- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mereka yang sudah waktunya menikmati usia senja namun masih berkarya


TS
scarlet.needle
Mereka yang sudah waktunya menikmati usia senja namun masih berkarya

Quote:
“Sudah tua, sudah masuk usia pensiun kok masih saja kerja, gak diurusin sama anaknya ya?”...Pasti kawan sekalian akan mengatakan hal ini bilamana melihat ada warga tua, sudah masa pensiun bahkan sudah kakek-kakek atau nenek-nenek, tapi masih terlihat bekerja. Ini banyak terlihat di negeri ini. Sudah berada pada masa pensiun, sudah tua, bahkan renta, tapi memilih untuk tetap bekerja dalam kesehariannya, ketimbang duduk manis dirumah. Kenapa ya bisa begitu?? Apa anak-anaknya sudah tak perhatian lagi ya?? Ato hanya seorang diri, tanpa sanak family??
Ya. Rata-rata di Indonesia mereka bekerja karena untuk hidup sehari-hari. Tidak ada yang bisa dimakan ketika mereka tidak bekerja dan menghasilkan uang. Memang miris rasanya melihat kakek nenek renta yang masih memikul kerjaan disisi lain kita melihat pemuda yang masih sehat berdandan sakit untuk mengemis. Ini sebagian kisah dari mereka-mereka yang harusnya sudah tinggal istirahat di rumah menikmati sisa hidup.
Spoiler for Di Usia 1 Abad, Nenek Ini Masih Bekerja:

Usia boleh saja tua. Namun, itu tak membuat Daki atau Kardo Prawiro hanya duduk-duduk menghabiskan masa senjanya. Terbukti, meski usianya sudah mencapai 100 tahun, Daki masih mampu bekerja memotong gendar, bahan baku pembuatan karak, dalam jumlah banyak.
Bahkan, anak angkat, cucu, serta cicitnya belum mampu menandingi kecepatan serta kelihaian Daki dalam memotong-motong gendar di rumah miliknya yang sudah disulap menjadi home industry pembuatan karak.
Setiap pagi, pukul 06.30 WIB, Daki sudah memulai aktivitas yang telah dijalaninya sejak dirinya baru berusia 10 tahun. Pekerjaan pembuatan karak ini sudah digeluti Daki sejak 90 tahun lalu. Kala itu, orang tua Daki lah yang memulai bisnis membuat karak.
Bersama dua orang anak angkatnya serta cucu dan cicitnya, Daki melanjutkan usaha yang telah dirintis orangtuanya. Meski pendengaran Daki telah memudar, namun kesibukan ini dijalani dengan penuh sukacita. Daki bahkan meyakini kesibukannya ini sebagai salah satu faktor yang membuatnya panjang usia.
"Kalau sudah kerja, nenek tak mau berhenti. Nenek jauh lebih kuat dibandingkan saya. Nenek melakukan pekerjaan yang harusnya sudah tak dilakukannya lagi, ini bukan demi uang. Tapi buat kesibukannya saja," jelas Marwani, cucu Daki dari anak angkatnya kepada Okezone di rumahnya di Desa Gadingan, Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Menurut Mawarni, Daki yang tetap lincah memotong bahan baku pembuatan karak di usianya yang sudah satu abad membuat banyak orang kagum. Bayangkan, jumlah gendar yang dihasilkan dari produksi harian yang menghabiskan bahan sebanyak 60 kilogram, Daki selalu terlibat. "Dia memiliki stamina orang-orang yang berusia separuh lebih muda darinya," katanya.
Karena aktivitas inilah, Daki yang memutuskan tidak menikah sepanjang hayatnya ini tidak pernah mengeluh sakit. "Dia mungkin pemotong gendar tertua di dunia," ungkap Mawarni lantas tertawa.
Berkat keterlibatan serta pengalaman yang dimiliki Daki di pembuatan karak inilah, jumlah pelanggannya terus bertambah.
Spoiler for Membantu masyarakat dengan becak tua:

Azan subuh berkumandang, para kaum adam dan hawa mulai melaksanakan kewajiban 5 waktu. Usai melaksanakan kewajiban mungkin sebagian masyarakat ada yang kembali beristirahat dan ada pula bersiap-siap untuk berangkat kerja, sekolah dan kegiatan lainnya. Begitu pula dengan bapak Legimanto,54, menyiapkan kendraan untuk bekerja yaitu sebuah becak tua yang kondisinya masih baik. Sekitar pukul setengah 7 bapak Legimanto mulai berangkat kerja dengan mengayuh becak tua milik Dinas Kota Padang (DKP) yang diamanatkan kepadanya pada tanggal 19 Agustus 2003. Kelurahan Kampung Pondok, Tanah Kongsi, itulah lokasi kerjanya yaitu memungut sampah-sampah yang telah di letakkan oleh masyarakat di depan rumah mereka masing-masing.
Bau yang menyengat, berulat dan lainnya bercampur jadi satu didalam sampah tersebut. Walaupun pekerjaan yang dilakukan cukup berat bapak legimanto tak pernah mengeluh dengan pekerjaannya. Bapak Legimanto bekerja mulai dari pukul 06.30 hingga pukul 17.00 WIB. Bapak Legimanto diberi upah 20ribu perhari dan setiap bulannya bapak Legimanto mengambil gaji di kantor Balaikota.
Bapak Legimanto bertempat tinggal di Bukik Gado-Gado tepatnya di daerah Muaro Padang. Bapak Legimanto telah bekerja membantu masyarakat memungut sampah sekitar tahun 1985 sampai sekarang.
Bapak Legimanto memiliki 4 orang anak dari istri yang dicintainya bu Netti, 55 yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Karena biaya hidup semakin meningkat, gaji yang jauh dari cukup, Untuk menghidupi keluarga yang dicinta, saya juga mengumpulkan barang-barang bekas yang dipilah dari sampah-sampah yang di angkut. Kalo tidak memungut barang-bekas tersebut, biaya yang ditanggung sangat banyak sekali, seperti biaya hidup keluarga,sekolah anak-anak,dan perawatan becak karena becak tersebut tidak ada sedikitpun diberikan biaya perawatan.
Terkadang ada pula rezeki yang diberikan oleh warga karena telah membantu dalam membuang sampah dan itupun tidak selalu. Senangnya melakukan pekerjaan tersebut karena tidak ada hal yang berat merasuki pikiran, kata bapak Legimanto menjelaskan kepada Singgalang kemarin. Bekerja dengan hati, itulah rahasia bapak Legimanto, tanpa keluhan dan umpatan, hidup terasa nikmat, akunya kemarin.
Spoiler for Wajah Tua Itu Menyimpan Semangat Pemuda:

seorang tua dengan rambut yang sudah memutih berjalan rada bongkok dengan membawa perlalatan tempurnya(alat bermusik).
Untuk ukuran musisi jalanan(pengamen), bapak itu termasuk yang ‘serius’ peralatan tempurnya, mulai dari piano gitar sampe sound systte besar yang dibawanya. Tidak hanya itu, penampilannya pun terlihat sangat eksentrik sehingga menambah daya tarik si pak tua itu. Klo dilihat sekilas bapak tua itu mirip gomblo salah satu legenda musik Indonesia.
Lagu pun mulai dimainkan, tembang – tembang lawas seperti gereja tua, kugadaikan cintaku dn Diana pun dimainkan dengan harmonisasi yang baik. Musik yang dimainkan sudah berupa instrument sebuah lagu; sehingga si pak tua tinggal mengeluarkan suaranya untuk menambah keindahan harmonisasi musik tersebut. Walaupun usianya sudah sangat tua, tapi semangatnya luar biasa sehingga ketika membawa gitar piano dan sound system yang besar itu pun; pak tua itu terlihat tidak kewalahan. Sungguh kuliah kehidupan yang diberikan pak tua itu kembali membuat diriku bersemangat. Secara fisik sy masih sangat muda jika dibandingkan si pak tua; tetapi secara semangat harus di akui bahwa pak tua itu lebih unggul. …luar biasa.
Sudah dua lagu pak tua itu memainkan musik di dalam perjalan pulang ketika dikendaraan umum(bis) yang saya naiki, entah sudah berapa puluh lagu yang dia mainkan dari pagi sampai sore itu. Suara seraknya ketika bernyanyi sudah membuktikan lelahnya pita suara si pak tua.
Memang suara si pak tua tidak se halus glen fredly dan tidak semelengking judika tetapi semangatnya harus di beri penghargaan. Sehingga pada saat itu ku putuskan untuk memberikan uang sebagai bentuk apresiasi atas semangat hidup si pak tua.
Bagi yang terbiasa menggunakan angkutan umum(bis) rute Jakarta tangerang, sedikit banyak pasti pernah melihat pak tua ini.
Banyak sekali kuliah kehidupan di sekitar kita.. perhatikanlah.. pelajarilah… maka akan banyak pelajaran yang kau dapatkan, baik itu rasa syukur maupun ilmu..
Spoiler for Orang Pinggiran : Si Penambal Panci:

Selalu iba dan kasihan hati ini, tatkala melihat yang sudah tua renta masih saja harus bekerja. Bukanlah seharusnya mereka di rumah menikmati masa tuanya. Sudah dua kali Bang Arsip melihat orang yang sudah tua renta. Pertama adalah Pemulung di Taman Dayu, dan yang kedua adalah Lelaki Tua Penambal Panci.
Ketika melihat orang-orang ini teringat akan salah satu acara di layar kaca Indonesia yang berjudul "Orang Pinggiran". Ingin sekali Bang Arsip membantu namun dengan tidak memberinya uang karena dia bukanlah pengemis. Bang Arsip ingin untuk menambal panci juga, namun sayang ternyata tidak ada panci yang bocor di rumah.
Tapi Allah Maha Adil, Dia masih menyisakan sedikit riski untuk si penambal panci ini agar tetap bisa mengepulkan asap dapur.
Dalam hatiku berkata, "Orang yang sudah tua gini apa tidak punya anak, kok masih saja harus bekerja keras di tengah siang bolong yang panasnya minta ampun". Aku ada acara penjepretan lo gak salah jadi aku keluar. Setiba aku di rumah, bundaku bercerita bahwa ternyata si penambal panci tadi kakinya pincang. Duh kasihan banget

Spoiler for Kakek penjual basreng, kerja 12 jam untung Rp 20 ribu:

Pagi itu hari masih gelap. Ajok sudah mulai beraktivitas dengan mempersiapkan barang dagangannya. Dengan teliti, Ajok menata barang dagangan di gerobak pikulnya. Mulai minyak goreng, minyak tanah, saos, kompor, dan olahan bakso.
Ajok adalah seorang penjual bakso goreng. Anak-anak kecil mengenal makanan ringan ini dengan sebutan basreng. Setiap hari, Ajok membawa ratusan butir bakso goreng. Ia bersyukur karena dagangannya selalu habis terjual.
Untuk menjual makanan ringan itu bagi Ajok butuh kerja keras. Ia tidak menjajakan makanan itu dengan berdiam diri di kontrakannya yang terletak di Rawa Semut, Bekasi Timur, Jawa Barat. Tiap harinya Ajok memilih berkeliling dari satu sekolah ke sekolah lainnya. Tempat yang disasar Ajok adalah sekolah SD di Kelurahan Margahayu, Bekasi Timur.
Menurut Ajok, pembelinya kebanyakan anak-anak sekolah. "Ada yang beli Rp 500, ada yang beli Rp 1.000. Satu baksonya harganya Rp 100," kata Ajok.
Biasanya, jika sekolah pagi selesai Ajok pindah tempat dan berkeliling lagi. Usia Ajok yang sudah 70 tahun ini tak lantas membuatnya malas. Ia masih bersemangat mengangkat gerobak pikul yang beratnya melebihi 20 kg tersebut berkeliling mencari pembeli.
Tidak hanya tubuhnya, mata Ajok juga sudah mulai rabun. Terkadang kakinya lemas dengan gemetar setelah berjam-jam mengangkat gerobak pikulnya. Napasnya pun terengah-engah. "Yang penting jualan saya laku," katanya.
Spoiler for Kakek tuli dan rabun jualan sayur di malam hari :

Dengan sepeda ontelnya, kakek ini bisa membawa sayur dagangannya dari Tumpang hingga Rampal, Kota Malang, Jawa Timur. Kakek yang sudah tuli dan rabun ini tetap berjuang mengais rezeki, meski lelah terpancar dari kedua matanya.
Inilah yang bisa digambarkan dari foto yang diunggah Ahmad Fauzi di Facebook, Minggu (21/6). Melalui foto tersebut, Ahmad mencoba menyentuh para netizen agar bisa membantu sang kakek.
"Teman-teman yang domisili Malang. Tolong beli sayur mbah ini ya. Mbah ini jualan sayur di depan Indomart SKI (Dodikjur) Rampal di malam hari. Beliau sudah tuli dan naik sepeda bawa sayurnya dari Tumpang. Makanya sampai Malang malam, antara jam 8 dan 9 malam. Meskipun engga butuh tetap dibeli ya. Tolong share ya. Semoga menjadikan ibadah," tulis Ahmad, dikutip redaksi, Rabu (24/6).
Setelah diunggah, foto ini banyak dikomentari oleh netizen. "Semoga Allah berikan kesehatan dan umur serta rezeki yang barokah kepada beliau. Aamiin..." tulis Muhammad Fathurrahman.
"Andai di Tulungagung pasti tak (aku) beli tiap hari sayurnya. Sampai heran ke mana sih anaknya Mbah engga kasihan apa. Semoga Mbah selalu diberi sehat dan banyak rezeki. Aammiieenn.." imbuh Ade Lailatul Saputra.
Bukan hanya itu, foto ini juga sudah disebar oleh 15.495 netizen. Semoga, kakek ini bisa mendapat banyak pertolongan sehingga dia bisa menikmati hari tuanya.
Spoiler for Pikul dagangan tanpa alas kaki, kakek ini taklukkan kerasnya hidup:

Usia memang tidak membatasi seseorang untuk berjuang bertahan hidup. Salah satu contohnya adalah perjuangan kakek ini yang tanpa lelah terus berusaha menjajakan dagangannya yaitu sandal kayu atau biasa disebut dengan bakiak, kursi kecil dan talenan yang semuanya terbuat dari kayu yang cukup berat.
Dengan terseok-seok memanggul dagangannya, kakek ini terus berjalan di atas panasnya jalanan aspal tanpa alas kaki apa pun. Dagangannya bahkan terlihat masih banyak dan tampak belum terjual. Barang dagangan kakek tersebut saat ini memang sudah jarang diminati oleh masyarakat di era modern seperti ini.
Saat dijumpai, kaos lusuhnya terlihat basah akan keringat, sesekali dia berhenti di trotoar hanya sekedar untuk menghela nafas panjang dan melepas lelah.
Mulia dan terhormat itulah sosok kakek penjual bakiak tersebut yang tetap berjuang di usia senjanya untuk bertahan hidup, menyambung usia, memuliakan dirinya dengan tidak meminta-minta.
Kakek tersebut tetap akan berjuang hingga usia yang akan menghentikan perjalanannya.
Sedih.... itu pasti perasaan yang terlintas pada diri kita ketika melihat mereka. Semoga Tuhan selalu melindungi mereka semua. Aamiin

Quote:
KASKUSER YANG BAIK MENINGGALKAN KOMEN YANG BAIK, LEBIH BAIK LAGI DI RATE, DAN PALING BAIK MEMBERI CENDOL






Diubah oleh scarlet.needle 23-07-2015 14:09
0
5.5K
Kutip
27
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan