- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
City Market Pondok Cabe: Investasi Menawan + Ruko dengan Feng Shui Sempurna


TS
katjamayenburg
City Market Pondok Cabe: Investasi Menawan + Ruko dengan Feng Shui Sempurna
Halo, perkenalkan, saya Teresa Wang, seorang pembeli, investor, pengusaha muda, dan juga pengamat properti. Mau share sedikit mengenai pengalaman saya dalam berinvestasi.
Hampir seluruh investor besar yang tergolong "big fish" memilih Jakarta sebagai tempat berinvestasi properti yang menawan. Katakanlah di daerah Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Harga tanah di sini bisa dibilang sudah bubble karena mencapai lebih dari Rp25 juta/meter. Bahkan. ada sebuah ruko yang harga per 30 Mei 2014 sebesar Rp12,2 milyar. Bayangkan?! Ada juga investor yang memilih belanja properti di kawasan Puri Indah dan sekitarnya. Sampai di sini tidak ada salahnya meskipun untuk memperoleh sebuah rumah berukuran 4x15 meter saja sudah tidak mungkin di bawah angka Rp1 milyar di sini.

Yang menjadi perhatian saya adalah, mengapa tidak semua investor properti berpikir satu hal yang sama: semakin tinggi permintaan, semakin mahal harga. Semakin langka, semakin mahal? Kalau properti di Jakarta bisa melambung sampai Rp12,2 milyar/ruko, maka artinya kelangkaan sumber daya properti tengah terjadi dan masyarakat sedang ribut-ributnya berebutan membeli. Pertanyaan berikutnya yang mengusik saya adalah: mengapa para investor tidak menciptakan pasar yang baru yang tingkat persaingannya belum terlalu menggila? (sedikit penerapan dari Blue Ocean Strategy)
Saya terus terang melihat daerah lain, bisa dibilang daerah penyangga Jakarta, sebagai pilihan investasi yang menjamin masa depan. Mengapa? Karena tanah di Jakarta makin sempit, sementara para investor saat ini belum memalingkan wajahnya ke daerah di luar Jakarta. Saya melirik Pondok Cabe, Tangerang Selatan, sebagai poros investasi.
Mengapa Pondok Cabe? Mungkin ini menjadi pertanyaan bagi Anda sekalian. Jawaban saya sangatlah simple. Pertama, para pengembang dan orang-orang kebanyakan tidak melirik Pondok Cabe. Mereka sudah terlebih dahulu melirik daerah Cirendeu, Pamulang, dan Ciputat sebagai daerah yang dikembangkan. Sementara itu, Pondok Cabe dibuat telantar. Di sini saya melihat peluang bahwa saya bisa menjadi salah satu dari sekian banyak investor kloter pertama di Pondok Cabe sehingga bisa menangguk untung besar 2-3 tahun dari sekarang. Kedua, di Pondok Cabe baru saja dibangun sebuah proyek integrasi antara pasar modern, ruko, dan kawasan hunian. Khusus untuk pasar modernnya, pasar bernama City Market Pondok Cabe ini adalah yang terbesar, terlengkap, dan yang pertama di selatan Jakarta.

Saya tidak menyewa lapaknya karena darah saya pada dasarnya bukan pedagang. Saya dibesarkan di keluarga investor. Oleh karena itu, yang saya lakukan adalah beli kiosnya dan juga beli ruko yang kini sudah ada bangunan fisiknya. Harga kiosnya kemarin saya dapat di harga Rp265 juta (per Oktober 2013) dan sekarang sudah di pasaran Rp350 juta karena tanggal 24 Mei 2014 kemarin sudah soft opening. Bayangkan, 30% profit sudah saya kantongi dalam jangka 7 bulan saja. Inilah yang saya sebut merengguk untuk dari proyek properti pertama di suatu wilayah. Terkait ruko, saya ambil ruko di blok D dan per Oktober 2013 harganya saya dapat Rp1,2 milyar (cicil 5 tahun), dan per Mei 2014 sudah Rp1,5 milyar karena sudah mulai beroperasi. Kalau saya tidak ngoyo, 300 juta rupiah bisa saya nikmati dari hasil investasi 7 bulan saya. Menggiurkan bukan?

Makanya, saya mengajak teman-teman semua untuk invest di sini. Jangan khawatir, Feng Shui ruko dan kiosnya sangat bagus. Kabarnya, owner yang juga CHinese people sudah menghitung-hitung kemungkinan keselarasan antara alam dengan proyek. No worry.
Kalau mau konsultasi atau sewa kios (ruko saya sudah tersewa seharga Rp95juta/tahun), call me:
+62 21 5366 0111 (Teresa Wang)
Hampir seluruh investor besar yang tergolong "big fish" memilih Jakarta sebagai tempat berinvestasi properti yang menawan. Katakanlah di daerah Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Harga tanah di sini bisa dibilang sudah bubble karena mencapai lebih dari Rp25 juta/meter. Bahkan. ada sebuah ruko yang harga per 30 Mei 2014 sebesar Rp12,2 milyar. Bayangkan?! Ada juga investor yang memilih belanja properti di kawasan Puri Indah dan sekitarnya. Sampai di sini tidak ada salahnya meskipun untuk memperoleh sebuah rumah berukuran 4x15 meter saja sudah tidak mungkin di bawah angka Rp1 milyar di sini.

Yang menjadi perhatian saya adalah, mengapa tidak semua investor properti berpikir satu hal yang sama: semakin tinggi permintaan, semakin mahal harga. Semakin langka, semakin mahal? Kalau properti di Jakarta bisa melambung sampai Rp12,2 milyar/ruko, maka artinya kelangkaan sumber daya properti tengah terjadi dan masyarakat sedang ribut-ributnya berebutan membeli. Pertanyaan berikutnya yang mengusik saya adalah: mengapa para investor tidak menciptakan pasar yang baru yang tingkat persaingannya belum terlalu menggila? (sedikit penerapan dari Blue Ocean Strategy)
Saya terus terang melihat daerah lain, bisa dibilang daerah penyangga Jakarta, sebagai pilihan investasi yang menjamin masa depan. Mengapa? Karena tanah di Jakarta makin sempit, sementara para investor saat ini belum memalingkan wajahnya ke daerah di luar Jakarta. Saya melirik Pondok Cabe, Tangerang Selatan, sebagai poros investasi.
Mengapa Pondok Cabe? Mungkin ini menjadi pertanyaan bagi Anda sekalian. Jawaban saya sangatlah simple. Pertama, para pengembang dan orang-orang kebanyakan tidak melirik Pondok Cabe. Mereka sudah terlebih dahulu melirik daerah Cirendeu, Pamulang, dan Ciputat sebagai daerah yang dikembangkan. Sementara itu, Pondok Cabe dibuat telantar. Di sini saya melihat peluang bahwa saya bisa menjadi salah satu dari sekian banyak investor kloter pertama di Pondok Cabe sehingga bisa menangguk untung besar 2-3 tahun dari sekarang. Kedua, di Pondok Cabe baru saja dibangun sebuah proyek integrasi antara pasar modern, ruko, dan kawasan hunian. Khusus untuk pasar modernnya, pasar bernama City Market Pondok Cabe ini adalah yang terbesar, terlengkap, dan yang pertama di selatan Jakarta.

Saya tidak menyewa lapaknya karena darah saya pada dasarnya bukan pedagang. Saya dibesarkan di keluarga investor. Oleh karena itu, yang saya lakukan adalah beli kiosnya dan juga beli ruko yang kini sudah ada bangunan fisiknya. Harga kiosnya kemarin saya dapat di harga Rp265 juta (per Oktober 2013) dan sekarang sudah di pasaran Rp350 juta karena tanggal 24 Mei 2014 kemarin sudah soft opening. Bayangkan, 30% profit sudah saya kantongi dalam jangka 7 bulan saja. Inilah yang saya sebut merengguk untuk dari proyek properti pertama di suatu wilayah. Terkait ruko, saya ambil ruko di blok D dan per Oktober 2013 harganya saya dapat Rp1,2 milyar (cicil 5 tahun), dan per Mei 2014 sudah Rp1,5 milyar karena sudah mulai beroperasi. Kalau saya tidak ngoyo, 300 juta rupiah bisa saya nikmati dari hasil investasi 7 bulan saya. Menggiurkan bukan?

Makanya, saya mengajak teman-teman semua untuk invest di sini. Jangan khawatir, Feng Shui ruko dan kiosnya sangat bagus. Kabarnya, owner yang juga CHinese people sudah menghitung-hitung kemungkinan keselarasan antara alam dengan proyek. No worry.
Kalau mau konsultasi atau sewa kios (ruko saya sudah tersewa seharga Rp95juta/tahun), call me:
+62 21 5366 0111 (Teresa Wang)
0
1.5K
9


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan