Akhirnya Resmi Berubah Nama Perusahaaan Asli Indonesia
TS
senyumania
Akhirnya Resmi Berubah Nama Perusahaaan Asli Indonesia
Halo kaskuser semua.
Akhirnya.... setelah lama diakuisisi dan dibeli asing perusahaan satu ini ganti nama juga
Spoiler for taraaa:
Pic Source: Google
Spoiler for mukadimah:
Quote:
Indosat memiliki sejarah panjang perpindahan kepemilikan dan perubahan tujuan perusahaan semenjak didirikan pada 20 November 1967. Didirikan sebagai perusahaan modal asing oleh pemerintah Indonesia dengan nama PT Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Persero), perusahaan ini mulai beroperasi pada September 1969 sebagai perusahaan komersil penyedia jasa sambungan langsung internasional (IDD). Perusahaan ini membangun, memindahkan, dan melakukan kaidah operasional sebuah organisasi telekomunikasi internasional (International Telecommunications Satellite Organization) disingkat Intelsat, untuk mengakses Intelstat lain (satelit) yang berada di Samudra Hindia dengan durasi kesepakatan 20 tahun hingga 1987. Sebagai konsorsium global organisasi satelit komunikasi, intelstat memiliki dan mengoperasikan beberapa satelit-satelit komunikasi.
Pada tahun 1980 Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Pada akhir tahun 2008 saham pemerintah Indonesia tinggal 14,3 persen saja, dan sebanyak 65 persen dikuasai oleh QTel.
source: wikipedia
Naah, setelah bertahun-tahun namanya tidak berubah, akhirnya mulai dari hari ini (atau saya yang baru lihat hari ini ya?), Jumat 20 November 2015, Indosat berubah nama menjadi Indosat Ooredoo. Sebetulnya ya tidak apa-apa sih, kan sudah lama dibeli asing, dari tahun 2002 dahulu sudah dijual. Namun, rasanya agak sedih2 gimana gitu waktu tau tadi pagi. Apalagi buka kaskus malah ada iklannya di bawah hehe. Rasanya Indosat semakin jauh dari "keindonesiaannya". Karena saya cukup sedih dan jadi ingat lagi kalau Indosat sudah punya asing, saya lalu melakukan pencarian di internet dan menemukan artikel menarik ini.
Spoiler for btw ini dia iklan ganti namanya:
Spoiler for cerita yang ditemukan:
Quote:
Pembohongan Publik dalam Alasan Penjualan Indosat
Bismillah …
Seperti kita ketahui, pada tahun 2002 aset penting negara, PT Indosat dijual oleh Presiden Megawati dengan harga USD 627 juta atau sekitar Rp 5,7 triliun (kurs pada saat itu USD 1 = Rp 8.940).
Dalam debat calon presiden (capres) ketiga pada tanggal 22 Juni 2014, capres Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa penjualan Indosat pada periode presiden Megawati itu dilakukan untuk kepentingan ekonomi Indonesia yang saat itu kondisinya masih belum membaik akibat dampak krisis 1998. Jawaban Jokowi tersebut atas pertanyaan yang dilontarkan capres Prabowo Subianto dalam debat bertema “Politik Internasional dan Ketahanan Nasional”. Awalnya, Prabowo merasa ‘terusik’ dengan pernyataan Jokowi yang terus bicara masalah drone sebagai salah satu alat pertahanan, padahal di sisi lain drone tersebut harus dikendalikan oleh satelit, faktanya penjualan satelit (Indosat) sebagai salah satu alat pertahanan di angkasa justru dilakukan di era Megawati yang notabene adalah ketua umum partai pengusung Jokowi.
Pada tanggal 30 Maret 2014, Megawati pernah menjelaskan melalui akun twitter @MegawatiSSP tentang keputusannya penjualan aset Indosat, sebagai berikut:
Quote:
“Indosat diswastakan untuk menutupi kekurangan APBN, agar investor terpancing kembali ke Indonesia. Krisis sudah terlalu lama, sejak ’98 membebani ekonomi setiap keluarga. Tekad kabinet agar hutang LN tidak bertambah lagi. …
Keputusan yang sulit disaat yang sulit, tapi pemimpin harus berani ambil keputusan. Meski menuai kecaman dan hujatan dari dalam negeri. Ibarat seorang ibu yang merelakan perhiasan kesayangannya demi membeli beras untuk keluarga karena suami sudah lama menganggur. Ibarat seorang ibu, jual perhiasannya demi bayar uang sekolah atau menebus ijazah anaknya. …
Para ahli ekonomi tidak punya solusi yang lebih baik atau hanya bisa teriak dijalanan tanpa solusi. Semua hanya bisa bicara pesimis. Indosat, dll.. saat itu adalah solusi yang bagi negara yang sedang sakit parah. Karena saya yakin dalam 10 tahun harusnya kita dapat membeli kembali.”
Untuk mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya, TV One mengundang Kwik Kian Gie dan Marwan Batubara dalam wawancaranya pada 24 Juni 2014. Kwik Kian Gie adalah seorang ahli ekonomi dan politikus Indonesia. Beliau menjabat sebagai Menteri Koordinator Ekonomi dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Ketua Bappenas era Presiden Megawati. Kwik merupakan fungsionaris PDI-Perjuangan.
Sedangkan Marwan Batubara adalah Pendiri Serikat Pekerja Indosat, kemudian mantan GM PT Indosat, beliau juga anggota DPD RI pada tahun 2004, dan kini Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS). Beliau bersama Serikat Pekerja Indosat dikenal gigih menolak divestasi Indosat. Beliau menyuarakan proses penjualan Indosat ke Singapore Technologies Telemedia (STT), anak perusahaan Temasek milik Pemerintah Singapura, penuh keganjilan melalui sebuah buku berjudul “Divestasi Indosat – Kebusukan Sebuah Rezim” [Download]. Anda bisa membaca usulan solusinya dalam buku tersebut.
Baiklah, mari simak wawancara TV One dalam video di bawah ini.
Quote:
Transkrip wawancara di bawah ini hanya mengutip poin-poin pentingnya, bukan keseluruhan isi wawancara.
Spoiler for poin penting wawancara:
TVOne:
Benarkah penjualan Indosat karena saat itu sedang defisit ekonomi?
Kwik Kian Gie:
Menurut saya, salah jika alasan penjualan Indosat karena keadaan krisis keuangan, karena pada saat itu kita banyak mendapat bantuan dana dari lembaga keuangan dunia. Kalau BUMN mau dijual, ya, jangan industri strategis. Keadaan keuangan juga tidak separah sampai harus menjual Indosat. Masih ada BUMN lain yang bisa dijual.
TVOne:
Saat itu Pak Kwik ada di tim ekonomi pemerintahan Megawati, apa yang bapak usulkan pada Megawati ketika ada rencana itu?
Kwik Kian Gie:
Saat itu saya sudah mengingatkan bu Mega. Indosat adalah BUMN strategis, Indosat aset negara yang mempunyai nilai tinggi. Saya tidak membicarakan soal uangnya, tetapi soal vitalnya. Kalau dijual, maka semua pembicaraan rahasia negara dapat disadap. Melalui aset strategis itu pihak asing dapat melihat kekuatan Indonesia secara telanjang. Itu sama saja dengan menyerahkan apa yang menjadi kekuatan kita. Tapi, ibu Megawati saat itu malah bertanya “kamu tahu dari mana sementara kamu hanyalah ahli ekonomi”. Padahal, saya mendapatkan saran dari pakar satelit yang mantan Rektor Institut Teknologi Bandung, Iskandar Alisjahbana. Jadi, alasan krisis keuangan saat itu adalah tidak benar.
Kalau hanya soal butuh uang seharga Indosat, kira-kira Rp 5 Triliun, banyak yang bisa dan mau memberikan utang kepada Indonesia. Saya dulu memberitahu supaya itu jangan dijual. Tapi, saya tidak tahu masukan Menteri BUMN apa.
Marwan Batubara:
Saya sependapat dengan Pak Kwik. Kita waktu itu sebetulnya sudah recover dari krisis. Tidak benar jika penjualan Indosat waktu itu karena alasan kondisi negara tidak punya uang atau tengah mengalami dampak krisis keuangan. Sebab, Indosat dijual setelah Indonesia melewati fase krisis 1998. Keputusan menjual PT Indosat di era kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri adalah kesalahan besar dan fatal karena tidak menjadikan aspek strategis, pertahanan, dan keamanan, sebagai pertimbangan.
Apalagi masih ada sumber keuangan lain yang dapat dipakai, termasuk pinjaman dana dari IMF dan bank dunia. Banyak aset Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang bisa dijual kalau hanya bicara uang Rp 5 triliun.
TVOne:
Apa dasarnya pemerintah saat itu menjual Indosat? Apakah betul penyebab dijualnya BUMN karena BUMN-nya sakit?
Kwik KG:
Saya membantah pernyataan bahwa BUMN pasti merugikan negara. BUMN pada saat itu tidak semua merugi. Kalau memang ada yang mau dijual, jangan industri strategis. Yang diperintahkan dijual saat itu adalah perusahaan bermasalah yang dibawah penguasaan BPPN. Sementara Indosat tidak termasuk perusahaan bermasalah dan waktu itu sangat banyak memberikan keuntungan kepada negara.
Marwan Batubara:
Penjualan Indosat merupakan desakan lembaga donor yang memberikan pinjaman kepada Indonesia saat krisis 1998. Penjualan Indosat bukan hanya penuh keganjilan, tapi juga melanggar undang-undang, merugikan negara, dan sarat dengan praktik korupsi. Saya menduga ada kepentingan asing yang bergabung dengan kepentingan para pemburu rente di balik penjualan Indosat. Yang namanya asing kalau tahu ini aset menguntungkan dan strategis, dia pasti akan berusaha menguasainya.
Pemerintah saat itu sebetulnya bisa saja menunda penjualan saham Indosat. Apalagi, ketika itu, Ketua MPR, Panglima TNI, serta Kepala Bappenas menolak rencana penjualan. Tapi, pemerintah bersikeras dengan alasan Indosat ada masalah keuangan. Itu merupakan kebohongan besar karena Indosat pada saat itu justru menjadi salah satu BUMN yang mencatatkan keuntungan terbesar, di samping juga sebagai salah satu pembayar pajak terbesar.
BUMN merugi adalah karena ulah penguasa saat itu, jadi bukan salah BUMN nya. Malahan sebaliknya, dengan penjualan Indosat saat itu dipergunakan oleh pejabatnya untuk korupsi. Lihat saja escrow account-nya. Pembayarannya diberikan kepada pihak lain. Transaksinya ini juga sangat aneh, ada sekitar 23 Juta US Dollar yang tidak jelas pertanggung-jawabannya, dan jika kemudian Laksamana mengatakan “silahkan periksa”, ya tidak mungkin kita melakukan pemeriksaan ke Mauritius. Indosat dijual Megawati via broker di Mauritius, yang tidak dijangkau audit Badan Pemeriksa Keungan.
Jika sekarang ini ada orang PDIP yang bilang bahwa langkah menjual Indosat berpijak pada perintah Tap MPR Nomor 10/2001, itu adalah tindakan pembohongan publik. Sebab, ketentuan yang diatur dalam Tap MPR meminta agar dilakukan privatisasi. Sementara Indosat sudah dilakukan privatisasi sejak 1994.
TVOne:
Bagaimana kondisi Indosat sebelum dilepas dan setelah sekian persen sahamnya dipegang tangan asing?
Marwan Batubara:
Harga saham Indosat saat dilepas di bawah harga buku. Saya menduga ini merupakan permainan dari pihak-pihak tertentu di pemerintahan. Sahamnya digoreng dulu supaya rendah. Saat dilepas, harganya Rp 12.950 per saham, tapi perhitungan kami di Serikat Pekerja harganya mencapai Rp 18.000 per saham.
Ketika dipegang STT, keuangan Indosat malah berdarah-darah. Saya menduga hal itu disebabkan adanya praktik transfer pricing dan hedging yang dilakukan dengan sesama anak perusahaan STT. Kami sudah lapor ke KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha). KPPU sudah melakukan penyelidikan dan penyidikan, tapi berhenti di tengah jalan.
Sejak dikuasai Temasek, pembayaran pajaknya juga semakin hancur. Dari sebelum dijual, 700 M. Kemudian jadi 600 M, kemudian menjadi 500 M.
Kendati demikian, ketika menjual sahamnya ke Qatar Telecom pada Juni 2006, STT berhasil mengeruk keuntungan hampir tiga kali lipat. Saat membeli 42% saham pada Desember 2002, dana yang dikeluarkan senilai Rp 5,6 triliun, tapi ketika menjual memperoleh sekitar Rp 16,7 triliun.
TVOne:
Apakah Indosat bisa kita beli kembali, seperti yang disampaikan Jokowi dalam debat capres?
Kwik Kian Gie:
Kalau mau buyback, ya harus lihat-lihat dulu. Jangan sampai nanti kita beli lagi dengan harga tinggi, karena kita tahu Singapura tidak akan menjual dengan harga murah.
Kita buat satelit baru saja yang lebih canggih, ketimbang beli kembali Indosat. Saya akan berhitung dan Jokowi juga silahkan berhitung untung ruginya melakukan buyback Indosat beberapa hari kedepan, nanti kita bandingkan. Saya kira STT tidak akan menjual dengan harga wajar, mereka tidak akan menghitung nilai pasar saja, tapi juga nilai geopolitik. Kemarin Jokowi ngomongin soal geopolitik, tetapi kenapa soal Indosat ini tidak dimasukkan?
Marwan Batubara:
Karena Indosat ini menyangkut hankam, dan potensi keuntungan juga sangat besar. Kalau harga wajar ya dibeli. Kalau tidak wajar, buat baru atau kembangkan saja Telkom atau Telkomsel. Tetapi sayangnya Telkomsel saat ini 30% sahamnya juga sudah dikuasai Temasek. Dan mereka tidak akan melepasnya dengan harga murah. Karena Telkomsel ini relatif lebih sehat, dibandingkan dengan Indosat yang banyak hutang.
=====| .end. |=====
Jadi, jawaban Jokowi atas pertanyaan Prabowo itu harus diluruskan. Ia jelas tidak memahami masalah penjualan Indosat di era pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Jokowi harus belajar sejarah. Kalau Jokowi membela penjualan tersebut, itu artinya ia tidak bisa bersikap mandiri, ia masih takut sama Megawati.
Memang betul, seorang pemimpin itu harus mampu mengambil langkah strategis, NAMUN tidak harus menjual aset yang sangat strategis.
Jokowi menyebut meskipun Indosat dijual, dalam klausul yang disepakati, pemerintah Indonesia mempunyai hak beli kembali (buyback). Hanya saja belum ada yang mau beli kembali, ia menyatakan kesiapannya untuk buyback Indosat.
Pertanyaannya sekarang, adakah hak buyback Indosat dalam klausul sebagaimana yang disebut Jokowi?
FAKTAnya.. Indonesia ternyata tidak mempunyai hak sama sekali untuk membeli kembali 41,94 persen saham Indosat yang kini sudah dikuasai STT. Masalah buyback sama sekali tidak tercantum dalam perjanjian jual beli atau sales and purchase agreement (SPA). Hal tersebut diungkapkan oleh Menkominfo Sofyan Djalil usai rapat yang dipimpin Wapres Jusuf Kalla soal RUU Aceh di Istana Wapres, Jakarta, pada 5 Januari 2006. Sebelumnya mantan Menneg BUMN Laksamana Sukardi pernah mengisyaratkan Indonesia bisa membeli kembali saham tersebut. [Detik]
Saat ini Pemerintah Indonesia memegang 14,29 persen saham Indosat, sedangkan mayoritasnya dikuasai Ooredoo Asia Pte Ltd (Qatar Telecom) sebanyak 65 persen. Sisanya sekitar 20,71 persen beredar di Bursa Efek Indonesia (BEI). [Okezone]
Dulu, pemerintah Indonesia berniat membeli kembali sahamnya di Indosat yang dilego ke STT pada Desember 2006 karena periode lock up selama dua tahun sudah selesai. Dengan selesainya periode lock up, maka STT bisa bebas menjual saham yang dibelinya tersebut. Namun ternyata STT secara tegas menyatakan tidak akan menjual sahamnya di perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Indonesia itu.
Nah loh … bagaimana ini? Seolah-olah kita ingin membeli kembali, ada hak untuk membeli kembali, nyatanya itu tidak ada. Semua tergantung apakah mereka mau menjual atau tidak. Apakah Jokowi berbohong atau memang tidak tahu permasalahan ini?
Katakan yang haq walaupun pahit.
Salam hangat tetap semangat,
Iwan Yuliyanto
29.06.2014
Itu dia gan.
Sayang ya, Indonesia, yang dilaporkanmencapai angka 270 juta handphone digunakan (melebihi jumlah penduduknya), malah tidak bisa memanfaatkannya dari sektor ini.
Pokoknya itu aja gan. Saya hanya ingin sedikit (banyak deng) berbagi dari hasil kesedihan saya pagi ini.
Oh iya, untuk menghindari para pemarah, mau buat disclaimer dulu.
Quote:
DISCLAIMER
Tulisan ini dibuat bukan untuk menyalahkan pemerintah atas apa yang sudah terjadi. Yang sudah lewat biarkanlah lewat, lebih baik memperbaiki di kemudian hari. Memperbaiki di kemudian hari tidak selalu harus buybackperusahaan ini. Lagian mau buyback juga dulu nggak ada di klausulnya waktu dijual hehe. Jadii, boleh juga buat perusahaan baru lagi, atau paling tidak jangan menjual lagi aset negara yang strategis. Tapi kalau sekedar ingin membuat perusahaan baru, saya yakin pasti bisa, karena bapak-bapak yang menduduki pemerintahan pasti sangatlah cerdas semuanya. Ayo semangat bapak-bapak di pemerintahan!
Pokoknya semangat ya Bapak-Bapak di pemerintahan semua bawa Indonesia ke yang lebih baik lagi.
Untuk kita-kita masyarakat juga yuk buat usaha sendiri. Atau paling tidak gunakan produk-produk asli dalam negeri.
Oh iya ini juga bukan kampanye buat pindah ke perusahaan seluler yang masih milik Indonesia itu. Soalnya saya sendiri pakai tapi agak sedikit mengecewakan sih di kampus kadang ngadet-ngadet sinyalnya... Udah gitu setelah saya baca ternyata NGGAK SEMUANYA PUNYA INDONESIA.
Panjang ya.
Maaf kalau ada salah kata, ada yang tersinggung, atau ada yang tidak setuju.
Boleh kalau ada yang mau klarifikasi juga kalau saya keliru, atau pun kalau mau nambahi berita.