- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Nah Ini Dia..Trio Geblek dari Surabaya Mantu Kencani sang Mertua


TS
davidyowel
Nah Ini Dia..Trio Geblek dari Surabaya Mantu Kencani sang Mertua
INI benar-benar gila, kelakuan suami, istri dan mertua sama-sama gebleknya dan cenderung seperti hewan memamah biak. Bayangkan, mantu kencani mertua atas saran istri, sampai nikah siri segala. Ketika ketahuan keluarga yang lain, Ny. Harti, 30, membersihkan diri dengan menggugat cerai ke Pengadilan Agama.
Hewan memamah biak seperti halnya sapi dan kambing, memang hanya punya nafsu, tanpa punya etika. Karenanya, dalam rangka melampiaskan nafsu, mereka tak punya malu. Kadang kambing atau sapi lain. Tapi jika harus nyemahi (mengawini) emak atau anak sendiri, juga tidak menolak. Bahkan pemilik ternak senang-senang saja, karena sekian bulan kemudian bakal tambah kekayaan.
Agaknya Fikro, 36, dari Surabaya ini juga seperti sapi atau kambing saja kelakuannya. Begitu tinggi nafsu libidonya, ditawari istri untuk menggauli ibu kandungnya, tanpa malu-malu mau saja. Tapi celakanya, sang mertua yang memang sudah lama menjanda, mau saja menampung hasrat menantunya. Filosofinya mungkin: endi sing ana (mana yang ada) lah!
Sekitar 6 tahun lalu lelaki asal Mojokerto ini menikah dengan Harti. Secara pisik sebetulnya sang istri sama sekali tidak menarik, sudah item, gembrot lagi, mirip buah gembili. Tapi karena perempuan ini ngrejekeni, Fikro yang pekerjaannya tidak jelas mau saja jadi suaminya. Sebab faktanya, meski bentuk badannya seperti drum isi 209 liter, tapi sesungguhnya Harti masih enak dikeloni dan perlu!
Sesuai dengan namanya, Fikro memang nafsunya tinggi sekali. Bila pasangan muda lainnya paling dua kali seminggu sesendok makan, dia sehari bisa minta dilayani 2-3 kali. Apa tidak gempor istrinya, padahal Ny. Harti ini juga bukan wanita pengangguran, tapi dosen perguruan tinggi swasta. Bayangkan, baru pulang memberi kuliah, di rumah suami sudah manggil mah mah mah…….ayo dong ah!
Capek setiap hari dibombardir kayak Jepang oleh sekutu di tahun 1945, Harti lalu menyarankan agar suaminya selingkuh saja dengan mertuanya, Ny. Pringgo, 56. Awalnya kaget juga mendengar saran istrinya. Tapi ketika istri bener-bener seribu rius, Fikro mulai membahas juga dalam otaknya. Ternyata mestki usia sudah oversek (lebih 50 tahun) bodinya masih lebih menarik. Jadi seperti dihadapkan wayang Limbuk dan Banowati. Limbuknya istri sendiri, dan Banowati ibu mertuanya.
Ternyata Bu Pringgo juga tidak keberatan, apa lagi dia sudah lama tidak kenal dengan alutsista (alat utama sistem persenjataan) non TNI. Maka uji coba pun dilakukan, bukan di laut lepas 100 mil dari pantai, tapi di ranjang mertua sendiri. Bagi Fikro ternyata, gliyak-gliyak ya enak juga. Dan inilah ritual rutin Fikro – Bu Pringgo, saat mau mulai bilang “nuwun sewu Bu” dan setelah usai kalimatnya: “matur nuwun Bu.”
Agar menjadi halalan tayiban wa asyikan, Fikro sengaja nikah siri dengan ibu mertua di kawasan Surabaya utara. Dan praktek hewani suami istri dan mertua itu suah berlangsung 2 tahun. Baru ketahuan ketika ada keluarga lain memergoki, Fikro tidur seranjang dengan mertua. Temuan mengagetkan itu dilaporkan ke Harti, dan pura-pura kaget untuk membersihkan diri, dia langsung menggugat cerai ke Pengadilan Agama Surabaya. “Sungguh mati Pak Hakim, aku menggauli mertua karena disuruh istri.” Katanya membela diri.
Tahu itu mertua, kok masih ditelateni juga, hayo! (BJ/Gunarso TS)
Hewan memamah biak seperti halnya sapi dan kambing, memang hanya punya nafsu, tanpa punya etika. Karenanya, dalam rangka melampiaskan nafsu, mereka tak punya malu. Kadang kambing atau sapi lain. Tapi jika harus nyemahi (mengawini) emak atau anak sendiri, juga tidak menolak. Bahkan pemilik ternak senang-senang saja, karena sekian bulan kemudian bakal tambah kekayaan.
Agaknya Fikro, 36, dari Surabaya ini juga seperti sapi atau kambing saja kelakuannya. Begitu tinggi nafsu libidonya, ditawari istri untuk menggauli ibu kandungnya, tanpa malu-malu mau saja. Tapi celakanya, sang mertua yang memang sudah lama menjanda, mau saja menampung hasrat menantunya. Filosofinya mungkin: endi sing ana (mana yang ada) lah!
Sekitar 6 tahun lalu lelaki asal Mojokerto ini menikah dengan Harti. Secara pisik sebetulnya sang istri sama sekali tidak menarik, sudah item, gembrot lagi, mirip buah gembili. Tapi karena perempuan ini ngrejekeni, Fikro yang pekerjaannya tidak jelas mau saja jadi suaminya. Sebab faktanya, meski bentuk badannya seperti drum isi 209 liter, tapi sesungguhnya Harti masih enak dikeloni dan perlu!
Sesuai dengan namanya, Fikro memang nafsunya tinggi sekali. Bila pasangan muda lainnya paling dua kali seminggu sesendok makan, dia sehari bisa minta dilayani 2-3 kali. Apa tidak gempor istrinya, padahal Ny. Harti ini juga bukan wanita pengangguran, tapi dosen perguruan tinggi swasta. Bayangkan, baru pulang memberi kuliah, di rumah suami sudah manggil mah mah mah…….ayo dong ah!
Capek setiap hari dibombardir kayak Jepang oleh sekutu di tahun 1945, Harti lalu menyarankan agar suaminya selingkuh saja dengan mertuanya, Ny. Pringgo, 56. Awalnya kaget juga mendengar saran istrinya. Tapi ketika istri bener-bener seribu rius, Fikro mulai membahas juga dalam otaknya. Ternyata mestki usia sudah oversek (lebih 50 tahun) bodinya masih lebih menarik. Jadi seperti dihadapkan wayang Limbuk dan Banowati. Limbuknya istri sendiri, dan Banowati ibu mertuanya.
Ternyata Bu Pringgo juga tidak keberatan, apa lagi dia sudah lama tidak kenal dengan alutsista (alat utama sistem persenjataan) non TNI. Maka uji coba pun dilakukan, bukan di laut lepas 100 mil dari pantai, tapi di ranjang mertua sendiri. Bagi Fikro ternyata, gliyak-gliyak ya enak juga. Dan inilah ritual rutin Fikro – Bu Pringgo, saat mau mulai bilang “nuwun sewu Bu” dan setelah usai kalimatnya: “matur nuwun Bu.”
Agar menjadi halalan tayiban wa asyikan, Fikro sengaja nikah siri dengan ibu mertua di kawasan Surabaya utara. Dan praktek hewani suami istri dan mertua itu suah berlangsung 2 tahun. Baru ketahuan ketika ada keluarga lain memergoki, Fikro tidur seranjang dengan mertua. Temuan mengagetkan itu dilaporkan ke Harti, dan pura-pura kaget untuk membersihkan diri, dia langsung menggugat cerai ke Pengadilan Agama Surabaya. “Sungguh mati Pak Hakim, aku menggauli mertua karena disuruh istri.” Katanya membela diri.
Tahu itu mertua, kok masih ditelateni juga, hayo! (BJ/Gunarso TS)

0
14.8K
41


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan