Mengapa Pasta Kangen didirikan?

Pertama: Merasakan keprihatinan semakin banyaknya para investor kaskus yang kecewa karena terjerumus kedalam investasi bodong yang penuh tipu menipu baik menipu secara langsung maupun dengan skema ponzi membuat kami tergerak untuk meminimalisir permasalahan tersebut dengan mengajak para kaskuser untuk membangun usaha bersama, terlibat dan memantau perkembangan usaha bersama-sama dengan bimbingan dari manajemen komunitas agar terhindar dari bentuk investasi bodong atau investasi yang penuh tipu menipu seperti yang kita ketahui selama ini disitus tercinta kaskus.co.id. kalimat pengingat yang sering komunitas gunakan adalah “Dari pada agan berinvestasi lalu pada akhirnya tertipu atau bermasalah, mending dana tersebut kita gunakan untuk membangun usaha bersama, kita terlibat bersama dan maju sama-sama”

Kedua : Melihat berbagai kekecewaan para calon wiraswasta baru dengan modal kecil yang gagal berwaralaba karna franchise fee-nya terlalu tinggi, belum lagi ditambah royalty fee dan administration fee yang membuat pengeluaran diawal lebih besar duluan padahal untung juga belum ketahuan . Membuat kami berupaya memberikan solusi, jika waralaba memiliki franchise FEE maka komunitas kami menawarkan franchise FREE. Ketika anggota komunitas ingin mendirikan bisnis kuliner komunitas maka dipersilahkan menggunakan konsep ini secara FREE.

Jadi, pemikiran, waktu dan kerja keras yang telah dilakukan founder dalam memilah milih menu, meracik menu, menyeleksi bahan baku, survey minat dan daya beli, trial error kelayakan usaha selama 1 tahun, survey usaha minim pesaing, membentuk sistem komunitas hingga kesemuanya menjadi sebuah konsep yang sangat matang, dihargai 0 (nol) rupiah kepada para anggotanya. Nantinya manajemen komunitas akan membimbing para anggota untuk mendirikan usaha mulai dari nol hingga usaha tersebut berjalan, karna proses ini melibatkan tenaga kerja lain maka para anggota dikenakan biaya yang nantinya dipergunakan untuk membayar gaji tenaga kerja tersebut, karna sangat tidak mungkin kerja keras mereka kita balas hanya dengan ucapan terimakasih sementara keluarganya dirumah membutuhkan nafkah.

Ketiga : Menemukan berbagai kegagalan para pengusaha kecil yang kalah dalam persaingan bisnis kuliner melawan pengusaha besar, membuat kami mencari solusi nyata dengan cara menciptakan komunitas ini untuk mengajak para pengusaha kecil bergabung melebur menjadi satu dalam sebuah keluarga besar komunitas. Secara logika pengusaha kecil tentu tidak akan mudah memenangi persaingan menghadapi pengusaha besar, selain kalah kelas, kita tentu bisa melihat dengan jelas bahwa kondisi tersebut adalah persaingan yang tidak sepadan.

Oleh karena itu kami membentuk komunitas yang membuka diri bagi pengusaha kecil yang ingin bergabung meningkatkan kekuatan dalam persaingan bisnis kuliner. mengajak namun tidak memaksa, jika masih ada ego dari pengusaha kecil ingin berperang sendiri dalam persaingan melawan pengusaha besar kami tetap mempersilahkan, namun jika boleh mengingatkan bahwa bisnis itu sangat realistis, si kecil akan sulit sekali melawan sibesar terkecuali si kecil bergabung dengan para kecil-kecil lainnya bersatu menjadi kuat untuk mengalahkan si besar. Persaingan memang tetap ada namun setidaknya kita kecil tapi banyak dia besar tapi satu. Peluang kita menjadi “Market Leader” masih seimbang.