Di tengah malam buta, di saat kota Singapura mulai sepi, dengan kebulatan dan kesepakatan mereka memutuskan untuk melakukan peledakan Hotel Mac Donald. Diharapkan dapat menimbulkan kepanikan dalam masyarakat sekitarnya. Hotel tersebut terletak di Orchad Road sebuah pusat keramaian d kota Singapura.

Setelah berangsur-angsur sepi,mulailah mereka dengan gesit mengadakan gerakan-gerakan menyusup untuk memasang bahan peledak seberat 12,5 kg.

Dalam keheningan malam kira-kira pukul 03.07 malam tersentaklah penduduk kota Singapura oleh ledakan yang dahsyat seperti gunung meletus. Ternyata ledakan tersebut berasal dari bagian bawah Hotel Mac Donald yang terbuat dari beton cor tulang, hancur berantakan dan pecahannya menyebar ke penjuru sekitarnya. Penghuni hotel yang mewah itu kalang kabut, saling berdesakan ingin keluar untuk menyelamatkan diri masing-masing. Demikian pula penghuni toko sekitarnya berusaha lari dari dalam tokonya.

Beberapa penghuni hotel dan toko ada yang tertimbun oleh reruntuhan sehingga mengalami luka berat dan ringan. Dalam peristiwa ini, 20 buah toko di sekitar hotel itu mengalami kerusakan berat, 24 buah kendaraan sedan hancur, 30 orang meninggal, 35 orang mengalami luka-luka berat dan ringan.

Sore itu, 10 Maret tahun 1965, lubang besar menganga di lantai gedung MacDonald, Orchard Road, Singapura. Lubang menganga itu berasal dari bom yang diletakkan di lantai samping lift gedung MacDonald.

Pintu lift hancur, termasuk banyak kendaraan di luar gedung MacDonald, yang kala itu menjadi bangunan bank penting di Singapura. Tiga orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam tragedi pemboman tersebut.

Salah satu dari tiga korban adalah pegawai bank , Elizabeth Choo, 36. Putri Choo, Janet Ng, mengatakan, ”Setiap kali saya melewati MacDonald House, Orchard Road, (saya pikir ) itu di mana ibu saya meninggal, meninggalkan enam dari kami sebagai anak yatim dalam semalam,” lanjut Janet.

“Hari ini, kenangan itu masih menyakitkan. Dia (ibu) menghilang di udara tipis malam, dan kami bergantung pada dia untuk bertahan hidup,” kata Janet. ”Saya berharap bahwa seluruh pihak tertutup. Saya ingin berterima kasih kepada Pemerintah (Singapura) yang berusaha menghentikan seluruh masalah ini,” imbuh dia.

Orang lain yang menderita secara mental dan fisik dari insiden pemboman itu, adalah Kenny Yeo, yang berusia 24 tahun ketika pemboman terjadi. Akibat serangan bom itu, dia menerima 366 jahitan di seluruh tubuhnya. Satu bola matanya mengalami kebutaan. ”Saya marah, tapi karena ini adalah hal masa lalu, kita hanya harus mengampuni. Jika mereka ingin memprovokasi kita, biarkan mereka. Kecuali kita ingin berbenturan dengan mereka, maka saya tidak bisa mengatakan apa-apa,” ujar Yeo.




MacDonald House



Aftermath :



Tersangka :


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
RENUNGAN !!

Kebaikan dan kejahatan itu relatif, disatu sisi kita melihat itu sebagai kebaikan dan bagian dari perjuangan kita, sedangkan orang lain melihatnya sebagai sebuah kejahatan kemanusiaan yang kejam.

Indonesia juga pernah berdiri di dua sisi ini, kita pernah mengalami serangan teror bomb namun kita indonesia juga pernah mengotaki serangan teror bom itu.

Orang - orang yang bersedia melakukan pekerjaan "kotor" itu menjadi martir demi melayani kepentingan negaranya.

Itulah realitas kehidupan dan menjadi bagian dari diri kita sebagai manusia, kita bukan malaikat yang bebas dari nafsu keinginan, manusia selalu berkebalikan dalam berfikir dan pasti selalu memandang baik tujuan dan kepentingannya.

kita pasti akan selalu memandang tujuan dan kepentingan kita sebagai kebenaran walaupun orang lain memandangnya sebagai kejahatan, dan sering kita memandang itu sebagai sebuah kejahatan dan lagi-lagi orang lain memandang itu sebagai kebenaran.

Kita mencela orang yang menyakiti kita sebagai seorang penjahat dan teroris, namun sadarkah kita kalau orang yang kita angkat sebagai pahlawan justru menyakiti orang lain dan dicap menjadi penjahat dan teroris oleh orang lain, lalu dimanakah pembedanya ??

Yang membedakan adalah siapa yang menjadi pemenang dan siapa yang menjadi pecundang, apakah kita menjadi pemenang yang akan menulis sejarah atau kita menjadi pecundang yang akan menanggung malu sampai mati.

apakah itu saja ??

Tentu tidak, apakah kejadian itu penting bagi kita atau tidak ??

Bila tidak untuk apa kita menjadi kambing yang mau di halau kemana saja, menjadi corong negara lain yang memiliki kepentingan, namun bila itu penting bagi kita tentu kita harus berbuat sekuat tenaga, bila perlu memberi gelar pahlawan kepada penjahat dan teroris yang melayani kepentingan kita.

Kepentingan kita ??

Ya teman, kepentingan adalah tujuan dan dasar dari segala kelakuan manusia, dan seperti yang saya sebut sebelumnya, penjahat bagi negara lain adalah pahlawan bagi negara kita.

Begitu juga dengan negara tetangga, negara mereka melakukan apapun demi kepentingan mereka, biarpun kita mencaci negara mereka, rakyat mereka tetap menyambut mereka sebagai pahlawan dan kitapun juga melakukan hal yang sama kepada negara kita bukan ??