- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Catatan Tentang Pemberitaan di Media Sosial


TS
shuichii
Catatan Tentang Pemberitaan di Media Sosial
Sedikit ikut komen tentang berita di Medsos mengenai:
1. Pendukung Jokowi, Prabowo, SBY atau Soeharto.
Kenapa ya, sampai detik ini, masih saja ada pendukung fanatik dari Orang-orang ternama diatas? Entah yang satu menjelek-jelekan satu pihak, entah satunya lagi menjual keberhasilan pemimpinnya. Kalau dilihat dari berita yang ditampilkan, kesannya provokatif sekali, dan muncul di website yang "tidak pernah terdengar" gaungnya. Meskipun berita tersebut 'mungkin' layak konsumsi karena isi pemberitaannya, tetapi saya rasa, pada intinya.. Mereka hanya mau mengadu domba kami, ya kita, Rakyat Indonesia.
2. Syiah, Muhammadiyah, Sunni, NU, LDII, atau aliran keagamaan bernafaskan islam lainnya.
Saya mungkin seorang muslim yang pemahaman tentang islamnya bisa dibilang terbatas, entah aliran mana yang harus saya percaya dan saya anut, saya sendiri tidak tahu. Sepengetahuan saya, Tuhan saya Allah SWT, nabi saya Muhammad SAW, kitab saya Al Quran.
Saya sendiri tidak tahu aliran Syiah itu seperti apa, Muhamadiyah bagaimana, NU dan lain lain kaya gimana, lantas kenapa harus dipermasalahkan ya?
Saya pikir, ngapain sih kita judge seseorang yang jelas-jelas mereka itu beribadah? Sementara diluaran sana, masih banyak yang tidak beribadah lho!! Yang jelas, yang berdosa itu ya yang tidak beribadah, bukan yang beribadah menurut aliran Syiah, Sunni, NU, Muhamadiyah, dll.
Masalah aliran kan bermacam-macam, saya pikir terlalu picik jika kita memandang aliran kita itu yang paling benar, dan aliran yang kamu anut itu salah.
Biarkan Allah yang menghakimi dan menilai siapa yang benar, salah, berdosa atau tidak.
3. Pesohor yang berpindah keyakinan.
Murtad! Kalimat itu yang predikatkan kepada seorang Asmirandah ketika menjadi seorang Katolik.
Oke, menurut agama saya memang benar, dia Murtad! Tetapi untuk Katolik, mungkin sebuah Mukjizat (atau entahlah apa padanan kata yang benar).
Sekali lagi, agama itu fondasi seorang dalam hidup. Sebuah hal yang prinsipil.
Kenapa sih harus dipermasalahkan?
Jika A seorang islam/kristen/hindu/budha, tetapi tidak pernah mengamalkan agamanya, itu baru yang harus dipermasalahkan.
Bagiku agamaku, bagimu agamamu.
Saya rasa itu sudah jelas, dan tidak perlu kita perpanjang lagi, karena nasib seseorang, ya dialah yang menentukan. Dia masuk surga atau neraka, kan karena amal perbuatannya.
Sekali lagi, biarlah masing-masing orang memilih keyakinannya, sesuai dengan hati nuraninya, biarkan mereka beribadah dengan tenang, dan biarlah Tuhan yang menilai siapa yang nantinya masuk Surga atau Neraka.
4. Sebuah wilayah menentang suku atau agama tertentu.
Heilaaaaaw... Ini Indonesia bung!
Jumlah suku di indonesia itu ratusan, bahkan mungkin ribuan. Agama-pun yang diakui negara kita ada 6.
Lantas, seorang kristen tidak boleh menjadi camat/lurah di provinsi A. Islam tidak boleh melakukan syariatnya di provinsi B, Hindu tidak boleh beribadah di provinsi C. Waduuh!!
Kalian itu hanya diprovokasi oleh pemberitaan di medsos. Sekali kalian menanggapi, timbulah kebencian terhadap sesama.
Lagi lagi, saya bilang, saya bukanlah seorang Islam, bersuku Jawa dan berkewarganegaraan Indonesia yang baik dan benar. Agama saya masih jauh dari sempurna.
Saya pun tak faham politik.
Saya pun penentang kesukuan.
Kenapa sih kita harus dengan mudahnya terprovokasi dengan berita-berita "murahan" seperti itu?
Prinsipil? Mungkin terdengarnya iya, tetapi perhatikan lagi garis besarnya. Logis atau tidak?
Kita ini bangsa besar, tetapi sejatinya, kita itu bangsa yang keciiiiiil sekali. Terkotak-kotak!
Karena agama, kita pecah. Karena suku, kita goyah, karena fanatisme berlebihan, kita hancur.
Dari dulu, kita diperbudak dan dijajah oleh "entah siapa". Saya yakin, kita itu dimanfaatkan oleh penguasa, untuk dinikmati sari patinya. Ketika kita sudah hancur, barulah kita menyesal.
Saya tidak perlu ditanggapi dengan tulisan ini. Tidak perlu ada adu argumentasi terhadap tulisan ini, karena tulisan ini opini saya. Jika tidak berkenan, anggap saja ini tulisan lebayatun, jika berkenan, mari kita rubah cara pandang kita terhadap media sosial yang selama ini menjajah hidup kita.
Ingat, maukah kita terus-terusan diadu domba? Diprovokasi? Dan dijajah?
Kita sendiri yang menentukan..
Ps. Tulisan ini tidak berkaitan dengan Suku, Agama, Ras, Keyakinan, Aliran, Politik, Fans tertentu. Ini murni dari kegalauan hati saya terhadap pemberitaan di medsos yang cenderung provokatif. Terima kasih.
1. Pendukung Jokowi, Prabowo, SBY atau Soeharto.
Kenapa ya, sampai detik ini, masih saja ada pendukung fanatik dari Orang-orang ternama diatas? Entah yang satu menjelek-jelekan satu pihak, entah satunya lagi menjual keberhasilan pemimpinnya. Kalau dilihat dari berita yang ditampilkan, kesannya provokatif sekali, dan muncul di website yang "tidak pernah terdengar" gaungnya. Meskipun berita tersebut 'mungkin' layak konsumsi karena isi pemberitaannya, tetapi saya rasa, pada intinya.. Mereka hanya mau mengadu domba kami, ya kita, Rakyat Indonesia.
2. Syiah, Muhammadiyah, Sunni, NU, LDII, atau aliran keagamaan bernafaskan islam lainnya.
Saya mungkin seorang muslim yang pemahaman tentang islamnya bisa dibilang terbatas, entah aliran mana yang harus saya percaya dan saya anut, saya sendiri tidak tahu. Sepengetahuan saya, Tuhan saya Allah SWT, nabi saya Muhammad SAW, kitab saya Al Quran.
Saya sendiri tidak tahu aliran Syiah itu seperti apa, Muhamadiyah bagaimana, NU dan lain lain kaya gimana, lantas kenapa harus dipermasalahkan ya?
Saya pikir, ngapain sih kita judge seseorang yang jelas-jelas mereka itu beribadah? Sementara diluaran sana, masih banyak yang tidak beribadah lho!! Yang jelas, yang berdosa itu ya yang tidak beribadah, bukan yang beribadah menurut aliran Syiah, Sunni, NU, Muhamadiyah, dll.
Masalah aliran kan bermacam-macam, saya pikir terlalu picik jika kita memandang aliran kita itu yang paling benar, dan aliran yang kamu anut itu salah.
Biarkan Allah yang menghakimi dan menilai siapa yang benar, salah, berdosa atau tidak.
3. Pesohor yang berpindah keyakinan.
Murtad! Kalimat itu yang predikatkan kepada seorang Asmirandah ketika menjadi seorang Katolik.
Oke, menurut agama saya memang benar, dia Murtad! Tetapi untuk Katolik, mungkin sebuah Mukjizat (atau entahlah apa padanan kata yang benar).
Sekali lagi, agama itu fondasi seorang dalam hidup. Sebuah hal yang prinsipil.
Kenapa sih harus dipermasalahkan?
Jika A seorang islam/kristen/hindu/budha, tetapi tidak pernah mengamalkan agamanya, itu baru yang harus dipermasalahkan.
Bagiku agamaku, bagimu agamamu.
Saya rasa itu sudah jelas, dan tidak perlu kita perpanjang lagi, karena nasib seseorang, ya dialah yang menentukan. Dia masuk surga atau neraka, kan karena amal perbuatannya.
Sekali lagi, biarlah masing-masing orang memilih keyakinannya, sesuai dengan hati nuraninya, biarkan mereka beribadah dengan tenang, dan biarlah Tuhan yang menilai siapa yang nantinya masuk Surga atau Neraka.
4. Sebuah wilayah menentang suku atau agama tertentu.
Heilaaaaaw... Ini Indonesia bung!
Jumlah suku di indonesia itu ratusan, bahkan mungkin ribuan. Agama-pun yang diakui negara kita ada 6.
Lantas, seorang kristen tidak boleh menjadi camat/lurah di provinsi A. Islam tidak boleh melakukan syariatnya di provinsi B, Hindu tidak boleh beribadah di provinsi C. Waduuh!!
Kalian itu hanya diprovokasi oleh pemberitaan di medsos. Sekali kalian menanggapi, timbulah kebencian terhadap sesama.
Lagi lagi, saya bilang, saya bukanlah seorang Islam, bersuku Jawa dan berkewarganegaraan Indonesia yang baik dan benar. Agama saya masih jauh dari sempurna.
Saya pun tak faham politik.
Saya pun penentang kesukuan.
Kenapa sih kita harus dengan mudahnya terprovokasi dengan berita-berita "murahan" seperti itu?
Prinsipil? Mungkin terdengarnya iya, tetapi perhatikan lagi garis besarnya. Logis atau tidak?
Kita ini bangsa besar, tetapi sejatinya, kita itu bangsa yang keciiiiiil sekali. Terkotak-kotak!
Karena agama, kita pecah. Karena suku, kita goyah, karena fanatisme berlebihan, kita hancur.
Dari dulu, kita diperbudak dan dijajah oleh "entah siapa". Saya yakin, kita itu dimanfaatkan oleh penguasa, untuk dinikmati sari patinya. Ketika kita sudah hancur, barulah kita menyesal.
Saya tidak perlu ditanggapi dengan tulisan ini. Tidak perlu ada adu argumentasi terhadap tulisan ini, karena tulisan ini opini saya. Jika tidak berkenan, anggap saja ini tulisan lebayatun, jika berkenan, mari kita rubah cara pandang kita terhadap media sosial yang selama ini menjajah hidup kita.
Ingat, maukah kita terus-terusan diadu domba? Diprovokasi? Dan dijajah?
Kita sendiri yang menentukan..
Ps. Tulisan ini tidak berkaitan dengan Suku, Agama, Ras, Keyakinan, Aliran, Politik, Fans tertentu. Ini murni dari kegalauan hati saya terhadap pemberitaan di medsos yang cenderung provokatif. Terima kasih.
0
1.1K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan