- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[$ibuk pesan Heli mewah...] Tragedi Bidan Indah..


TS
W0ngpinter
[$ibuk pesan Heli mewah...] Tragedi Bidan Indah..
PONTIANAK – Usai menjalani operasi caesar, Jumat siang (20/11) kondisi Bidan Anik Setya Indah terus memburuk. Saat itu, satu-satunya yang sangat diperlukan bagi Indah adalah tranfusi darah. Darah yang sudah banyak keluar harus segera diganti darah yang baru. Namun saat itu, darah yang dibutuhkan itu belum tersedia. Mulyoto, suami Indah segera mencari bantuan. Dia menghubungi sejumlah rekannya agar bisa mendonorkan darah. Rekan-rekan Mulyoto di Polres Landak bergerak cepat menyebarkan informasi tersebut ke rekan-rekan lain. “Saya dapat informasi ini setelah salat Jumat. Lalu saya sebar lewat sms, telepon dan grup sosial media,” kata Joko Santoso, rekan Mulyoto yang saat itu ikut membantu mencari pendonor darah bagi Bidan Indah.
Setelah informasi tersebut menyebar, banyak orang yang bersedia mendonorkan darahnya. Kebetulan darah yang diperlukan adalah golongan A, sesuai golongan darah Indah. “Yang mau donor sebenarnya banyak,” lanjut Anggota Polres Landak itu. Masalahnya, di Landak tidak ada tempat yang bisa untuk mengambil darah pendonor. Menurut Joko, di RSUD Landak, tempat Indah menjalani operasi juga tidak tersedia alat untuk mendonorkan darah. Tempat terdekat untuk donor darah hanya ada di Kota Sanggau. “Akhirnya kami putuskan segera ke Sanggau,” cerita Joko.
Saat itu Joko berangkat bersama empat rekan lain, yakni Tahto Hadeo, Budi, Agus Sudarsono, dan Minton Situmorang. Dengan mengendarai mobil, mereka bergerak cepat menuju Sanggau. Mobil dipacu dengan kecepatan penuh agar sampai lebih cepat. Jarak Ngabang - Sanggau yang semestinya ditempuh dalam waktu 2-3 jam, bisa dicapai dalam waktu 1,5 jam.
Begitu sampai di PMI Sanggau, Joko dan rekan-rekan segera mendonorkan darahnya. Proses donor darah lancar. Namun darah tidak bisa segera dibawa. Darah tersebut harus disterilkan selama dua jam lebih. Padahal saat itu, kondisi Bidan Indah di RSUD Landak terus memburuk. “Entah berapa kali telepon saya berdering. Telepon berkali-kali masuk. Minta kami segera cepat,” cerita Joko.
Ada empat kantong darah yang didapat. Darah tersebut segera dibawa pada pukul 17.30. Agar cepat sampai, Joko meminjam sepeda motor lapangan kepada seorang temannya di Sanggau. Sebab jika menggunakan mobil dikhawatirkan bisa lebih lama sampai. Joko pun membawa sepeda motor itu dengan kecepatan tinggi. Tak peduli jalan rusak, diterobosnya agar darah itu bisa segera digunakan.
Di saat bersamaan, di RSUD Landak, kondisi Indah semakin kritis. Sekitar pukul 18.00 bidan yang mengabdi di Landak itu menghembuskan napas terakhirnya. “Darah itu menetes seperti air mata. Setelah dioperasi diharapkan ada transfusi darah. Tapi sayangnya darah tak kunjung didapat,” kata dr Susi Herawati, SpOG, dokter yang menangani operasi Indah.
Di perjalanan, sepeda motor yang dikendari Joko terus melaju. Sampai di Sosok, Sanggau, laju sepeda motor itu terhenti. Joko dikabari bahwa Indah telah meninggal. “Saya hanya bisa terdiam di jalan,” ungkap Joko. Joko pun kembali ke landak dengan perasaan sedih. Dia hanya menyesalkan mengapa di Landak tidak ada sama sekali tempat untuk mendonorkan darah. “Jika ada, mungkin nyawa Indah bisa tertolong,” lanjutnya.
Perjuangan Bidan Indah
Indah adalah bidan berstatus pegawai negeri sipil yang bertugas di Kabupaten Landak. Dia mengabdikan diri menolong warga di berbagai wilayah di daerah tersebut. Terkadang perempuan asal Semarang, Jawa Tengah itu harus menangani pasien yang rumahnya sangat jauh. Indah tinggal bersama suaminya, Mulyoto, anggota Polsek Menyuke di Asrama Polsek Darit/ Menyuke.
Pada Kamis (19/11), indah menangani dua pasien sekaligus dalam sehari. Rumah pasien itu terbilang jauh dengan medan yang berat. Meski sedang hamil tua, Indah memaksakan diri untuk membantu mereka.Indah berhasil membantu proses persalinan dua pasien dengan selamat. Setelah memastikan pasien dan bayinya dalam kondisi baik Indah pulang ke rumah.
Sesampai di rumah, Indah merasakan perutnya sakit yang teramat sangat. Indah mengira dia hendak melahirkan. Melihat kondisi Indah, sang suami berniat membawanya ke rumah sakit di Pontianak, tetapi jaraknya membutuhkan waktu empat jam. Jika dibawa ke Pontianak dikhawatirkan terjadi apa-apa di jalan. Maklum jarak Landak – Pontianak terbilang jauh.
Akhirnya Indah terpaksa dibawa ke rumah sakit terdekat, yakni di RSUD Landak. Indah sampai di rumah sakit sekitar pukul 19.00 Kamis (19/11). Setelah diperiksa, ternyata bayi dalam kandungan sudah tak tertolong.Indah saat itu sempat mengatakan pada suaminya, “Tidak apa-apa belum rezeki kita punya anak.”Beberapa menit kemudian terjadi kontraksi perut yang amat sangat. Dr Susi Herawati SpOG, dokter yang menangani Bidan Indah, menyarankan untuk dilakukan operasi caesar. Saat itu ditemukan plasenta sudah lepas (solusio plasenta), dan terjadi perdarahan hebat sampai shock. Saat sampai di rumah sakit, kondisi pasien memang sudah memburuk. “Saya dapat pasien dalam kondisi sudah jelek,” ujar Susi.
Menurut Susi ada penurunan hemoglobin (Hb) dari 9 ke 7. Penurunan terjadi dalam selang waktu hanya setengah jam. Itu artinya berbahaya. “Akhirnya saya putuskan harus operasi. Saya bilang ke suami, ini untuk menolong istri,” ujar Susi. Dari pemeriksaan diketahui ada lebam di dinding rahim Indah. Artinya ada pelepasan ari-ari. “Biasanya kan setelah lahir. Tapi ini terjadi di dalam rahim. Kondisi seperti itu sangat bahaya. Memang tidak terlihat dari luar. Kecuali darah yang keluar banyak sekali,” jelasnya.
Saat itu terjadi pendarahan tersembunyi. Terjadi pula pembekuan darah. Kondisi tromobosit pasien hanya 70 ribu, padahal dalam kondisi normal harusnya 150 ribu. “Dengan pembekuan seperti itu sudah sulit untuk menolong,” katanya.Dr Susi lantas menyiapkan berbagai perlengkapan operasi. Operasi dilakukan pada Jumat pukul 11 pagi. “Kalau saya tidak segera lakukan operasi, sejam kemungkinan sudah meninggal. Dari Hb 9 ke 7 tidak ada setengah jam itu sangat berbahaya,” ungkapnya.Sekitar pukul 18.00 Indah menghembuskan napas terakhir. Indah meninggalkan seorang anak yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak. (her)
Sumber: http://www.pontianakpost.com/darah-untuk-bidan-indah
Komen: PMI mestinya keberadaanya satu paket dngn adanya RSU di sana, mengingat bisa ada tindakan operasi..
Indonesia di sebelah sono sepertinya belum merdeka... Mungkin karena ada yang sibuk pesan heli mewah...
Setelah informasi tersebut menyebar, banyak orang yang bersedia mendonorkan darahnya. Kebetulan darah yang diperlukan adalah golongan A, sesuai golongan darah Indah. “Yang mau donor sebenarnya banyak,” lanjut Anggota Polres Landak itu. Masalahnya, di Landak tidak ada tempat yang bisa untuk mengambil darah pendonor. Menurut Joko, di RSUD Landak, tempat Indah menjalani operasi juga tidak tersedia alat untuk mendonorkan darah. Tempat terdekat untuk donor darah hanya ada di Kota Sanggau. “Akhirnya kami putuskan segera ke Sanggau,” cerita Joko.
Saat itu Joko berangkat bersama empat rekan lain, yakni Tahto Hadeo, Budi, Agus Sudarsono, dan Minton Situmorang. Dengan mengendarai mobil, mereka bergerak cepat menuju Sanggau. Mobil dipacu dengan kecepatan penuh agar sampai lebih cepat. Jarak Ngabang - Sanggau yang semestinya ditempuh dalam waktu 2-3 jam, bisa dicapai dalam waktu 1,5 jam.
Begitu sampai di PMI Sanggau, Joko dan rekan-rekan segera mendonorkan darahnya. Proses donor darah lancar. Namun darah tidak bisa segera dibawa. Darah tersebut harus disterilkan selama dua jam lebih. Padahal saat itu, kondisi Bidan Indah di RSUD Landak terus memburuk. “Entah berapa kali telepon saya berdering. Telepon berkali-kali masuk. Minta kami segera cepat,” cerita Joko.
Ada empat kantong darah yang didapat. Darah tersebut segera dibawa pada pukul 17.30. Agar cepat sampai, Joko meminjam sepeda motor lapangan kepada seorang temannya di Sanggau. Sebab jika menggunakan mobil dikhawatirkan bisa lebih lama sampai. Joko pun membawa sepeda motor itu dengan kecepatan tinggi. Tak peduli jalan rusak, diterobosnya agar darah itu bisa segera digunakan.
Di saat bersamaan, di RSUD Landak, kondisi Indah semakin kritis. Sekitar pukul 18.00 bidan yang mengabdi di Landak itu menghembuskan napas terakhirnya. “Darah itu menetes seperti air mata. Setelah dioperasi diharapkan ada transfusi darah. Tapi sayangnya darah tak kunjung didapat,” kata dr Susi Herawati, SpOG, dokter yang menangani operasi Indah.
Di perjalanan, sepeda motor yang dikendari Joko terus melaju. Sampai di Sosok, Sanggau, laju sepeda motor itu terhenti. Joko dikabari bahwa Indah telah meninggal. “Saya hanya bisa terdiam di jalan,” ungkap Joko. Joko pun kembali ke landak dengan perasaan sedih. Dia hanya menyesalkan mengapa di Landak tidak ada sama sekali tempat untuk mendonorkan darah. “Jika ada, mungkin nyawa Indah bisa tertolong,” lanjutnya.
Perjuangan Bidan Indah
Indah adalah bidan berstatus pegawai negeri sipil yang bertugas di Kabupaten Landak. Dia mengabdikan diri menolong warga di berbagai wilayah di daerah tersebut. Terkadang perempuan asal Semarang, Jawa Tengah itu harus menangani pasien yang rumahnya sangat jauh. Indah tinggal bersama suaminya, Mulyoto, anggota Polsek Menyuke di Asrama Polsek Darit/ Menyuke.
Pada Kamis (19/11), indah menangani dua pasien sekaligus dalam sehari. Rumah pasien itu terbilang jauh dengan medan yang berat. Meski sedang hamil tua, Indah memaksakan diri untuk membantu mereka.Indah berhasil membantu proses persalinan dua pasien dengan selamat. Setelah memastikan pasien dan bayinya dalam kondisi baik Indah pulang ke rumah.
Sesampai di rumah, Indah merasakan perutnya sakit yang teramat sangat. Indah mengira dia hendak melahirkan. Melihat kondisi Indah, sang suami berniat membawanya ke rumah sakit di Pontianak, tetapi jaraknya membutuhkan waktu empat jam. Jika dibawa ke Pontianak dikhawatirkan terjadi apa-apa di jalan. Maklum jarak Landak – Pontianak terbilang jauh.
Akhirnya Indah terpaksa dibawa ke rumah sakit terdekat, yakni di RSUD Landak. Indah sampai di rumah sakit sekitar pukul 19.00 Kamis (19/11). Setelah diperiksa, ternyata bayi dalam kandungan sudah tak tertolong.Indah saat itu sempat mengatakan pada suaminya, “Tidak apa-apa belum rezeki kita punya anak.”Beberapa menit kemudian terjadi kontraksi perut yang amat sangat. Dr Susi Herawati SpOG, dokter yang menangani Bidan Indah, menyarankan untuk dilakukan operasi caesar. Saat itu ditemukan plasenta sudah lepas (solusio plasenta), dan terjadi perdarahan hebat sampai shock. Saat sampai di rumah sakit, kondisi pasien memang sudah memburuk. “Saya dapat pasien dalam kondisi sudah jelek,” ujar Susi.
Menurut Susi ada penurunan hemoglobin (Hb) dari 9 ke 7. Penurunan terjadi dalam selang waktu hanya setengah jam. Itu artinya berbahaya. “Akhirnya saya putuskan harus operasi. Saya bilang ke suami, ini untuk menolong istri,” ujar Susi. Dari pemeriksaan diketahui ada lebam di dinding rahim Indah. Artinya ada pelepasan ari-ari. “Biasanya kan setelah lahir. Tapi ini terjadi di dalam rahim. Kondisi seperti itu sangat bahaya. Memang tidak terlihat dari luar. Kecuali darah yang keluar banyak sekali,” jelasnya.
Saat itu terjadi pendarahan tersembunyi. Terjadi pula pembekuan darah. Kondisi tromobosit pasien hanya 70 ribu, padahal dalam kondisi normal harusnya 150 ribu. “Dengan pembekuan seperti itu sudah sulit untuk menolong,” katanya.Dr Susi lantas menyiapkan berbagai perlengkapan operasi. Operasi dilakukan pada Jumat pukul 11 pagi. “Kalau saya tidak segera lakukan operasi, sejam kemungkinan sudah meninggal. Dari Hb 9 ke 7 tidak ada setengah jam itu sangat berbahaya,” ungkapnya.Sekitar pukul 18.00 Indah menghembuskan napas terakhir. Indah meninggalkan seorang anak yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak. (her)
Sumber: http://www.pontianakpost.com/darah-untuk-bidan-indah
Komen: PMI mestinya keberadaanya satu paket dngn adanya RSU di sana, mengingat bisa ada tindakan operasi..
Indonesia di sebelah sono sepertinya belum merdeka... Mungkin karena ada yang sibuk pesan heli mewah...
0
3.4K
23


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan