanggil lewat agen. Namanya taksi azans. Ada taksi yang bisa langsung dicegat di jalan dan hanya membawa satu atau lebih penumpang, namanya taksi darbaz.
Seperti di Batam, ada juga taksi yang bisa berbagi tumpangan dengan penumpang lain. Jadi kalau masih ada bangku yang kosong, sopirnya berhenti mengambil penumpang. Namanya, taksi Mustakim. Tentu saja taksi seperti ini ongkosnya lebih murah.
Waktu saya menumpang taksi mustakim, ongkosnya hanya 40 ribu rial atau 4 ribu toman. Sementara ketika menumpang taksi darbaz, saya membayar 250 ribu rial atau 25 ribu toman. Padahal jarak tempuhnya hampir sama.
Dari sisi transportasi umum, harus diakui Iran lebih maju dibandingkan Batam dan Jakarta. Bus kotanya berukuran besar untuk angkutan massal, metro (subway) sudah ada di beberapa kota besar, layanan busway modern, dan menyediakan tempat khusus untuk penumpang perempuan. Tempat duduk khusus perempuan berada di bagian belakang. Dipisahkan dengan palang dari kursi untuk pria yang berada di bagian depan. Tetapi perempuan bisa duduk bersama suaminya.
Untuk membayar sewa bis warga Tehran pada umumnya dan kota-kota besar lainnya, menggunakan pembayaran secara elektronik dengan kartu langganan. Hampir setiap bis dilengkapi fasilitas pembayaran elektronik yang terdapat di bagian depan dan belakang bis. Tidak ada yang mengawasi memang, tapi semua orang membayar dengan kesadaran masing-masing, meskipun bis sedang penuh sesak.
Bagi yang tak punya kartu, sewa bis dibayarkan langsung kepada supir. Kalau Anda pernah ke Singapura dan menggunakan bis, tak ada bedanya dengan di Iran.
“Ongkos naik bus sangat murah, 5000 rial atau 500 toman,” kata Reza Jamili, teman jurnalis yang tinggal di Tehran.
Seperti halnya bis, metro juga memisahkan penumpang laki-laki dan perempuan dengan pengaturan yang sama. Ada gerbong khusus perempuan. Pernah sekali waktu, saya lupa gerbong untuk wanita dan pria dipisahkan.
Tanpa mengamati lebih dulu, saya langsung saja melangkahkan kaki mengikuti perempuan di depan saya dan hendak masuk ke gerbong khusus itu. Untung saja, petugas di stasiun meneriaki saya sebelum saya masuk.
Di Tehran, jalur metro cukup panjang, hingga mencakup Kota Tehran dan sekitarnya. Jaringan metro ini menghubungkan tempat-tempat penting di seluruh Kota Tehran, dan menjadi salah satu jaringan kereta bawah tanah terbesar di Asia. Bahkan menghubungkan dengan kota tetangganya, Karaj.
Khusus jalur ke Karaj berupa commuterlina. Ada lima jalur metro di Tehran dan dua jalur lainnya sementara dalam tahap pembangunan. Panjang jalur metro di Tehran saat ini 170 kilometer. Sementara daya angkutnya, rata-rata membawa tiga juta penumpang setiap harinya. Rencananya, Pemerintah Iran akan menambah jalur menjadi sembilan dengan panjang jalur hingga 430 kilometer hingga tahun 2028.
Metro bisa dibayar menggunakan tiket ataupun kartu elektronik berlangganan. Jika dengan menggunakan kartu berlangganan, tarifnya akan lebih murah. Terdapat dua jenis tiket, yaitu tiket satu arah atau one way ticket dan tiket pulang pergi atau two ways ticket. Sebelum masuk ruang tunggu, penumpang bisa membeli tiket di konter atau membeli melalui mesin yang menyerupai ATM.
Tak hanya di Tehran, sarana transportasi umum di kota-kota besar lainnya di Iran juga sudah sangat maju. Kota wisata yang saya kunjungi seperti Isfahan di Iran tengah, Shiraz di selatan Iran, dan Yazd, sudah memiliki layanan bus umum yang baik. Busnya seperti yang ada di Tehran. Ongkosnya pun hampir sama di setiap kota itu. Di Isfahan untuk rute dalam kota ongkosnya 5000 rial dan bus yang ke pinggiran kota ongkosnya 8000 rial. Di Shiraz juga ongkos bus rata-rata 5000 rial atau 500 toman.
Di Kota Isfahan, pemerintah setempat sedang giatnya membangun jalur metro. Pemerintah Isfahan baru saja membuka dan mengoperasikan metro jalur satu 15 Oktober lalu. Jadi baru beroperasi dua pekan saat saya tiba di Iran.
Isfahan menjadi kota ke empat yang memiliki metro di Iran. Jalur satu ini untuk sementara sepanjang 11 kilometer. Membentang dari pusat kota, Shohada ke Qods di pinggiran kota. Memiliki sepuluh stasiun termasuk yang berada di terminal bus antar kota, Kaveh. Saat ini, pengerjaan tahap kedua yang bakal menjadi jalur tiga sedang dikerjakan.
Sebelumnya, Kota Tabriz di utara Iran sudah lebih dulu mengoperasikan metro pada 28 Agustus lalu. Di kota yang berbatasan dengan Turki, Armenian, dan Azerbaijan, itu baru mengoperasikan satu jalur dengan panjang 7 kilometer dan enam stasiun.
Bila pengerjaan tahap dua selesai pada musim panas 2016 mendatang, panjangnya akan mencapai 17 kilometer. Jalur dua sedang dalam pengerjaan dan menyusul jalur tiga dan jalur empat. Kota Tabriz juga akan memilik commuterline yang menghubungkan Tabriz dan Sahand.
Sementara di Shiraz, kota wisata di selatan Iran, metro mulai beroperasi sejak 11 Oktober 2014 dan baru satu jalur. Panjangnya 22,4 kilometer. Saat saya di sana, jalur 2 yang panjangnya 15 kilometer sedang dikerjakan. Rencananya, pemerintah setempat akan membangun hingga 6 jalur. “Pergi ke mana-mana sangat mudah di sini (Shiraz),” ujar Ehan Mohajerani, seorang teman, warga lokal yang sedang kuliah magister.
Tak hanya transportasi dalam kota yang dioperasikan oleh pemerintah, terkelola dengan bagus. Bus antar kota milik swasta juga bagus. Bus-bus ini menghubungkan antara satu kota dengan kota lainnya di Iran. Ada dua pilihan untuk bus antar kota, bus ekonomi dan VIP. Tentu bus VIP harganya lebih mahal dan kondisi busnya lebih bagus dan sangat nyaman. Layanannya juga lebih baik. Penumpang diberi camilan dan minuman ringan. Air minum kemasan selalu tersedia dan gratis di boks pendingin.
Bus berangkat tepat waktu meski penumpangnya hanya sepuluh orang saja. Saya banyak menggunakan bus VIP ini. Dari empat kali perjalanan jarak jauh, tiga kali saya menggunakan bus VIP. Harganya termasuk ramah di kantong.
Selama perjalanan dari satu ke kota ke kota lainnya, saya tidak pernah merasakan guncangan. Sebab jalan beraspal sangat mulus, rata, dan seperti tak ada tambalan. Bahkan jalan-jalan di kota-kota kecil seperti Marvdash, 50 kilometer di luar Shiraz. Kota tempat Persepolis dibangun Darius Agung tahun 515 SM. Jalan-jalan di kota kuno Yazd, Iran tengah, juga sama mulusnya. Jalan tertata rapi dan lurus-lurus, seperti jalan pada umumnya di Iran. Sangat-sangat jarang jalan yang berkelok-kelok.
Iran memang negara yang sangat luas dengan lebih dari 1,6 juta kilometer persegi. Hampir seluruhnya daratan. Jaringan jalan raya di Iran adalah salah satu yang terbaik di dunia, dan menghubungkan kota-kota utama, dan kawasan-kawasan luar kota. Pada 2002, Iran mempunyai 178.152 kilometer jalan raya, dan 66 persen beraspal. Tentunya kini sudah bertambah.
Rencananya Iran juga akan meningkatkan panjang jalur kereta api hingga 25 ribu kilometer pada 2025. Saat ini, panjang jalur kereta Iran kurang dari 15 ribu kilometer. Jaringan rel kereta api menyumbang kurang dari 11 persen dari transportasi secara keseluruhan yang melayani 33 juta orang per tahun. Sejumlah kota-kota besar di Iran terhubung dengan moda transportasi kereta ini.
“Dari Yazd bisa menggunakan kereta ke Tehran,” ungkap Saed, pengelola Silk Road Hotel, saat mengetahui saya akan kembali ke Teheran.
Pelabuhan utama Iran ialah Pelabuhan Bandar Abbas yang terletak di Selat Hormuz. Pelabuhan ini dihubungkan dengan sistem jalan raya, dan jalan kereta api untuk pengangkutan kargo. Jaringan kereta Tehran-Bandar Abbas dibangun pada 1995 yang menghubungkan Bandar Abbas dengan seluruh Iran, dan Asia Tengah melewati Teheran, dan Masyhad.
Ini menunjukkan, meski diembargo oleh Amerika Serikat dan sekutunya selama puluhan tahun, Iran tetapi bisa membangun. Iran hanya mengalami kesulitan pada tahun-tahun pertamanya. Kesulitan itu tidak sampai membuatnya miskin apalagi bangkrut. Justru Iran dipaksa menguasai beberapa teknologi yang semula menjadi ketergantungannya. Kesulitan itu membuat Iran kepepet, lalu bangkit dan mandiri.
Banyaknya proyek yang sedang dikerjakan sekarang menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi Iran terus berjalan. Mulai dari pengembangan bandara di mana-mana, pengembangan transporatsi massal seperti metro, pembangunan jalan layang dan jalur metro, sampai ke industri dasar. Kegiatan ekonomi di Iran memang tidak gegap-gempita seperti Tiongkok, tapi tetap terasa menggeliat.
Sampai saat ini, negara ini telah mengalami kemajuan yang pesat di berbagai bidang, terutama bidang nuklir dan persenjataannya, bahkan Iran mampu meluncurkan sendiri satelitnya ke orbit. Pertumbuhan ekonominya relatif stabil, di bidang otomotif, Iran telah mampu memproduksi kendaraannya sendiri yang cukup memenuhi permintaan domestiknya. Namun mobil-mobil merek Jepang dan Korea, tetap berseliweran di kota-kota besar seperti Shiraz dan Isfahan.
Perkembangan Iran ini membuat jengkel blok barat, terutama setelah Iran berupaya mengembangkan teknologi nuklirnya sendiri. Akibatnya berbagai macam tekanan dari pihak barat ditujukan pada Negeri Mullah ini. Ibarat senjata makan tuan, tekanan barat justru membuat Iran mandiri dan sukses memajukan ekonominya. Minyaknya yang diembargo barat justru membuat beberapa negara barat kelimpungan, sedangkan Iran sendiri masih memiliki banyak calon pembeli minyaknya yang lebih menguntungkan, seperti India dan China.
Pada tahun 2010, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya lagi-lagi menjatuhkan sanksi ekonomi besar-besaran. Sanksi dijatuhkan terutama pada sektor energi dan keuangan yang menjadi kunci ekonomi Iran. Akibatnya, negara atau perusahaan manapun di dunia akan menerima sanksi dari poros itu jika bekerja sama dengan Iran.
Pada 2013, pertumbuhan ekonomi Iran menyusut hingga 5 persen. Penyusutan itu turut memukul sektor swasta. Bank-bank di Iran mesti menanggung peningkatan kredit macet menjadi 15-30 persen. Pada Juli 2011 hingga 2013, Bank Sentral Iran mengakui inflasi negeri itu mencapai 45 persen. Banyak pegawai Iran tidak menerima gaji. Sebagian mesti mengalami penundaan panjang gaji. Amerika Serikat mengklaim pengangguran di Iran mencapai 20 persen meski pemerintah hanya mengaku angka 13 persen. Tetapi Iran tetap survive.
Kesepakatan sementara memperingan sanksi Iran pada 2014. Akibatnya, ekonomi negara itu tumbuh hingga 1-1,5 persen berdasarkan data International Monetary Foundation (IMF). Kesepakatan sementara juga menurunkan angka inflasi menjadi hanya 35 persen. Pada 2015, Iran menyasar inflasi 25 persen.***
Kota Teheran, ibu kota Iran posisinya berada di kaki Gunung Alborz. Dari Bandara Internasional Imam Khomeini jaraknya sekitar 35 kilometer. Jalanan dari bandara menuju pusat Kota Teheran sangatlah mulus, lebar, dan tanpa hambatan. Tidak ada sedikit pun kerusakan atau tambalan. Seperti melintas di jalan tol saja.
Taksi yang saya tumpangi melaju sendiri. Hanya sesekali berpapasan dan atau menyalip kendaraan lain. Saya pun terkagum-kagum karena tidak menyangka kualitas jalannya lebih baik dari Batam, bahkan Jakarta.
Memasuki Kota Teheran, jalan raya sangat mulus dan rapi. Taman indah menghiasi. Tetapi kendaraan ramai dan taksi yang saya tumpangi sesekali terhenti karena macet. Kota Teheran adalah kota metropolis, nyaris serupa dengan Jakarta yang ramai dan dinamis, jadi tentu saja diwarnai kemacetan. Terutama pagi dan sore hari.
Saat teman baru saya mengantar dari rumahnya di distrik Zaferaniyeh ke rumah teman saya di distrik Amir Abad, sore hari, kami menempuh perjalanan hampir satu jam setengah. Padahal, jaraknya hanya sekira 15 kilometer. Mobil pribadi, taksi, dan bus umum yang padat, merayap perlahan.
Warga Teheran memiliki beberapa pilihan transportasi umum untuk bepergian. Ada bus, metro atau subway, dan taksi. Taksi juga ada beberapa pilihan, tergantung uang yang ada di kantong. Ada taksi yang bisa dipesan atau dipanggil lewat agen. Namanya taksi azans. Ada taksi yang bisa langsung dicegat di jalan dan hanya membawa satu atau lebih penumpang, namanya taksi darbaz.
Seperti di Batam, ada juga taksi yang bisa berbagi tumpangan dengan penumpang lain. Jadi kalau masih ada bangku yang kosong, sopirnya berhenti mengambil penumpang. Namanya, taksi Mustakim. Tentu saja taksi seperti ini ongkosnya lebih murah.
Waktu saya menumpang taksi mustakim, ongkosnya hanya 40 ribu rial atau 4 ribu toman. Sementara ketika menumpang taksi darbaz, saya membayar 250 ribu rial atau 25 ribu toman. Padahal jarak tempuhnya hampir sama.
Dari sisi transportasi umum, harus diakui Iran lebih maju dibandingkan Batam dan Jakarta. Bus kotanya berukuran besar untuk angkutan massal, metro (subway) sudah ada di beberapa kota besar, layanan busway modern, dan menyediakan tempat khusus untuk penumpang perempuan. Tempat duduk khusus perempuan berada di bagian belakang. Dipisahkan dengan palang dari kursi untuk pria yang berada di bagian depan. Tetapi perempuan bisa duduk bersama suaminya.
Untuk membayar sewa bis warga Tehran pada umumnya dan kota-kota besar lainnya, menggunakan pembayaran secara elektronik dengan kartu langganan. Hampir setiap bis dilengkapi fasilitas pembayaran elektronik yang terdapat di bagian depan dan belakang bis. Tidak ada yang mengawasi memang, tapi semua orang membayar dengan kesadaran masing-masing, meskipun bis sedang penuh sesak.
Bagi yang tak punya kartu, sewa bis dibayarkan langsung kepada supir. Kalau Anda pernah ke Singapura dan menggunakan bis, tak ada bedanya dengan di Iran.
“Ongkos naik bus sangat murah, 5000 rial atau 500 toman,” kata Reza Jamili, teman jurnalis yang tinggal di Tehran.
Seperti halnya bis, metro juga memisahkan penumpang laki-laki dan perempuan dengan pengaturan yang sama. Ada gerbong khusus perempuan. Pernah sekali waktu, saya lupa gerbong untuk wanita dan pria dipisahkan.
Tanpa mengamati lebih dulu, saya langsung saja melangkahkan kaki mengikuti perempuan di depan saya dan hendak masuk ke gerbong khusus itu. Untung saja, petugas di stasiun meneriaki saya sebelum saya masuk.
Di Tehran, jalur metro cukup panjang, hingga mencakup Kota Tehran dan sekitarnya. Jaringan metro ini menghubungkan tempat-tempat penting di seluruh Kota Tehran, dan menjadi salah satu jaringan kereta bawah tanah terbesar di Asia. Bahkan menghubungkan dengan kota tetangganya, Karaj.
Khusus jalur ke Karaj berupa commuterlina. Ada lima jalur metro di Tehran dan dua jalur lainnya sementara dalam tahap pembangunan. Panjang jalur metro di Tehran saat ini 170 kilometer. Sementara daya angkutnya, rata-rata membawa tiga juta penumpang setiap harinya. Rencananya, Pemerintah Iran akan menambah jalur menjadi sembilan dengan panjang jalur hingga 430 kilometer hingga tahun 2028.
Metro bisa dibayar menggunakan tiket ataupun kartu elektronik berlangganan. Jika dengan menggunakan kartu berlangganan, tarifnya akan lebih murah. Terdapat dua jenis tiket, yaitu tiket satu arah atau one way ticket dan tiket pulang pergi atau two ways ticket. Sebelum masuk ruang tunggu, penumpang bisa membeli tiket di konter atau membeli melalui mesin yang menyerupai ATM.
Tak hanya di Tehran, sarana transportasi umum di kota-kota besar lainnya di Iran juga sudah sangat maju. Kota wisata yang saya kunjungi seperti Isfahan di Iran tengah, Shiraz di selatan Iran, dan Yazd, sudah memiliki layanan bus umum yang baik. Busnya seperti yang ada di Tehran. Ongkosnya pun hampir sama di setiap kota itu. Di Isfahan untuk rute dalam kota ongkosnya 5000 rial dan bus yang ke pinggiran kota ongkosnya 8000 rial. Di Shiraz juga ongkos bus rata-rata 5000 rial atau 500 toman.
Di Kota Isfahan, pemerintah setempat sedang giatnya membangun jalur metro. Pemerintah Isfahan baru saja membuka dan mengoperasikan metro jalur satu 15 Oktober lalu. Jadi baru beroperasi dua pekan saat saya tiba di Iran.
Isfahan menjadi kota ke empat yang memiliki metro di Iran. Jalur satu ini untuk sementara sepanjang 11 kilometer. Membentang dari pusat kota, Shohada ke Qods di pinggiran kota. Memiliki sepuluh stasiun termasuk yang berada di terminal bus antar kota, Kaveh. Saat ini, pengerjaan tahap kedua yang bakal menjadi jalur tiga sedang dikerjakan.
Sebelumnya, Kota Tabriz di utara Iran sudah lebih dulu mengoperasikan metro pada 28 Agustus lalu. Di kota yang berbatasan dengan Turki, Armenian, dan Azerbaijan, itu baru mengoperasikan satu jalur dengan panjang 7 kilometer dan enam stasiun.
Bila pengerjaan tahap dua selesai pada musim panas 2016 mendatang, panjangnya akan mencapai 17 kilometer. Jalur dua sedang dalam pengerjaan dan menyusul jalur tiga dan jalur empat. Kota Tabriz juga akan memilik commuterline yang menghubungkan Tabriz dan Sahand.
Sementara di Shiraz, kota wisata di selatan Iran, metro mulai beroperasi sejak 11 Oktober 2014 dan baru satu jalur. Panjangnya 22,4 kilometer. Saat saya di sana, jalur 2 yang panjangnya 15 kilometer sedang dikerjakan. Rencananya, pemerintah setempat akan membangun hingga 6 jalur. “Pergi ke mana-mana sangat mudah di sini (Shiraz),” ujar Ehan Mohajerani, seorang teman, warga lokal yang sedang kuliah magister.
Tak hanya transportasi dalam kota yang dioperasikan oleh pemerintah, terkelola dengan bagus. Bus antar kota milik swasta juga bagus. Bus-bus ini menghubungkan antara satu kota dengan kota lainnya di Iran. Ada dua pilihan untuk bus antar kota, bus ekonomi dan VIP. Tentu bus VIP harganya lebih mahal dan kondisi busnya lebih bagus dan sangat nyaman. Layanannya juga lebih baik. Penumpang diberi camilan dan minuman ringan. Air minum kemasan selalu tersedia dan gratis di boks pendingin.
Bus berangkat tepat waktu meski penumpangnya hanya sepuluh orang saja. Saya banyak menggunakan bus VIP ini. Dari empat kali perjalanan jarak jauh, tiga kali saya menggunakan bus VIP. Harganya termasuk ramah di kantong.
Selama perjalanan dari satu ke kota ke kota lainnya, saya tidak pernah merasakan guncangan. Sebab jalan beraspal sangat mulus, rata, dan seperti tak ada tambalan. Bahkan jalan-jalan di kota-kota kecil seperti Marvdash, 50 kilometer di luar Shiraz. Kota tempat Persepolis dibangun Darius Agung tahun 515 SM. Jalan-jalan di kota kuno Yazd, Iran tengah, juga sama mulusnya. Jalan tertata rapi dan lurus-lurus, seperti jalan pada umumnya di Iran. Sangat-sangat jarang jalan yang berkelok-kelok.
Iran memang negara yang sangat luas dengan lebih dari 1,6 juta kilometer persegi. Hampir seluruhnya daratan. Jaringan jalan raya di Iran adalah salah satu yang terbaik di dunia, dan menghubungkan kota-kota utama, dan kawasan-kawasan luar kota. Pada 2002, Iran mempunyai 178.152 kilometer jalan raya, dan 66 persen beraspal. Tentunya kini sudah bertambah.
Rencananya Iran juga akan meningkatkan panjang jalur kereta api hingga 25 ribu kilometer pada 2025. Saat ini, panjang jalur kereta Iran kurang dari 15 ribu kilometer. Jaringan rel kereta api menyumbang kurang dari 11 persen dari transportasi secara keseluruhan yang melayani 33 juta orang per tahun. Sejumlah kota-kota besar di Iran terhubung dengan moda transportasi kereta ini.
“Dari Yazd bisa menggunakan kereta ke Tehran,” ungkap Saed, pengelola Silk Road Hotel, saat mengetahui saya akan kembali ke Teheran.
Pelabuhan utama Iran ialah Pelabuhan Bandar Abbas yang terletak di Selat Hormuz. Pelabuhan ini dihubungkan dengan sistem jalan raya, dan jalan kereta api untuk pengangkutan kargo. Jaringan kereta Tehran-Bandar Abbas dibangun pada 1995 yang menghubungkan Bandar Abbas dengan seluruh Iran, dan Asia Tengah melewati Teheran, dan Masyhad.
Ini menunjukkan, meski diembargo oleh Amerika Serikat dan sekutunya selama puluhan tahun, Iran tetapi bisa membangun. Iran hanya mengalami kesulitan pada tahun-tahun pertamanya. Kesulitan itu tidak sampai membuatnya miskin apalagi bangkrut. Justru Iran dipaksa menguasai beberapa teknologi yang semula menjadi ketergantungannya. Kesulitan itu membuat Iran kepepet, lalu bangkit dan mandiri.
Banyaknya proyek yang sedang dikerjakan sekarang menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi Iran terus berjalan. Mulai dari pengembangan bandara di mana-mana, pengembangan transporatsi massal seperti metro, pembangunan jalan layang dan jalur metro, sampai ke industri dasar. Kegiatan ekonomi di Iran memang tidak gegap-gempita seperti Tiongkok, tapi tetap terasa menggeliat.
Sampai saat ini, negara ini telah mengalami kemajuan yang pesat di berbagai bidang, terutama bidang nuklir dan persenjataannya, bahkan Iran mampu meluncurkan sendiri satelitnya ke orbit. Pertumbuhan ekonominya relatif stabil, di bidang otomotif, Iran telah mampu memproduksi kendaraannya sendiri yang cukup memenuhi permintaan domestiknya. Namun mobil-mobil merek Jepang dan Korea, tetap berseliweran di kota-kota besar seperti Shiraz dan Isfahan.
Perkembangan Iran ini membuat jengkel blok barat, terutama setelah Iran berupaya mengembangkan teknologi nuklirnya sendiri. Akibatnya berbagai macam tekanan dari pihak barat ditujukan pada Negeri Mullah ini. Ibarat senjata makan tuan, tekanan barat justru membuat Iran mandiri dan sukses memajukan ekonominya. Minyaknya yang diembargo barat justru membuat beberapa negara barat kelimpungan, sedangkan Iran sendiri masih memiliki banyak calon pembeli minyaknya yang lebih menguntungkan, seperti India dan China.
Pada tahun 2010, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya lagi-lagi menjatuhkan sanksi ekonomi besar-besaran. Sanksi dijatuhkan terutama pada sektor energi dan keuangan yang menjadi kunci ekonomi Iran. Akibatnya, negara atau perusahaan manapun di dunia akan menerima sanksi dari poros itu jika bekerja sama dengan Iran.
Pada 2013, pertumbuhan ekonomi Iran menyusut hingga 5 persen. Penyusutan itu turut memukul sektor swasta. Bank-bank di Iran mesti menanggung peningkatan kredit macet menjadi 15-30 persen. Pada Juli 2011 hingga 2013, Bank Sentral Iran mengakui inflasi negeri itu mencapai 45 persen. Banyak pegawai Iran tidak menerima gaji. Sebagian mesti mengalami penundaan panjang gaji. Amerika Serikat mengklaim pengangguran di Iran mencapai 20 persen meski pemerintah hanya mengaku angka 13 persen. Tetapi Iran tetap survive.
Kesepakatan sementara memperingan sanksi Iran pada 2014. Akibatnya, ekonomi negara itu tumbuh hingga 1-1,5 persen berdasarkan data International Monetary Foundation (IMF). Kesepakatan sementara juga menurunkan angka inflasi menjadi hanya 35 persen. Pada 2015, Iran menyasar inflasi 25 persen.***
Terlepas dari kontroversi syiah yang ramai diperdebatkan belakangan ini di Indonesia, catatan perjalanan jurnalis Batam Pos selama di Iran tersebut menarik untuk dikupas. Catatan di atas setidaknya memberikan gambaran alternatif bagaiamana sisi lain situasi dan kondisi masyarakat Iran secara lebih dekat dan jauh dari hingar-bingar tendensi sekterian.
Link Bagian 1
Diubah oleh vichaksana 15-12-2015 18:56
0
6.5K
Kutip
37
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan