- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Masa Kejayaan Kuliner Gang Gloria Petak Sembilan


TS
Talk2Talk
Masa Kejayaan Kuliner Gang Gloria Petak Sembilan

Terkenal sebagai kawasan pecinan di Jakarta, Petak Sembilan tentunya juga punya kuliner khas masyarakat etnis Tionghoa. Jika Anda ingin berwisata kuliner di kawasan ini, ‘surga’-nya ada di Gang Gloria.
Gang Gloria terletak di Jalan Pancoran, Glodok, Jakarta Barat. Gang dengan lebar kurang dari lima meter ini, kedua sisinya disesaki oleh lapak para pedagang. Ada yang menjual manisan, kue keranjang, buah, makanan, dan beberapa keperluan lainnya. Di sisi kanannya juga ada beberapa kios yang menjual makanan. Belum lagi gerobak-gerobak yang menjajakan makanan, juga turut memenuhi gang ini.
Ketika Anda melangkahkan kaki di gang ini, aroma bakmi menyeruak ke segala penjuru. Panas kompor-kompor yang dinyalakan untuk memasak pun terasa ketika Anda melewati lapak-lapak penjual bakmi.
Daging-daging yang digunakan sebagai bahan pelengkap bakmi pun terlihat digantung di dalam kotak kaca penyimpan bahan makanan. Ada daging ayam, bebek, sapi, hingga babi.
Tak hanya bakmi, ada juga nasi hainan, nasi campur, nasi goreng, capcay dan nasi tim. Beberapa lapak juga menyediakan camilan seperti bakso goreng, lumpia, dan bacang.
Di Gang Gloria Anda juga dapat menemukan bulus. Ya, penganan yang dikenal dengan pi oh ini disajikan dengan kuah tauco. Ada beberapa gerobak yang menjual pi oh ini. Satu porsi pi oh dibanderol dengan harga Rp 40 ribu.
Menurut salah satu pedagangnya, Koh Ayong, harga ini jauh lebih murah dibandingkan di restoran. “Kalau di restoran, satu porsi bisa Rp 150 ribu,” ujar Koh Ayong.
Koh Ayong merupakan warga etnis Tionghoa asli Tangerang, atau sering disebut China Benteng. Ia merupakan generasi kedua penjual pi oh atau bulus di Gang Gloria ini. “Dulu ayah saya yang jualan. Di sini juga banyak yang jualan dari generasi ke generasi,” kata Koh Ayong.
Sejak tahun 60-an pun Koh Ayong sudah berjualan di gang sempit ini. Ia menggambarkan, dulu kondisi Gang Gloria jauh lebih ramai. “Dulu ramai banget. Orang China dari mana aja datang ke sini. Soalnya murah,” pungkasnya.
Bahkan, tidak jarang turis dari luar negeri pun menyambangi kawasan ini. “Orang-orang kaya pada bawa tamu dari luar buat makan di sini. Dulu banyak banget.”
Namun, kondisi itu kini jarang dirasakan lagi. Meski tetap ramai, Gang Gloria kini tak seramai ketika zaman Orde Baru. Tapi, berkat pelanggan-pelanggan tetap mereka pun bisa bertahan sampai saat ini.
Tidak hanya makanan khas Tionghoa, di Gang Gloria juga terdapat makanan legendaris lainnya, seperti Kopi Es Tak Kie, Gado-Gado Direksi, Kari Lim, dan Mi Kangkung Jangkung. Penganan legendaris ini masih mempertahankan cita rasanya sejak dulu. Itulah yang membuat para pelanggan datang kembali.
Jika Anda ingin berwisata kuliner di sini, lebih baik Anda datang pada pagi atau siang hari. Sebab, para pedagang makanan mulai menutup dagangannya sejak pukul 2 siang sampai senja menjelang.
Quote:
0
5.2K
50


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan