Sampai saat ini Shinkansen Jepang telah berjalan di sepanjang pantai tenggara pulau Honshu, yang menghubungkan kota-kota besar seperti Tokyo, Nagoya, Kyoto, dan Osaka.Hal ini membuat beberapa pedesaan di timur laut Jepang nggak tersentuh oleh kereta cepat ini.

Hal ini pun jadi keuntungan kecil bagi Hokuetsu Express yang mengisi jalur Hokuhoku mereka. Jalur tunggal sepanjang 60 km ini adalah satu-satunya jalur yang dimiliki oleh perusahaan ini, tapi menghubungkan antara daerah Kanto dan Hokuriku. Hokuetsu sendiri punya kereta Snow Rabbit yang melaju dengan kecepatan rata-rata 88.6 km per jam, yang mereka klaim sebagai kereta tercepat di Jepang dengan tarif reguler.


Tapi, pada bulan Maret tahun ini, Hokuriku Shinkansen mulai tersedia, sehingga jalur Hokuhoku pun tertinggal. Karena nggak punya kesempatan untuk bisa melampaui Shinkansen dan mulai terancam bangkrut, Hokuetsu harus mencari cara baru untuk bisa bertahan di bisnis ini.

Bukannya menggunakan kereta berkecepatan tinggi seperti dulu, rencana menyeluruh Hokuetsu adalah untuk fokus pada transportasi lokal dan pariwisata. Menurut Yahoo! News, selama rapat, ada seseorang yang nyeletuk, "Kita sudah punya Snow Rabbit. Kenapa kita nggak bikin Snow Turtle?", mengacu pada cerita fabel "Kura-Kura dan Kelinci".

Eh ternyata, presdir menyukai ide dan langsung teriak, "Ayo kita lakukan!". Dan sejak saat itulah, Snow Turtle lahir.

Pada masa jayanya, Snow Rabbit bisa melaju di sepanjang jalur Hokuhoku yang panjangnya 59.9 km dengan waktu temput 57 menit. Rata-rata kereta akan butuh waktu lebih dari 1 jam. Dua kereta Snow Turtle, yang mulai melaju tanggal 7 November akan menyelesaikan perjalanannya dengan waktu 4 jam 4 menit.